Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Dramaturgi Politik dalam Novel Prasa & Kelir Karya Yon Bayu Wahyono

14 November 2023   08:28 Diperbarui: 14 November 2023   08:54 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara umum acara peluncuran dan bedah novel cukup menarik dan mampu membuat aku dan (sepertinya) teman-teman lain bertahan hingga jelang maghrib. 

Bukan semata karena penulisnya adalah kawan akrab, namun karena acara tertata dengan menarik. Hangat. Penampilan "crew" muulai dari Mas Nanang, Nuyang, Devie, Retno dan Yon Bayu mengalir saling menunjang.

Bedah Novel PRASA dan KELIR di TIM. DOKPRI
Bedah Novel PRASA dan KELIR di TIM. DOKPRI

Sementara 2 novel diuncurkan sekaligus, bukan perkara simple. Cuma dampaknya ke  sisi durasi waktu. Membedah 2 novel setebal (efektif) 239 dan 160 halaman butuh durasi waktu panjang. Sementara 3 jam durasi yang tersedia, tentu tidak mencukupi, seefektif apapun dalam mengaturnya.   

Berdampak pada pendalaman materi dari sosok pembedah yang kompeten maupun peserta tidak leluasa dilakukan. Meski  para penanya, kebanyakan menyoroti di "depan pintu" novel. Belum ke "dalam rumah" isi novel. Serupa yang kutanyakan saat pre launching di Bogor. Soal latar belakang ide, referensi penulis.

Dimaklumi belum baca. Aku sendiri jelang launching itu baru baca selesai satu, yakni novel Kelir. Kupilih awal kubaca karena isu spiritual Jawa-nya. Namun demikian, sepertinya sosok pembedah bisa mewakili hadirin untuk menguak lebih dalam.

Meski sang penulis, Yon Bayu, tak akan mengupas pesan dan kesan novel lebih jauh karena memberi ruang pembaca  menafsirkan. Jangan harap, "tidak elok", katannya. 

Untuk ini aku sepakat. Pembaca bebas menafsirkan karya. Oleh sebab itu,menurutku, membaca buku, fiksi, novel sekalipun, bisa memberi tafsir berbeda jika dilakukan baca berulang.  

Sementara soal isi novel, novel Prasa adalah novel realis sarat data yang diekspos. Kekayaan data yang disodorkan penulisnya lumayan banyak. Saking beruntunnya, Bang Isson berasa disergap oleh fakta-fakta yang dihadirkan. 

Namun di sisi lain, aku merasa memperoleh fakta baru yang belum diketahui, tentunya butuh wawasan tersendiri dan penelusuran sendiri lebih lanjut, dalam memisahkan realis atau fiksi.   

Saran Bang Isson menghadirkan "vibes" perempuan dalam dialog tokoh Prasa, oke juga. Terus ada tokoh Ibu Bio, calon mertua Prasa yang masih mengganjal. Karena sebegitunya memata-matai melalui wartawan Cakrawira saat  Prasa "operasi tanpa nama" memburu asal usulnya. Kenapakah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun