Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Soebianto dan Soejono: Pahlawan Pertempuran Lengkong

9 Januari 2025   10:26 Diperbarui: 9 Januari 2025   11:08 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: indonesiadefense.com

Januari, boleh jadi merupakan bulan yang sangat emosional buat Presiden Prabowo dan keluarga besarnya. Bulan perjuangan dimana kesedihan bercampur aduk dengan kebanggaan dan kehormatan.

Publik mungkin asing dengan nama Soebianto dan Soejono. Namun, jika di belakang kedua nama itu dilekatkan dengan 'Djojohadikoesoemo' tentu kita sudah mulai bisa menebak. Kemana nama-nama itu tertuju.

Tepat! Soebianto dan Soejono, keduanya adalah Paman dari Presiden Prabowo. Putera dari Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo.

Margono dikenal sebagai pendiri BNI dan Yayasan Hatta, yang berfungsi untuk memberikan biaya pendidikan kepada para pemuda (Tempo.co, 13/11/2024).

Margono dan Siti Katoemi Wirodihardjo, keduanya adalah kakek dan nenek Prabowo, menikah tahun 1915 dan dikaruniai lima orang anak.

Soemitro (Ayah Prabowo), Soekartini, Miniati, Soebianto, dan Soejono. Sayangnya, takdir memiliki jalan ceritanya sendiri, Soebianto dan Soejono termasuk orang-orang yang gugur dalam pertempuran Lengkong bersama Mayor Daan Mogot.

Anda, saya, dan kita semua tentu merasakan kesedihan mendalam. Ditinggal pergi untuk selama-lamanya, bukan hanya satu tapi dua anak sekaligus. Gugur dalam medan pertempuran.

Kisah Heroik Pahlawan Pertempuran Lengkong

Pada tanggal 25 Januari 1946, sejarah Indonesia mencatat peristiwa heroik yang dikenal sebagai Pertempuran Lengkong.

Dalam pertempuran ini, dua sosok pahlawan muda gugur dengan penuh keberanian: Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna Soejono Djojohadikoesoemo.

Pertempuran Lengkong terjadi di tengah ketegangan pasca Perang Dunia II, ketika Belanda berusaha kembali menguasai Indonesia dengan dukungan pasukan Sekutu.

Pada saat itu, tentara Jepang masih berada di wilayah Indonesia dan diharapkan menyerahkan senjata mereka kepada pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot.

Misi ini bertujuan untuk mencegah senjata Jepang jatuh ke tangan Belanda.

Sekitar pukul 16.00 WIB, pasukan yang terdiri dari 70 kadet Akademi Militer Tangerang dan beberapa tentara Gurkha tiba di markas Jepang di Desa Lengkong.

Mayor Daan Mogot berusaha merundingkan penyerahan senjata, sementara Soebianto dan Soejono memimpin taruna untuk melucuti tentara Jepang.

Namun, situasi berubah dramatis ketika tembakan tiba-tiba meletus, memicu pertempuran sengit antara kedua belah pihak.

Pertempuran berlangsung selama sekitar satu jam dengan jumlah korban yang signifikan. Sebanyak 37 prajurit Indonesia gugur, termasuk Mayor Daan Mogot Soebianto, dan Soejono.

Kapten Anumerta Soebianto ditembak di leher, sedangkan Taruna Soejono juga mengalami nasib serupa dalam pertempuran tersebut.

Prabowo berziarah ke TMP Taruna, Tangerang, Banten, 26/1/2022 (Sumber:  ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan)
Prabowo berziarah ke TMP Taruna, Tangerang, Banten, 26/1/2022 (Sumber:  ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan)

Pemberontakan Mahasiswa Kedokteran, Bikin Jepang Meradang

Soebianto Djojohadikusumo, sebelum bergabung dalam tentara, pernah menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Kedokteran yang dikenal dengan nama Ika Daigaku pada masa penjajahan Jepang.

Sekolah ini dibuka kembali oleh tentara pendudukan Jepang pada tanggal 29 April 1943 setelah sebelumnya ditutup oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda (Sumber: fk.ui.ac.id).

 Watak memberontak seorang Soebianto muda itu memang sudah nampak sejak dia di bangku kuliah.

Selama di Ika Daigaku, Soebianto terlibat dalam perlawanan terhadap praktik fasisme yang diterapkan oleh pihak Jepang, termasuk penolakan terhadap penggundulan paksa yang dilakukan di kampus.

Soebianto dan beberapa mahasiswa lainnya dianggap sebagai "otak perlawanan" dan ditahan selama 20 hari dengan penyiksaan fisik (Sumber: historia.id, 5/11/2024).

Tidak berhenti sampai di situ saja, Soebianto juga terlibat dalam latihan kemiliteran yang diselenggarakan oleh instruktur Jepang, yang berujung pada penangkapan beberapa mahasiswa termasuk dirinya karena dianggap membangkang.

Namun, setelah mengalami berbagai siksaan dan penahanan, Soebianto Bersama Soedjatmoko, Soedarpo, dan Soeroto Koento (kelak berpangkat Mayor TNI dan menghilang di tahun 1946) tidak diperbolehkan melanjutkan studinya di Ika Daigaku.

Soebianto, Aktivis Mahasiswa yang Dihormati

Tidak lama sesudah pemberontakan mahasiswa ika Daigaku di Jakarta berdiri Sekolah Tinggi Islam (STI), kelak STI ini akan berubah nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) yang kita kenal sekarang.

Soebianto dan 13 mahasiswa lainnya melanjutkan kuliah di STI, setelah di drop out dari Ika Daigaku.

Karakter pejuang Soebianto tidak pernah luntur. Di kampus STI, dia menginisiasi pembentukan Persatuan Pelajar STI (hari ini dikenal dengan nama Dewan Mahasiswa atau semacam BEM).

Kemudian, Soebianto bersama Soebadio Sostrosatomo aktif dalam gerakan pemuda yang mendesak Sukarno-Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan diluar skenario Jepang.

Para mahasiswa STI seperti Soebianto Djojohadikusumo, Soeroto Koento, Djanamar Adjam, Anwar Harjono, dan Muftraini Mukmin merupakan bagian dari pasukan pengawal Sukarno-Hatta dalam perjalanan penuh resiko menuju Lapangan Ikada pada 19 September 1945.

Singkat cerita, Soebianto kemudian bergabung dengan angkatan bersenjata pasca-proklamasi kemerdekaan. Hingga pada akhirnya, Soebianto, Soejono, Daan Mogot dan puluhan kadet lainnya harus gugur di Pertempuran Lengkong.

Sebuah kisah heroik yang tidak pernah terlupakan.

Biografi Mayor Elias Daniel Mogot, lebih dikenal dengan nama Daan Mogot (Sumber: Pemprov. DKI Jakarta)
Biografi Mayor Elias Daniel Mogot, lebih dikenal dengan nama Daan Mogot (Sumber: Pemprov. DKI Jakarta)

Warisan dan Penghormatan

Meskipun gugur dalam usia yang sangat muda--Soebianto berusia 21 tahun dan Soejono 16 tahun--pengorbanan mereka tidak akan terlupakan.

Keduanya dikenang sebagai simbol keberanian dan semangat juang generasi muda Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Setiap tahun, tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Bakti Taruna, untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran Lengkong ini.

Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Prabowo Subianto, ia menekankan nilai-nilai patriotisme dan keberanian yang ditunjukkan oleh kedua pamannya. Ia mengingatkan bahwa semangat perjuangan dapat dimulai sejak usia muda dan harus diwariskan kepada generasi berikutnya.

Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna Soejono Djojohadikoesoemo adalah contoh nyata dari pengorbanan demi bangsa.

Pertempuran Lengkong bukan hanya sekadar sejarah; ia adalah pengingat akan komitmen dan dedikasi para pejuang kemerdekaan yang berani melawan ketidakadilan demi masa depan bangsa.

Semangat mereka terus menginspirasi generasi muda untuk menghormati nilai-nilai kepahlawanan dan cinta tanah air.*

Referensi:

https://historia.id/politik/articles/ulah-mahasiswa-kedokteran-yang-bikin-jepang-meradang-PREXJ/page/1

https://telusur.co.id/detail/subianto-djojohadikusumo-dari-sekolah-tinggi-kedokteran-ke-sekolah-tinggi-islam

https://fk.ui.ac.id/sejarah.html

https://indonesiadefense.com/soebianto-soejono-djojohadikusumo-sang-paman-yang-gugur-dalam-pertempuran/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun