Semua itu menandai sebuah zaman di mana pertumbuhan ekonomi lebih diutamakan ketimbang distribusi kekayaan global. Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak mendapat perhatian.
Hakikat "The Asian Way"
Sejatinya "politik luar negeri bebas aktif" bersifat non blok, menghormati kepentingan semua negara dan tidak memihak. Namun, Indonesia akan mempertahankan negara dengan segala cara yang dimiliki.
Prabowo Subianto kemudian melanjutkan pidatonya yang kemudian dijuluki sebagai The Asian Way:
"Dalam pengalaman kami, selama 40 hingga 50 tahun terakhir, kami telah menemukan cara kami sendiri, cara Asia untuk menyelesaikan tantangan ini. Kami memutuskan bahwa pengalaman bersama kami didominasi, diperbudak, dieksploitasi, memaksa kami sekarang untuk berjuang, untuk menciptakan lingkungan yang damai. Lingkungan yang bersahabat."
Konkretnya, Asia harus punya keberanian untuk melakukan revitalisasi terhadap Gerakan Non Blok seperti di era Soekarno dahulu. Dengan bahasa yang bernas dan elegan, Prabowo menyebutnya dengan The Asian Way.
Ini merupakan langkah awal yang strategis di level global, yang akan menginspirasi Afrika, Amerika bagian Selatan, Eropa Timur, negara-negara Bolivarian, dan semua bangsa yang masih tertindas dan berjuang melawan imperialisme.
Prabowo Subianto, memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menyatukan kekuatan bangsa-bangsa di dunia menuju kemerdekaan sejati dan perdamaian dunia dengan prinsip keadilan, kesetaraan, saling menghormati dan menghargai satu dengan lainnya. Semoga.
Kekuatan besar di dunia, China dan AS, harus menyadari tanggung jawab besar untuk menjaga perdamaian dunia, khususnya di Asia dengan kebijaksanaan dan kebajikan.
"Sebagaimana yang diajarkan Konfusius, bahwa kekuasaan dan kepemimpinan harus selalu datang dengan kebajikan. Dengan segala tantangan yang kita hadapi, kita optimis, kita yakin bahwa kebijaksanaan, rasionalitas, akal sehat akan menang," ujar Prabowo mengakhiri pidatonya.