Ada hubungan budaya bilateral yang unik antara Indonesia dengan Azerbaijan. Seni beladiri Pencak Silat populer dan digemari di negeri Odlar Yurdu "Negeri Api" itu.
Menengok sejarahnya, Â Azerbaijan berdiri pada 28 Mei 1918 dengan nama Republik Demokratik Azerbaijan. 2 tahun berselang, Azerbaijan jatuh ke dalam kekuasaan Uni Soviet dan menjadi bagian negeri yang sekarang bernama Rusia itu. Saat Sovyet jatuh, Azerbaijan meraih kemerdekaannya kembali pada 18 Oktober 1991 silam.
Aku merasakan momen sukacita saat hadir dalam acara  peringatan ke-101 Proklamasi Republik Demokratik Azerbaijan dan 100 tahun Layanan Diplomatik Azerbaijan yang dirayakan di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, pada Senin 29 April 2019 malam.
Aku merasa yang mungkin dirasakan khususnya oleh warga Azerbaijan seperti Mr. Ruslan, Aisyu, Malikzadeh dan warga negara Azerbaijan lainnya yang hadir di acara bersejarah itu.Â
Itu kali kedua aku diundang di momen peringatan Proklamasi Republik Demokratik Azerbaijan. Tahun lalu di tempat yang sama, aku juga hadir dalam acara. Pengalaman itu kutulis di sini, Nyala 100 Tahun "Negeri Api."Â
Melihat meja-meja makanan itu aku langsung mencari makanan khas negara yang baru saja kelar menggelar Grand Prix Azerbaijan 2019, balapan motor Formula Satu yang berlangsung pada 28 April 2019 di Sirkuit Kota Baku, Azerbaijan itu. Â Lamb Shawarma doner, itu dia kuliner khas Timur Tengah. Tapi belum siap saji, jadi minum dululah. Hehee.
Eh ada kejadian lucu, saat aku jepret-jepret kulihat ada perempuan cantik berparas Azerbaijan di acara. Aku bilang ijin motret dalam bahasa Inggris, sambil isyarat tangan. Eh ternyata dia bisa bahasa Indonesia. Lumayan faseh. Â
Sanubar Malikzadeh namanya. Masih muda, 21 tahun. Asli warga Azerbaijan yang sudah tinggal di Yogyakarta selama 7 bulan, untuk belajar di Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Bahasa Indonesia. Woww pantesan.
"Bahasa Indonesia paling mudah," katanya saat ngobrol usai acara.
Ia mengaku belajar Bahasa Indonesia untuk menunjang pendidikannya di jurusan Hubungan Internasional di negerinya. Dan juga menunjang karirnya kelak.
Pantesan saat kubilang, "Thanks you," selepas motret, dia jawab, "Sami-sami." Hahaa.Â
Datang ke Indonesia adalah pengalaman pertama kalinya pergi ke negara lain.Â
Sanubar menyukai Yogyakarta beserta makanannya. Semua makanan dengan ayam dia suka. Tak lupa nasi goreng.Â
Beberapa kota sudah disinggahinya seperti Surabaya, Malang, Purwokerto, Kebumen, Medan, Madura, Jakarta. Favoritnya? Yogyakarta. Nampaknya Sanubar suka banget jalan .
Sanubar mengaku senang bisa hadir di acara. Soalnya dia bisa berbicara dengan orang-orang Azerbaijan, dengan bahasa Azerbaijan, makan makanan Azerbaijan, mendengar lagu kebangsaan Azerbaijan.
"Jarang berbahasa Azerbaijan, jadi awal mau bicara sempat lupa," kata Sanubar seraya merekomendasikan untuk mencicipi kuliner khas Azerbaijan  Kebab dan Shawarma.
Selain Mr. Ruslan Nasibov, hadir pula Emil`Mr. Emil Ahmadov, Second Secretary Embassy of The Republic of Azerbaijan. Dengannya,  aku juga sudah pernah bertemu setahun lalu, di acara serupa. Penampilan mereka rapi, berjas. Berbeda pada perayaan tahun lalu. Saat itu Mr. Ruslan dan Mr. Emil serta keluarganya mengenakan  pakaian khas Azerbaijan.
Sementara itu, mewakili pemerintah Republik Indonesia, hadir Dr. Sofyan A. Djalil, Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia.
Sekira jam 19.00 wib lewat acara dimulai. Dari sambutan Mr. Ruslan Nasibov dan Dr. Sofyan A. Djalil tergambarkan kerjasama kedua negara di berbagai sektor. Â
Hubungan bilateral yang baik antar Indonesia dan Azerbaijan terjalin sejak  24 September 1992, setahun setelah Azerbaijan merdeka dari Uni Soviet. Azerbaijan membuka hubungan diplomatik dengan negara lain untuk pertama kalinya (100 tahun) yakni pada tahun  1919. Â
Mr. Ruslan Nasibov menyampaikan sambutan singkatnya dalam bahasa Inggris. Terkait hubungan politik tingkat tinggi, Azerbaijan mendasarkan pada prinsip-prinsip persahabatan, saling menghormati dan kerja sama.
"Hari ini kami memiliki lebih dari 70 misi diplomatik di luar negeri," kata Mr. Ruslan Nasibov.Â
Menurut Mr. Ruslan, Pemerintah Azerbaijan terus melaksanakan reformasi besar-besaran di semua bidang. Perkembangan ekonomi Azerbaijan yang cepat telah mengubah negara itu. Dalam 15 tahun terakhir, tingkat kemiskinan di negara itu turun menjadi 5,4 persen. Sementara tingkat pengangguran berada pada 5 persen. Ekonominya tumbuh lebih dari tiga kali, dan 260 miliar USD telah diinvestasikan ke negara itu.
Populasi Azerbaijan mencapai 10 juta orang menurut data pada tanggal 6 April 2019. Cadangan mata uang asing mencapai 46 miliar USD, lima kali lipat lebih tinggi dari utang luar negeri.
Sekitar 15.000 km jalan dan jalan raya dibangun di Azerbaijan selama 15 tahun terakhir dan tidak mengejutkan bahwa negara itu berada di peringkat ke-34 untuk kualitas infrastruktur jalan dalam penilaian Forum Ekonomi Dunia Davos. Azerbaijan juga berinvestasi dalam membangun jembatan antara Asia dan Eropa, dan berubah menjadi pusat transportasi internasional.
Terkait hubungan kerjasama dengan Indonesia, Mr. Ruslan Nasibov mencakup beberapa hal. Tahun lalu Prof. Muhajir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia berkunjung ke Azerbaijan untuk upacara pembukaanacara " Nakhcivan, ibukota budaya Islam 2018."Â Â
Untuk kerja sama di bidang energi sedang diperkuat. Â Mr. Ruslan Nasibov menyebutkan MoU yang baru-baru ini dilakukan antara SOCAR dan Pertamina.
"Kami memiliki potensi besar untuk lebih meningkatkan dan mendiversifikasi kerja sama ekonomi dan kemanusiaan kami dalam banyak hal, seperti investasi, perdagangan, pariwisata, dan transportasi, pendidikan, budaya dan lainnya. Kami juga senang dapat terus berbagi pengalaman kami tentang sistem layanan ASAN dalam pemberian layanan publik dengan Indonesia," kata Mr. Ruslan Nasibov.
Layanan ASAN", merupakan sistem "SATU STOP" untuk semua layanan publik di bawah satu atap. Â Nah pada kesempatan peringatan 101 Azerbaijan itu, Kedubes Azerbaijan menjalin kerjasama dengan PT POS Indonesia untuk meluncurkan perangko bergambarkan Azerbaijan.
"Semoga Azerbaijan tetap berjaya dan semakin makmur. Semoga Indonesia tetap berjaya dan semakin makmur," pungkas Mr. Ruslan Nasibov menutup sambutannya.
Nah kesempatan berikutnya, kata sambutan dari Dr. Sofyan A. Djalil dalam bahasa Inggris di acara. Â Menurut Dr. Sofyan A. Djalil, selama dua dekade terakhir, pertukaran dan kerja sama Azerbaijan - Indonesia telah tumbuh dan didorong di berbagai sektor. Misalnya di sektor ekonomi, nilai perdagangan bilateral sudah mencapai USD 500 juta pada tahun 2018.
"Saya berharap kedua negara akan bekerja sama secara erat untuk menumbuhkan keterlibatan yang lebih intensif untuk memanfaatkan potensi ekonomi yang sangat besar dari kedua negara di banyak bidang utama, terutama di lapangan energy," kata Dr. Sofyan A. Djalil di hadapan tamu-tamu undangan.
Kerjasama dalam bidang sosial budaya antara, antara lain pendirian pusat studi Indonesia di Kota Baku dan Azerbaijan di Jakarta. Ada Fakultas Hubungan Internasional dan Manajemen pada tahun 2007 dan Pusat Penelitian Indonesia didirikan pada 2010 di Universitas Bahasa Azerbaijan. Â
Selain itu juga ada festival budaya tahunan Indonesia di Baku, serta pengembangan pencak silat di Azerbaijan. Keren yak. Ternyata pencak silat sangat populer dan digemari serta berkembang pesat di Azerbaijan.
Dr. Sofyan A. Djalil  yakin bahwa tonggak sejarah akan semakin memperkuat persaudaraan dan saling pengertian antara masyarakat Indonesia dan Arab. Pada kesempatan itu pula, Dr. Sofyan A. Djalil mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Mr. Ruslan Nasibov dan berharap bahwa hubungan bilateral dan persahabatan antara kedua negara akan terus menguat di tahun-tahun mendatang. Semoga.Â
Thanks for the invitation and happy anniversary 101 Anniversary Azerbaijan.
@rahabganendra
Nyala 100 Tahun "Negeri Api"
Obrolan Sore tentang ''Negeri Api'' dengan Kedubes Azerbaijan
Air Mata Khojaly di Istiqlal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H