Ruangan nampak bersih. Dibersihkan oleh seorang ibu berusia 83 tahun bernama Maemunah. Ibu itu merawat tempat ini  sejak sekitar tahun 1980an. Ibu Maemunah ditemani Pak Farid.
Mengutip dari ragam sumber, tullisan pada lempengan batu itu, berupa aksara tipe Jawa Kuno dalam 9 baris dan berbahasa Sunda Kuna.
Menurut Hasan, seorang yang memperdalam studi epigrafi atau ilmu prasasti dan sejarah kuno Indonesia di Belanda, prasasti Batutulis isinya dibagi menjadi 3 bagian.
Bagian manggala atau pembukaan berisikan seruan permohonan perlindungan dan keselamatan pada Dewa.
Lalu sambandha atau bagian alasan dan tujuan dibuatnya prasasti. Tujuannya adalah  untuk memperingati Prebu Retu yang dinobatkan sebagai raja dengan nama Prebu Guru Dewata Prana dan Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Bagian terakhir adalah titimangsa berisi terkait tahun candrasengkala. Â
Sebuah sumber menyebutkan bahwa prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Pajajaran. Dibuat pada tahun 1533M (1455 Saka) oleh Raja Surawisesa (1521-1535M) yang merupakan penerus Kerajaan Padjajaran.
Keterangan serupa itu, juga diceritakan Pak Farid, kalau prasasti dibuat oleh anaknya Prabu Siliwangi bernama Surawisesa dari Kerajaan Pajajaran.
Sejarah mencatat  prasasti ini pertama kali ditemukan oleh ekspedisi pasukan VOC, dipimpin oleh Kapten Adolf Winkler pada 25 Juni 1690. Â
Hingga saat ini, prasasti Batutulis terawat dengan baik. Di area komplek ada semacam "kuburan" batu dengan nisannya juga ada tapak kaki Surawisesa.
Pemandian Cipulus, Bikin Awet Muda?