Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Karpet Merah untuk StartUp Lokal Go Nasional

3 Agustus 2021   20:16 Diperbarui: 4 Agustus 2021   07:41 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  LokalCorn. Sumber gambar dari IG @lokalcorn (Desain Rachmat PY)

Era teknologi digital yang pesat berkembang, membuat pintu-pintu masa depan cemerlang bagi pegiat StartUp yang semakin terbuka lebar. 

Dunia StartUp menjadi salah satu yang berkembang cepat di era teknologi digital termasuk di Indonesia. Lihat saja pesatnya perkembangan StartUp di Indonesia yang ditandai lahirnya unicorn-unicorn yang beragam.

Itu tak lepas dari  semakin kreatif dan variatifnya ide-ide gagasan baru yang tumbuh sebagai respon terhadap kompleksnya permasalahan yang dihadapi di masyarakat. Kondisi pandemi bukan halangan, malah membuat penyesuaian yang sangat beragam. 

Adalah Tribunnews dan Hp Indonesia melihat kondisi saat ini, memberi peluang bagi dunia digital di Indonesia. Sekaligus sebagai momentum akselerasi transformasi teknologi digital Indonesia dengan menghadirkan LokalCorn. Ini sebuah ajang StartUp lokal untuk go nasional.

LokalCorn WebSeries pun  digelar selama dua hari yakni pada tanggal 27 dan 28 Juli 2021 secara daring, zoom. Gelaran ini diharapkan dapat memberikan impak untuk masa depan Indonesia melalui pilar teknologi sebagai pilar penting bagi pembangunan Indonesia yang lebih baik. 

Tentu saja LokalCorn WebSeries juga diharapkan memberi insight yang positif, kreatif dan terbuka serta  memunculkan semangat untuk lebih berkreativitas dan mencurahkan ide-ide lebih maksimal melalui karya-karya StartUp. 

Jelas ajang LokalCorn bagaikan  menjadi "Karpet Merah" bagi  perkembangan StartUp di Indonesia. Bisa menjadi salah satu jembatan peluang bagi StartUp lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Pasalnya ide-ide dari berbagai daerah perlu diperhatikan, dikembangkan ke tingkat nasional bahkan global.  

Sejalan dengan itu, 5 orang narasumber atau disebut "Rocket" dihadirkan. Para Rocket itu bukan hanya berpengalaman namun juga sukses di pengembangan bisnis masing-masing dengan basis teknologi digital. Mereka para expert StartUp yang berbagi inspirasi tentang scaleup bisnis StartUp lokal.  

Narasumber LokalCorn WebSeries hari pertama 27 Juli 2021. (Screenshot oleh Rachmat PY)
Narasumber LokalCorn WebSeries hari pertama 27 Juli 2021. (Screenshot oleh Rachmat PY)

LokalCorn WebSeries digelar selama 2 hari. Hari pertama digelar 27 Juli 2021 dengan tema: "Kembangkan Diri, Ide, & Potensi StartUp untuk Kompetisi di Kancah Nasional!"  Hari kedua dengan tema: "Maksimalkan Peluang Bisnis, Ini Saatnya StartUp Lokal Go Nasional!" digelar 28 Juli 2021. 

Hari pertama hadir rocket William Sunito. Rocket pemilik TokoWahab.com ini salah satunya memberi bekal bagi pegiat StartUp untuk mengetahui 7 Persepsi yang Keliru Tentang StartUp.

Fransisca P.W dari Women Works sharing tentang lingkup pemberdayaan perempuan. Gibran Huzaifah dari eFishery bercerita tentang "Koperasi Digital", bisnis sukses dari skala kecil bisa hingga menjadi besar. 

Diajeng Lestari dari Hijub, mengungkap pentingnya membaca celah keunikan produk. Terakhir Juvenco Pelupessy buka kartu soal bagaimana StartUp bisa mendapat pendanaan dari Skystar Capital.  

Narasumber LokalCorn WebSeries hari kedua 28 Juli 2021. (Screenshot oleh Rachmat PY)
Narasumber LokalCorn WebSeries hari kedua 28 Juli 2021. (Screenshot oleh Rachmat PY)

Nah  seperti apa sharing-sharing lengkap dari para rocket di LokalCorn WebSeries yang dipandu Brenda Kwan itu? Ini beberapa insight yang saya tangkap dari acara inspiratif itu. Cekidot.   

Rachmat Pudiyanto aka Rahab Ganendra hadir dong hehee. (Screenshot Rachmat PY)
Rachmat Pudiyanto aka Rahab Ganendra hadir dong hehee. (Screenshot Rachmat PY)

7 Persepsi Keliru Tentang StartUp ala William Sunito 

William Sunito adalah CEO & founder TokoWahab.com, yakni sebuah toko bahan kue yang  lengkap. William sharing tentang "Journey and Sustainable." 

TokoWahab.com adalah B2B E-Commerce for Bakery & Pastry Ingredients. Terhubung langsung dengan distributor, importir dan manufaktur. sekarang ada lebih 4000 Usaha Mikro Kecil dan Menengah - UMKM dan lebih dari 25 brand nasional dan internasional. 

Nah awalnya bernama Toko Wahab, lalu mengikuti perkembangan digitalisasi yang pesat, bertransformasi menjadi Tokowahab.com pada 2017, dinahkodai oleh William Sunito, putra bungsu dari Wihadi Sunito dan Lestari, pemilik Toko Wahab. 

Bagi William, memulai bisnis StartUp tak bisa hanya fokus ke seberapa besar cuan atau keuntungan saja, tapi juga dituntut untuk memiliki pola pikir  panjang, ide-ide yang bisa diimplementasikan  dan bisa berdampak bagi masyarakat luas.

Value TokoWahab.com yang ditargetkan sejak 2015 menekankan value yakni Wholesale price, trust, Convenience dan Education. Itu sebabnya TokoWahab.com memiliki baking center sendiri dan kerap mengundang para UMKM serta bekerja sama dengan brand untuk memberikan pengajaran kepada UMKM. 

Bagi William, enterpreneur adalah  pembentukan usaha baru yang menghasilkan produk yang menciptakan beberapa nilai yang usaha agar dapat menangkap nilai yang sama untuk membuatnya berkelanjutan secara ekonomi 

Ada 7 misperception yang sering ditemukam tentang Enterpreneurs.

1. Enterpreneurs are mercurial individualits. Entrepreneurs ada yang bilang individualis. Menurut William  team work, tidak bisa menjalani sendiri. 

2. Entepreneurs are the smartest and most hight achieving people in room. Apa Enterpreneurs harus smart? William menilai belajar di sekolahpun yang dipakai tak banyak. karena  culture di Indonesia berbeda dengan luar negeri. Jadi bukan berarti harus pinter, yang penting eksekusi. 

3. Entrepreneurs are born not made. Banyak yang bilang jika orangtua pekerja maka anaknya juga bekerja. Bukan, karir  itu tergantung pilihan kita sendiri. . 

4. Entrepreneurs love risk. Bagi William, di perusahaan apapun itu selalu ada resiko.

5. Entrepreneurs are succesful because they are charismatic. Kata William, "Kita mau coba membuat customer semua happy. Kita tak bisa membuat semua happy.. 

6. Entrepreneurs are lucky. William mencontohkan TokoWahab.com. Pada 2016 tak dikenal. 2020 banyak dikenal seiring upaya-upaya yang dilakukan. 

7. Entrepreneurs undisciplined. Tiap orang bekerja bukan fleksibel tapi karena fokus, sesuai jam kerja. 

Lebih jauh William menyebutkan bahwa kunci untuk sukses ditentukan oleh beberapa faktor, yakni team yang kompak dan komunikatif. Eksekusi harus cepat dilakukan, agar terlihat kelebihan dan kekurangan untuk dapat dibenahi. Market yang dibutuhkan masyarakat, petakan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen. Temukan ide-ide yang kreatif, inovatif yang mampu menjawab kebutuhan market. 

Tak ada ide, tak ada bisnis. (William Sunito)

"Perempuan Pemberdaya" ala Women Works

Fransisca P.W. adalah cofounder Women Works, sebuah platform peer to peer pertama wanita yang memberdayakan wanita untuk membangun koneksi yang bermakna guna mempercepat pertumbuhan dan tetap relevan di dunia kerja 

Fransisca  melihat bahwa ekosistem bisnis untuk wanita sangat menantang, dinamis dan membutuhkan pengarahan dan mentorship yang berpengalaman. Fransisca ingin StartUp rintisannya jadi jembatan rumah aman, sekaligus pemberdayaan wanita Indonesia  dalam mengembangkan bisnis. Membuat perempuan dan pria tumbuh dan berkembang bersama.  

Menurut Fransisca, ada 3 hal terpenting untuk bisa sukses.

1. Team. Dalam membuat StartUp penting sekali memiliki team yang kuat. Women Works dibangun Fransisca dengan teman lamanya, Windy saat masa covid. Saling sharing ide dengan latar belakang berbeda. Fransisca memiliki llatar belakang enginering. sementara WIndy lebih ke bisnis. Saling melengkapi. Ibarat membangun sebuah keluarga.

2. Problem. Problem yang ditemukan haruslah sesuatu yang dibutuhkan untuk kita dan masyarakat. Itu penting. Market besar. Visi misi harus kuat. 

Fransisca mengungkapkan bahwa latar belakang Women Works, komposisi dilihat dari sisi pendidikan, ada pria 8,52% dan perempuan 8,99%. Hampir sama. Segi menikah, ada  pria 58,97% menikah dan wanita 60.00% yang menikah. Dalam perbandingan  aktif bekerja lumayan jauh, pria 83,18% dan wanita 53,50%. 

Women Works sekarang memiliki 20an volunter 20, dikarenakan banyak yang melihat ini sesuatu yang penting. Fokus sehingga orang lain terinspirasi dan tergerak membantu kita. Beberapa negara memandang perempuan, bagaimana bisa turut membangun negara. 

3. Produk yang bagus. Memang tidak bisa langsung menemukan produk yang sempurna. Butuh proses. Fransisca meyakini bahwa "Sukses adalah saat orang yang jatuh mampu berdiri lagi sampai menemukan produk yang bagus."

 "Koperasi Digital"ala eFishery

Membangun bisnis digital mulai dari nol, "Dari 0 - 1000 (Zero to Thousand)" disharingkan oleh Gibran Huzaifah, CEO dan, founder eFishery. Kesuksesan Gibran bukan sembarangan, karena berprestasi di tingkat nasional dan internasional. Menjadi nominator 7 Milennial Heroes.

Perlu diketahui eFishery awalnya adalah Startup yang membantu peternak kontrol pakan ikan. Model StartUp yang ditemukan Gibran awalnya dari temuan masalah pada petani ikan. Sebagai mahasiswa fakultas biologi waktu itu, Gibran berinteraksi dengan petani seiring dengan munculnya inspirasi dari dosennya pada 2009  yang melihat catfish akan tren dalam 5-10 tahun.

Gibran menemukan masalah pada petani ikan.  Semua pembudidaya ikan sama menghadapi masalah pada pemberian pakan. pakan mahal, pemberian makan berlebih.  ikan bisa mati. 

Gibran mencari solusi dengan menciptakan alat pakan ikan berbasis teknologi, yang dinamakan efishery feeder. Berkembang. Sekarang terkoneksi dengan android, yang bisa sekaligus mencatat kapan panen, ikan mati, ikan apa yang dipelihara, pakan merek apa tercatat. Semua data terkoneksi ke server eFishery.  

Rocket Gibran Huzaifah saat tampil di  LokalCorn WebSeries hari pertama 27 Juli 2021. (Screenshot oleh Rachmat PY)
Rocket Gibran Huzaifah saat tampil di  LokalCorn WebSeries hari pertama 27 Juli 2021. (Screenshot oleh Rachmat PY)

Bisnis tumbuh dan merambah bisnis lain di lingkup budidaya ikan. Jadilah semcam "Koperasi Digital" yang bergerak di masing-masing produk.

Ada eFisheryFeed yakni jualan pakan. eFisherFund membeli pakan dikasih kredit,  yang dinamakab efisher Kabayan - Kasih Bayar Nanti atau istilahnya Pay Later. 

Terus ada efisher fresh yang menyediakan ikan segar. Dipasok ke supermarket, restoran dalam kondisi ikan hidup dan membuahkan produk turunan seperti ikan beku, fillet ikan dan lain-lain.  

"Koperasi Digital" terwujud bermula dari bisnis pemberian pakan ikan berkembang dan mampu bisa kasih pembiayaan,  jualan pakan sekaligus ikan panennya dan lainnya.  

eFishery tidak hanya berinovasi menciptakan Smart Feeder, namun juga menjadi sebuah solusi untuk memecahkan masalah-masalah yang lebih besar di sektor Akuakultur secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.

Sekarang eFishery jadi The Largest Feed Distributor dan The Largest Fish Supplier di Indonesia tanpa punya satu kolam pun. Sudah bermitra dengan 14 ribu petani, 50an ribu kolam, di 28 propinsi, 120 cabang seluruh Indonesia. 

Kiprah Gibran membuktikan bahwa inovasi itu muncul kalo kita memiliki solving problems bukan ide. Dekati masalahnya.  Start early, start small. Mulai sesegera mungkin dan sekecil mungkin.  

Materi Gibran tentang e Fishery. (Screenshot Rachmat PY)
Materi Gibran tentang e Fishery. (Screenshot Rachmat PY)

Jeli Melihat Celah Keunikan ala Hijub 

Diajeng Lestari adalah pemilik Hijub, sebuah startup desainer busana muslim.Hijub merupakan ecommerce di dunia yang bergerak di bidang busana muslim dengan koleksi dari berbagai negara di dunia.  

Tahun 2011, Hijub dibentuk dengan pendanaan sendiri. Baru pada tahun 2014 memperoleh pendanaan, hingga merambah event fashion dunia serta kerjasama dgn brand-brand ternama di Indonesia dan lainnya.  

Bagaimana Hijub bisa sukses? Diajeng Sharing berbasis perjalanan Hijub.

1. Harus tahu apa yang akan dibuat. Gimana mendapat ide untuk StartUp. Hijub melihat celah dimana belum ada yang spesifik menyediakan fashion muslim. Fashion banyak variannya. Hijub berbeda dengan yang lain. 

2. Hijub memiliki produk terbaru trendi pilihan yang sangat banyak. High quality. 

3. Market. Market kecil susah diperluas. Market yang besar dengan menggunakan teknologi lebih luas. Produk Hijub match dengan market yang ada. Market nasional bahkan global.

Ide harus melihat marketnya. Dengan teknologi digital market lebih buildup. Gunakan  sosial media, dan  exposure lainnya. (Diajeng Lestari)

screenshot-20210728-152311-zoom-6109380c152510331a7694e2.jpg
screenshot-20210728-152311-zoom-6109380c152510331a7694e2.jpg

Materi Hijub dari Diajeng Lestari. (Screenshot Rachmat PY)


Skystar Capital, Berbagi Pendanaan StartUp  

Juvenco Pelupessy dari Skystar Capital sekaligus founder Bibit.id menjadi rocket kelima yang sharing di LokalCorn WebSeries pada 28 Juli 2021. 

Skystar Capital  adalah perusahaan join ventura pendanaan, konsultasi strategi bisnis yang sedang menjalin kerjasama untuk meningkatkan personality StartUp lokal. Juga investor untuk mengembangkan startup lokal rintisan.  

Skystar Capital terdiri dari beberapa investor.  Investor memberi dana  ke Skystar Capital. Menurut Juve (nama panggilan Juvenco) timeline biasanya 10 tahun, harus cari cara untuk exit. Bisa juga dijual ke investor lainnya.  

Skystar Capital membawa value untuk StartUp. Bagaimana Skystar Capital melihat StartUp?

- Bertemu dengan StartUp. Menurut Juve, source biasanya 5% diterima.

- Screening biasanya tahap ngobrol. Skystar Capital mengerti tentang founder StartUp bersangkutan, juga pemahaman founder mengerti sektor yang dilakukan. Screening semua data, seperti pemasukan, profit-profitnya dan lain-lain. 

- Ada tesis sekitar 30-60 halaman untuk meyakinkan investor. Dari tahap itu, masuk bisnis plan. Membuka pintu ke investor lainnya untuk produk yang tidak ada.  

Menurut Juve, ada 5 kriteria seleksi bagi talenta baru untuk StartUp

  1. Timing dari total Addressable Market (TAM) sangat penting. 

  2. Problem dan solusi yang ditawarkan, serta kompetisi pasar.

  3. Produk yang kuat dan mudah digunakan oleh masyarakat luas.  Bagaimana bisnis produk menghasilkan uang. 

  4. Background founder dan pengalamannya

  5. Chemistry antara founder dan penyeleksi talenta atau si pemodal ventura itu cocok. 

Juvenco memaparkan apabila perusahaan rintisan atau StartUp ingin mendapatkan pendanaan atau fund raising melalui  salah satu ventura capital maka terdapat beberapa persyaratan yang harus terpenuhi . 

Syarat-syarat itu seperti market dan potensi pertumbuhannya, inovasi dan keunikannya, penggunaan teknologinya, dan timingnya. 

Nah bagi para penggiat StartUp untuk informasi lebih jauh sila ikuti media sosial LokalCorn. Instagram @lokalcorn, Facebook Lokalcron, Youtube Lokalcorn.

Jangan sampai ketinggalan info-info updatenya, siapa tahu Startupmu "berjodoh" mendapat pendanaan lalu menjadi salah satu StartUp yang mampu berevolusi go nasional. Semoga.

***

Penulis: Rachmat Pudiyanto
Kompasianer Jakarta/ Bogor 

IG @rahabganendra
Youtube: www.youtube.com/rahabganendrax 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun