Ada etalase kaca, ditata sedemikian rupa. Salah satu  etalase, memuat kopi bubuk robusta dan arabica yang dikemas dengan ragam ukuran.  Ada yang berat 200 gram arabica, dan ada 250 gram robusta. Ada yang dikemas kertas dan plastik bermerek "Kopi Bubuk Cap Kacamata Bah Sipit".
Begitu pula di atas etalase ada "lodong" atau wadah berbahan gelas. Ada kemasan kecil. Ini kemasan sekali seduh. Harganya ekonomis. Ada yang Rp. 5000 dapet 4 buah, kopi bubuk tanpa gula. Dan Rp. 5000 dapet 3 buah untuk kopi plus gula.
Dengan ragam kemasan itu, sepertinya kedai kopi ini lebih menjangkau beragam kalangan lapisan ekonomi masyarakat.
Sementara di dinding terpasang beragam foto jadul. Warnanya lusuh dan kusam tanda itu foto sudah lama banget, Ya itu foto-foto jaman Hindia Belanda. Masa perjalanan panjang kedai kopi ini.
Tonton video reelsku ini untuk melihat kedai Kopi Bah Sopit.
Emas Hitam, Kopi
Selama ini yang ku tahu, bagi sebagian orang kopi itu memiiki nilai tersendiri. Â
Di luar negeri, kopi Indonesia bahkan dijuluki  sebagai "the black gold" atau 'emas hitam'.
Julukan yang tak berlebihan seiring dengan melimpahnya ragam kopi khas Indonesia. Kita akan dengan mudah menyebut daerah-daerah di nusantara yang beken karena kopinya. Ada kopi Gayo, Jawa, Toraja hingga Papua.
Begitu pentingnya kopi sebagai komoditas berharga, bahkan biji kopi sempat menjadi komoditas yang sangat mahal. Seperti yang tercatat dalam sejarah, pada 1889, emas hitam itu memicu pecahnya Perang Kopi di Toraja, Sulawesi.