Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo Subianto: Mengembalikan Perekonomian Indonesia ke Akar Pancasila (Bag. 2)

3 Januari 2025   11:01 Diperbarui: 3 Januari 2025   11:01 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pemukiman padat semi permanen di kawasan Kebon Kacang, Jakarta, Selasa 2 Juli 2024 (Sumber: Tempo/Tony Hartawan)

Sebuah ideologi ekonomi yang dibalut dalam bentuk program bantuan pinjaman, hal yang serupa juga menimpa sebagian besar Asia dan Afrika. Formula IMF ini tak jauh berbeda dengan yang disebut David Harvey di atas.

"Tidak ada makan siang gratis", begitulah prinsip bantuan IMF ke Indonesia.

Ada 4 syarat utama IMF yang harus dilaksanakan pemerintah Indonesia: pengetatan anggaran, termasuk penghapusan subsidi; liberalisasi sektor keuangan; privatisasi BUMN; dan liberalisasi perdagangan.

Fakta-fakta Buruk Dampak Neoliberalisme dan Oligarki

Pembaca yang berakal pasti mafhum dampak utang IMF tersebut bagi rakyat kecil, seperti kenaikan BBM, transportasi, Tarif Dasar Listrik (TDL), pendidikan, kesehatan, dan jatuhnya BUMN ke tangan swasta.

Arah ekonomi yang keliru ini dan tercerabut dari akar Pancasila, beroperasi terus menerus selama puluhan tahun.

Sikap kritis Prabowo atas praktik "sekumpulan elit" yang berkuasa dalam pemerintahan, selama bertahun-tahun lalu, sekarang mulai menemukan kenyataannya.

Riset terbaru dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) berjudul "Laporan Ketimpangan Ekonomi Indonesia 2024: Pesawat Jet untuk Si Kaya, Sepeda untuk Si Miskin" mengungkapkan beberapa temuan utama terkait ketimpangan ekonomi di Indonesia yang semakin memprihatinkan (Kompas.tv, 27/9/24).

1. Kesenjangan Kekayaan yang Mencolok:

Kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta orang biasa. Ini menunjukkan bahwa jurang antara kelompok kaya dan masyarakat miskin semakin lebar.

Dalam enam tahun ke depan, diperkirakan Indonesia akan memiliki kuadriliuner pertama dalam sejarah, sementara kemiskinan diperkirakan baru bisa dihapuskan dalam waktu 133 tahun jika tidak ada perubahan signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun