Jadi di dalam vihara bentuknya seperti kotak dengan lubang di tengah. Saat masuk melalui pintu utama, akan ditemui ruang tanpa atap di tengah. Kita bisa melewati dari sisi kanan kiri untuk ke ruang utama. Ruang tempat sembahyang yang banyak patung-patungnya.
Pengunjung boleh mendokumentasikan foto/ video di dalam ruangan. Bebas. Tentu saja harus mematuhi aturan. Melepas alas kaki saat di ruang utama. Tidak mengganggu dengan suara-suara berisik. Tidak menghalangi jalan. Pokoknya pintar-pintar kita agar tidak mengganggu kegiatan acara.
 Di teras tengah yang terbuka, sudah disiapkan meja-meja persegi panjang berbahan stainless. Meja-meja inilah yang digubakan untuk menaruh patung-patung atau rupang yang akan dicuci atau dibersihkan.
Jam 10.00 Wib. Acara pemandian patung dimulai. (Wah dikerjain Kang Wito ini, katanya jam 08.00 wib  hahahaaa). Tapi gak apa-apa, justru aku bisa melihat segala persiapan jelang prosesi pemandian rupang.
"Dug dug dug..."
"Teng teng teng..."Itu bunyi bedug kecil yang dipukul di sebelah kiri teras dalam. Bergantian dengan bunyi lonceng. Penanda prosesi "mandi kembang rupang" dimulai.
Setelahnya dilakukan pembacaan doa-doa di ruang utama. Ada 3 orang berpakaian jubah serba warna putih. Mereka yang memimpin doa. Sekitar 10an orang turut serta dengan tangan memegang kitab. Posisi menghadap patung semua. Sekitar 15 menitan, doa-doa selesai. Lanjut ke prosesi berikutnya, mandi rupang.
Patung-patung dikeluarkan dari altar. Ada 3 altar ruang utama vihara ini. Patung beragam ukuran, satu persatu dikeluarkan dibawa menuju meja-meja yang sudah disiapkan  di teras tengah  dan juga di ruang utama. Pengurus vihara bergotong royong dalam prosesi ini.Setelah patung berada di meja semua mandi ruapng dimulai. Dikelompokkan, sebelah kanan kelompok perempuan yang mandiin rupang. Sementara sebelah kanan dan ruang utama kelompok laki-laki.
Eh hiya, tidak semua patung dimandikan dengan air rendaman kembang. Tapi ada pula yang hanya dibersihkan menggunakan kain lembut. Pasalnya bahan material pembuat patung beda-beda. Ada yang terbuat dari kayu, ada yang dari porselen.
Patung berbahan kayu, hanya di lap menggunakan kain. Tujuannya agar tidak lekas rusak, lapuk. Pembersihan pun dilakukan sangat detil. Sampai ke sudut-sudut terkecil patung. Dibersihkan menggunakan cotton bud.
Sementara patung-patung yang dimandikan air kembang bunga melati dan bunga mawar, lalu dikeringkan. Dibersihkan lagi dengan mengunakan kain.
Prosesi pemandian dan pembersihan patung dilakukan dengan sangat hati-hati. Bagi yang melakukan pencucian patung diharuskan membuang pikiran buruk. Memiliki  niat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.