KREDO
***
Luka kita mungkin tak sebanding dengan luka dia. Butuh kebesaran jiwa dan samudera cinta yang tak biasa untuk sanggup memeluk erat luka dalam waktu begitu lama.
Lelaki yang diakrabi kekalahan, episode yang terus berulang, bagai sembilu sejarah berputar tak karuan.
Semua orang bisa begitu menawan ditiap perayaan kemenangan. Namun, sedikit saja yang tetap menawan kala kekalahan menghujam.Â
Sudah terlalu lama lelaki penuh luka itu mafhum bahwa disaat kalah pun dia harus tetap memimpin. Tak hilang komitmen dan keberanian. Tak kurang daya juang.
Tak bergeser kebaikan walau sejengkal.
Memimpin orang-orang yang digilas kekalahan tentu mengandung kadar kerumitan yang tak gampang. Kawan dan lawan bercampur tak karuan.
Ditengah-tengah kesedihan dan penderitaan yang tebal. Dipuncak kekecewaan terselip harapan; jalan melingkar harus dilalui demi generasi pergerakan. Tetap merawat mimpi-mimpi.Â
Kredo 'timbul tenggelam bersama rakyat' bukan lahir dari khayalan. Dia harus diperjuangkan habis-habisan.
Tak mudah menyatukan dua hati yang terlanjur terpisah hanya dalam satu kali pertemuan. Namun setidaknya adab mulia sudah dilambungkan ditengah keramaian.Â
Meski sisa luka belum usai, sebagian tak gembira karenanya. Jangan mewarisi dendam luka dibaluri garam. Jangan ada perpecahan di antara kamu.
Terima kasih 'El Comandante' atas segala daya upaya merajut setiap hati dalam persahabatan. Semoga api perjuanganmu terus berkobar dan Tuhan Sang Maha Pemurah memberimu rahmat kebajikan melimpah.*
[Credo dalam Bahasa Latin berarti "Aku Percaya"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H