Para mahasiswa STI seperti Soebianto Djojohadikusumo, Soeroto Koento, Djanamar Adjam, Anwar Harjono, dan Muftraini Mukmin merupakan bagian dari pasukan pengawal Sukarno-Hatta dalam perjalanan penuh resiko menuju Lapangan Ikada pada 19 September 1945.
Singkat cerita, Soebianto kemudian bergabung dengan angkatan bersenjata pasca-proklamasi kemerdekaan. Hingga pada akhirnya, Soebianto, Soejono, Daan Mogot dan puluhan kadet lainnya harus gugur di Pertempuran Lengkong.
Sebuah kisah heroik yang tidak pernah terlupakan.
Warisan dan Penghormatan
Meskipun gugur dalam usia yang sangat muda--Soebianto berusia 21 tahun dan Soejono 16 tahun--pengorbanan mereka tidak akan terlupakan.
Keduanya dikenang sebagai simbol keberanian dan semangat juang generasi muda Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Setiap tahun, tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Bakti Taruna, untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran Lengkong ini.
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Prabowo Subianto, ia menekankan nilai-nilai patriotisme dan keberanian yang ditunjukkan oleh kedua pamannya. Ia mengingatkan bahwa semangat perjuangan dapat dimulai sejak usia muda dan harus diwariskan kepada generasi berikutnya.
Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna Soejono Djojohadikoesoemo adalah contoh nyata dari pengorbanan demi bangsa.
Pertempuran Lengkong bukan hanya sekadar sejarah; ia adalah pengingat akan komitmen dan dedikasi para pejuang kemerdekaan yang berani melawan ketidakadilan demi masa depan bangsa.