Pendahuluan
Artikel hebat pasti punya argumen yang kuat. Setidaknya begitulah first impression saya saat pertama kali membaca konten-konten teks dari para Kompasianer.
Namun, tidak semua konten teks tersebut memiliki argumen kuat. Masih ada juga yang tidak sesuai dengan Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Sekurangnya masih ada 19.305 konten yang tidak layak tayang karena memicu konflik SARA, hoaks, hingga afiliator judi daring (Kompasiana, 2024).
Kompasiana, sebagai platform blogging yang berfokus pada user-generated content, telah menjadi salah satu ruang penting bagi penulis dan pembaca di Indonesia sejak diluncurkan pada tahun 2008.Â
Misi mulia dicanangkan. Partisipasi publik dalam berbagi informasi dan opini layak diperjuangkan, Kompasiana terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.Â
Dalam artikel ini, saya mungkin hanya sekadar curhat sambil sedikit mengeksplorasi bagaimana pendatang baru dapat berkontribusi secara efektif dan apa yang perlu diperhatikan dalam merawat komunitas ini.
Pendatang Baru Menilai Kompasiana
Sebagai pendatang baru yang masih seumur jagung. Bergabung pada 25 Desember 2024. Saya sudah menulis 10 artikel, 8 diantaranya adalah Artikel Pilihan (AP) yang menunjukkan kualitas dan relevansi konten.
Dengan keterbatasan jam terbang tersebut, saya hanya bisa menulis, "Ayo! Merawat Kompasiana dengan argumen yang luar biasa."
Kesuksesan platform berusia 16 tahun ini, menurut saya, salah satunya ditentukan oleh kualitas artikel konten teks. Kualitas dinilai dari argumen yang digunakan.
Kompasiana adalah rumah bagi 5,2 juta pengguna. 3,5 juta konten. 1.200 konten/hari. Lebih dari 19 ribu page view/bulan.
Namun, hanya 351.567 yang masuk kategori Green Verification. Lebih sedikit lagi, Blue Verification hanya 944 (iklan.kompasiana.com, 2024).
Kompasianer tentu sudah mahfum, klasifikasi tersebut ditentukan oleh dua faktor utama: tingkat produktifitas penulis dan komposisi jumlah Artikel Utama dan Artikel Pilihan (AP).
Tentu saja masih ada komponen lainnya, seperti keaktifan mengikuti event tertentu yang akan mempengaruhi poin.
Untuk mempertajam penilaian, tentu saya harus dapat menghitung pula jumlah AU dan AP. Namun, informasi tersebut belum bisa saya dapatkan.
Meski berbasis "user generated content" Kompasiana menetapkan sejumlah syarat bagi seluruh kompasianer (green maupun blue) dan konten-konten yang ditayangkan (teks, video, dan foto).
Sebuah kebijakan, yang menurut saya sangat luar biasa bagi sebuah platform media sosial berbasis blog.
Kompasiana terbukti mampu menjaga kualitas konten dan komitmennya pada prinsip-prinsip jurnalisme digital sambil tetap membuka seluas-luasnya keterlibatan publik.
Penutup
Kompasiana telah mengalami pertumbuhan jumlah pengguna yang signifikan dengan lebih dari 5,2 juta kompasianer saat ini. Dengan adanya centang hijau dan biru, platform ini memberikan pengakuan kepada pengguna berdasarkan kualitas kontribusi mereka.
Merawat Kompasiana sebagai platform blogging memerlukan komitmen dari setiap anggotanya, termasuk pendatang baru.
Dengan memahami sejarah, tantangan, dan pentingnya interaksi komunitas, setiap penulis dapat berkontribusi pada ekosistem yang lebih kaya dan bermanfaat.
Melalui kolaborasi dan penghargaan terhadap kualitas konten, Kompasiana dapat terus berkembang sebagai ruang bagi ekspresi kreatif dan opini masyarakat Indonesia.
Sebagai seorang pendatang baru di Kompasiana, tentu saya berharap kepada semua kompasianer termasuk saya untuk terus meningkatkan kualitas artikel.
Ayo! Merawat kompasiana dengan argumen luar biasa.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H