Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

8 Tahun Koteka: Suka Duka Nge-trip dari Goa Gudawang Sampai Curug Cibeureum

19 Mei 2023   15:47 Diperbarui: 19 Mei 2023   18:35 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Batik dan Kampung Perca. (Foto Dokumen Pribadi) 

Ini sekelumit cerita suka duka Ikut ngetrip bareng Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka).

Namanya juga ngetrip rame-rame, senang dan sedih itu biasa. Justru menambah pengalaman banyak hal untuk dijadikan pembelajaran dan mungkin pendewasaan dalam menghadapi trip-trip bareng selanjutnya. Ya toh?

Ini kenangan cerita, dari ngetrip yang pernah kuikuti bareng Koteka.  Trip dari  Goa Gudawang sampai Curug Cibeureum Sukabumi, yang kuingat.  

Salah satunya kenangan ngetrip bareng almarhum Dizzman, admin Koteka.

1. "Seremnya" Goa dan Kenangan dengan Almarhum. 

"Bos, kita jadinya trip ke Bogor, Goa Gudawang."

Aku teringat kalimat di akhir tahun 2019 silam.  Kalimat dari alm Dizzman, yang berpulang belum lama ini.

"Rekomendasi dari Bang Yon," lanjutnya.

Sambil menyeruput kopi malam di salah satu kedai di Sarinah, Jl. Thamrin Jakarta Pusat itu, aku menyimaknya. Kami memang acapkali ketemuan selepas jam kerja kantor. Sarinah menjadi lokasi favorit. Kadang ketemu berdua saja, kadang bareng kompasianer senior Bang Yon dan Bang Isson.

"Dimana lokasinya? Baru tau ada goa di Bogor," tanyaku.

Dia menunjukkan gmap di smartphonenya. Kubaca, lokasinya di komplek Gudawang, Desa Argapura, Cigudeg, Kabupaten Bogor.

Prinsipnya aku senang-senang saja, jalan-jalan. Traveling rame-rame. Suka menikmati nuansa alam. Air terjun/ curug, pantai, bangunan bersejarah, atraksi budaya, sampai wisata kuliner.

Kalau wisata goa?

Nah ini, sebenarnya aku keder kalau caving ke goa. Tapi kali ini entah kenapa aku gak mau melewatkannya. Mungkin karena bareng kompasianer.

"Oke bos, aku ikutan," tegasku.

Jadilah di hari weekend, Sabtu 14 Desember 2019, dipilih menjadi hari H.

Kenangan manis ngetrip bareng alm Dizzman Koteka pada 2019 silam. Dok Koteka
Kenangan manis ngetrip bareng alm Dizzman Koteka pada 2019 silam. Dok Koteka

Jujurly, aku memang teramat jarang, dan lama  sekali gak wisata ke goa. Bukan tanpa sebab. Aku ada pengalaman yang selalu teringat di benak kala menyebut wisata goa.

Ceritanya semasa awal kuliah di Jogjakarta, ikutan komunitas pecinta alam fakultas di kampus biru, Universitas Gadjah Mada/ UGM. Terus punya banyak kawan traveler.

Suatu kali dengan teman-teman baru di kampus wisata ke goa di Bantul. Goa Cermai kalau gak salah. Itu goa masih lumayan alami. Goa dengan aliran sungai di dalamnya.

Terus, kami bertujuh orang masuk goa dong. Diajak telusur ceritanya. Itu pengalaman kali pertamaku. Biasanya main ke goa paling masuk cuma beberapa meter ke dalam doang.

Ternyata Goa Cermai, lumayan dalam. Panjang rutenya.  Banyak cabang jalan, Jalannya pun berendam di aliran air sungai dalam goa. Kadang air setinggi paha, kadang sampai leher. Kadang lewati Lorong sempit.

Ngeri sebenarnya waktu itu. Ngeri ada hewan-hewan ular serangga dan semacamnya. Belum lagi penerangan hanya pakai obor. Dulu lampu senter masih langka sepertinya.

Tapi yaa, udah kepaksa masuk. Hehehe. Bersyukur bisa melihat cahaya keluar di ujung pintu goa satunya. Selamet.  Pengalaman itu yang bikin aku keder hingga sekarang hahaa.

Cerita duka "gak enak"  itu yang langsung teringat saat Dizzman ajak ke Goa Gudawang.  

Tapi bayangan seramku itu tak terbukti. Goa Gudawang termasuk goa wisata yang udah lumayan fasilitas. Ada tangga masuk goa dan lampu listrik sampai kedalaman tertentu.

Rombongan dipimpin alm Dizzman, yang membawa satu anak laki-lakinya.  Ditemani seorang pemandu lokal. Kami gak masuk terlalu dalam. Gerah banget euyy. Yaa iyalah.

Senangnya, udara di area lokasi goa banyak pohon, hutan, sejuk dan menyegarkan. Jalur trek pun sudah lumayan bagus. Turun naik dengan tangga-tangga semen berpadu dengan jalan setapak tanah berbatu. Gak terlalu menguras tenaga.

Wait, untuk tahu kondisi goa, bisa tonton video youtube yang aku bikin di bawah ini ya.


Kalau artikelnya ada di sini ya, "Gua Gudawang, Pesona Tersembunyi yang Butuh Kasih Sayang".

Singkatnya bayangan seram tentang Goa Gudawang berubah menjadi menyenangkan meski pulangnya lelah dan kemalaman. Belum lagi diterpa hujan deras selama perjalanan. Beberapa jalan dari Cigudeg sampai Kota Bogor bahkan tergenang air. Syukur masih bisa dilewati pelan-pelan.

Di dalam kendaraan kami masih bisa  sharing-sharing banyak hal, tebak-tebakan dan bersendau gurau, hingga berpisah di Jakarta. Mengesankan.

2. Suka Mengenal Kampung-kampung Progresif 

Trip Koteka pada Sabtu 22 Oktober 2022 lalu, yang mengunjungi 5 kampung wisata di Bogor, ini paling mengesankan.  Sesuai dengan tagline trip  #LebihSerudiKotaBogor 5 kampung wisata yang sedang digenjot Dinas Pariwisata dan Kebudayaan / Disparbud Kota Bogor itu memang bener-bener seru.

Di trip ini banyak sukanya. Dukanya? Kurang banyak kunjungi kampung wisatanya hahaa. Maklum saja, trip sehari bisa menjangkau 5 kampung wisata, udah bagus. Soalnya lokasinya lumayan berjauhan meski masih termasuk di Kota Bogor.

Sukanya dengan trip ini, semakin menambah wawasanku tentang  destinasi wisata khususnya kampung-kampung wisata yang mudah dijangkau dari pusat Kota Bogor.  Secara aku domisili di Bogor. Jadi wajib tahu neh.

Lucunya, aku malah gak jarang lewat di area lokasi kampung wisata itu. Seperti Kampung Batik Cibuluh, Kampung Labirin di Babakan Madang, Kampung Perca di Tajur. Gak sadar, ada kampung wisata yang baru dikembangkan. 

Berkat ikutan trip #LebihSeruDiKotaBogor bareng Koteka dan Disparbud Kota Bogor, aku jadi "ngeh" dengan destinasi wisata baru di Bogor.

Senang dengan  batik Cibuluh yang menggeliat menuju kampung batik ikon Bogor.  

Senang dengan kreativitas warga Kampung Labirin yang menggali potensi kampungnya, meski minim panorama alam.  Kampung dengan lorong-lorong edukasi seperti labirin, sampai wisata malamnya.

Suka dengan hiking ke Pulo Geulis. Kampung yang merawat toleransi antar pemeluk agama, dengan lokasi yang unik diapit Sungai  Ciliwung.

Kampung Batik dan Kampung Perca. (Foto Dokumen Pribadi) 
Kampung Batik dan Kampung Perca. (Foto Dokumen Pribadi) 

Suka banget dengan kampung ala Ubud Bali, Kampung Mulyaharja. Ini kampung dengan potensi panorama persawahan menghijau. Seru makan kuliner ala Sunda, lalapan di saung tengah sawah. Aku bahkan belum lama ini, mampir ke Kampung Mulyaharja lagi, hunting foto sekaligus mau bikin acara bareng teman-teman di sana. Kampung ini mengesankan.

Bahagia melihat geliat kreatifnya ibu-ibu di Kampung Perca, yang mandiri dengan kerjajinan kain percanya. Kampung yang Tangguh dan tumbuh di era pandemi.

Kelima kampung progresif itu selayaknya menjadi tujuan destinasi edukasi sekaligus bisnis buat siapa pun yang singgah ke Bogor.

Aku beruntung, menambah pengalaman trip merambah kampung wisata di Kota Bogor, yang kuperoleh di trip Koteka.

Artikel tentang trip ke Kampung WIsata Kota Bogor itu aku tulis dengan judul ini, "Enjoy Bogor, Cobain Rute ke 5 Kampung Wisata Ini"

3. Perut Mules, Digigit Pacet dan "Hepi" Camping di Trip Curug Cibeureum

Nah trip ke Curug Cibeureum ini gak kalah seru. Trip 2 hari 1 malam, menginap camping di Paseban Fly Resort Sukabumi pada 28- 29 Januari 2023 lalu.

Sukanya udah lama gak tidur di dalam tenda. Jadi amazing banget saat bermalam di tenda. Meski badan posisi melengkung tidurnya hahaa. Asyik aja.

Nah keesokan harinya, pagi-pagi hiking ke Curug Cibeureum  yang  lokasinya masuk dalam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).   

Jaraknya hanya 3 km. Tapi jalurnya naik turun di jalan setapak hutan tropis. Lumayan berolahraga.

Nah cerita duka susahnya tuh, perut mules, maaf, kebelet saat jalan menuju curug.

Ceritanya, saat hiking hampir sampe Pos 2 (Total ada 3 pos) aku merasa ada yang gak beres di perut. Wah gawat, mules!

Aku ingat-ingat lagi, perut baru kemasukan sarapan doang. Nasi goreng. Ya,  pagi sebelum berangkat, sarapan nasgor bareng teman-teman lain di glamping. 

Aku memang gak biasa sarapan berat, apalagi nasgor.  Tadinya ikutan sarapan, karena mau hiking, butuh tenaga, jadi sarapan dah. Hehehe

Gawatnya lagi, saat mules, sungai dari aliran curug juga jauh. 

"Bang, masih jauh curugnya?" tanyaku ke Bang Mamat, sang pemandu.

"Lumayan, masih lewatin pos 3," katanya.

Alamakkk. Perut kruwes-kruwes pulak. Mau "nongkrong" di antara pohon dan semak, kok risih, gak ada air. Lagian air minum mineral tinggal dikit. 

"Tahan dulu bisa gak?" tanya Bang Mamat.

Aku hanya meringis. Lalu mencari batu kerikil di sekitar. Kupikir, aku harus pakai jurus  pamungkas, "kearifan lokal" yang sering kulakukan waktu kecil.

"Kantongi kerikil, kalau kebelet BAB." Hahaha 

Lanjut jalan. Aku dan Bang Mamat memang di posisi terdepan. Teman-teman lain agak jauh di belakang. Gak kelihatan, diantara tikungan jalan dan tertutup pepohonan.

Aku juga rasa-rasain gigitan 4 pacet di kakiku. Awalnya risih dan geli. Tapi kubiarkan saja. 

Kata Kang Nanat nanti akan lepas sendiri. Aku iyain. Aku berniat melepasnya saat tiba di curug. Sekalian bersihin dengan air. 

Jalanku makin bergegas. Hingga sampai Pos 3, rehat sejenak nunggu kawan-kawan lain. Untung rasa mules mulai  berkurang.

Setelah kumpul semua di pos 3, lanjutlah hingga sampe curug. Aku termasuk yang pertama sampai. Senang melihat air. Namun aneh, "cita-cita" untuk BAB kandas. Aku gak merasa kebelet lagi.

Entah, mungkin terpesona oleh panorama curug di hadapan mata. Curug setinggi 40an meter dengan air derasnya. Atau jurus kerikilnya yang manjur ya? Hehehe 

Trip Koteka ke Curug Cibeureum. Dok Koteka 
Trip Koteka ke Curug Cibeureum. Dok Koteka 

Apapun itu, senang bisa menikmati keindahan curug Cibeureum. Waktu durasi tempuh sekira 2 jam, dan lelah tak terasa.  Terhapus oleh senangnya menikmati curug. 

Bahkan hingga pulang sampai Bogor, rasa mulesnya lenyap entah kemana hahaha. 

Video perjalanan ke Curug Cibeureum bisa ditonton di Youtubeku ini ya. 


Untuk artikel trip keCurug Cibeureum aku tulis di sini,  "Asyiknya Camping dan Serunya Hiking ke Curug Cibeureum"

Itu sekelumit cerita suka duka perjalananku bareng Koteka. Teman ngetrip yang seru dengan hobi yang sama, menulis wisata. 

Maulah kalau ngetrip ke curug lagi. Di Bogor banyak curug. Banyak yang belum aku kunjungi. Semoga bisa berkunjung dengan kawan-kawan Koteka suatu saat.

Akhir kata, sekali lagi mengucapkan selamat ulang tahun ke 8 untuk Koteka, semoga menjadi wadah yang nyaman bagi para penulis wisata di Kompasiana. 

Yuk rajin-rajin buka trip lagi, biar khasanah tulisan wisata kita makin melimpah. Salam wisata.

 Salam wisata

@rachmatpy  

Baca Artikel Terkait

"Gua Gudawang, Pesona Tersembunyi yang Butuh Kasih Sayang"

"Enjoy Bogor, Cobain Rute ke 5 Kampung Wisata Ini"

"Asyiknya Camping dan Serunya Hiking ke Curug Cibeureum"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun