Tahun 2022 McKinsey Health Institute melansir hasil survei yang melibatkan lebih dari 42 ribu responden di 26 negara. Hasilnya cukup mengejutkan. Sebanyak 18% Gen Z merasa kesehatan mental mereka buruk (Pratiwi, 2023).
Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya: milenial (13%), Gen X (11%), dan baby boomers (8%).
Selaras dengan McKinsey, riset Pew Research Center menunjukkan sekira 70% remaja dari berbagai latar belakang melaporkan mengalami kecemasan dan depresi (Mudarya & Kurniawati, 2024).
Gen Z menyadari dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental, seperti rasa cemas, rendah diri, dan kesepian. Mereka juga aktif mencari dan membuat konten media sosial tentang kesehatan mental.
Berdasarkan beberapa sumber menyebutkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental Gen Z, di antaranya:
- Tekanan dan pengharapan akademik yang tinggi
- Paparan media sosial yang konstan
- Ketidakpastian masa depan dan ekonomi yang tidak stabil
- Kurangnya keterlibatan sosial dan dukungan emosional
- Kesulitan lapangan kerja Ā
Meski demikian, Gen Z memiliki cukup banyak potensi keunggulan yang dapat dioptimalisasi dibandingkan generasi sebelumnya.
Keunggulan ini sangat berguna di Tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan yang bergerak sangat cepat. Keunggulan Gen Z yang dapat dioptimalkan adalah (Mudarya & Kurniawati, 2024):
- Literasi digital dan teknologi
- Berpikir kritis (critical thinking)
- Kreativitas dan inovasi
- Kemampuan berdaptasi
- Komunikasi yang efektif
- Empati
- Kemandirian dan inisiatif
Mengenal Konsep Ubermensch
Friedrich Nietzsche, seorang filsuf Jerman yang berpengaruh, memperkenalkan konsep Ubermensch atau manusia unggul sebagai puncak dari evolusi manusia.
Konsep ini tidak hanya menggambarkan individu yang superior secara fisik atau intelektual, tetapi juga mencakup kemampuan untuk menciptakan nilai-nilai baru dan mengatasi batasan-batasan yang ada.