- Mbok Mbik [Mbok Emban]
Lukisan ini menampilkan dua sosok perempuan. Saling berhadapan dengan busana cenderung gelap seperti busana khas daerah. Berlatar belakang warna cerah.
Sosok itu ternyata adalah Emban, atau lazimnya dipanggil kesayangan dengan sebutan Mbok Mbik. Ini juga sosok perempuan hebat, di mana perempuan-perempuan pengasuh itu tutut berperan dalam mengasuh orang-orang yang pada kemudian hari akan menjadi orang yang hebat. Lebih hebat daripada Mbok Embannya sendiri.
- Bukan Wani Di Tata [perEMPUan]
Lukisan dengan objek wayang Sari ini digambarkan sosok perempuan dengan tangan-tangan menjulur di sekelilingnya. Seperti gambaran tangan yang ingin "cawe-cawe" mengatur Perempuan.
Mbak Sari lebih suka penyebutan istilah wanita dengan kata perempuan.
Btw penulisan judul "perEMPUan" dengan penekanan pada EMPU menyiratkan makna pentingnya perempuan. Mengingatkanku pada dosen yang ngajar filsatat Ketuhanan dulu, Alm Prof. Damarjati Supadjar. Beliau suka menyebut dengan kata perEMPUan.
Dalam lukisan itu, Mbak Sari ingin menunjukkan sosok perempuan yang bukan perempuan yang bisa diatur. Bukan dalam konotasi negatif. Perempuan bisa mengatur dirinya sendiri, karena Perempuan punya nalar dan hati yang lebih kuat.
Mbak Sari mendeskripsikan, saat sosok perempuan dalam situasi melambung tinggi atau pun saat jatuh, sering kali dituding-tuding dan diatur atur bahwa perempuan harus begini, harus begitu.
"Saat perempuan sudah mengerti siapa dirinya, tak perlu dia dibilang lagi bahwa dia suaminya A, suaminya B, tapi saya adalah saya,"Â terangnya.
- Sudah Waktunya
Lukisan ini menampilkan goresan naga bermahkota dengan selendang warna kuning. "Wis Wayahe" atau "Sudah Waktunya" dipilih menjadi judul lukisan ini.
Makna yang terkandung dalam goresan itu, menurut Mbak Sari, adanya keselarasan dan keseimbangan di dalam kehidupan ini.