MESTI hati-hati aku mengangkat kaki kananku ke perahu kecil itu. Sedikit saja meleset, aku bisa terbanting lalu jatuh ke asinnya air laut. Basah di badan mungkin tak seberapa, namun bisa berakibat fatal untuk ponsel dan kamera yang kugantungkan di leherku. Terendam air garam adalah sebuah kondisi 'haram' untuk perangkat elektronik.
Berhasil. Kaki kananku masuk ke dasar perahu. Menapak dengan pasti, tak terpeleset. Â Itu memudahkanku mengangkat kaki kiriku mengikuti ke dalam perahu. Kedua tanganku memegang bibir perahu kayu beratap kain itu. Selepasnya duduklah aku di ujung perahu berukuran panjang sekira 3 meteran itu. Duduk tepat di belakang Om Kayang, sang pengemudi perahu bercadik.
Om Kayang adalah salah satu guide perahu di Desa Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo. Desa yang mendapat berkah dikunjungi Hiu Paus setiap rentang Mei -- July. Kunjungan mamalia laut yang membawa berkah bagi nelayan di Botubarani.
"Ini catatan traveling yang berbeda dan berharga. Ini mimpi yang sudah dekat terwujud," kata batinku yang semakin menebalkan tekad menuju lokasi 'palung' sana. Itulah sebabnya aku mantap melangkah dan naik perahu bercadik Om Kayang itu. Perahu yang standar dipatok harga Rp. 75 ribu/ perahu, berdaya tampung maksimal 3 orang (tak termasuk pengemudi).
Awalnya aku ingin ikutan snorkeling, namun aku berubah pikiran. Mendingan melihat dari atas perahu saja daripada nyebur. Sekaligus bisa mengabadikannya. Jadi aku naik perahu hanya dengan 3 orang termasuk Om Kayang.
Perahu bergoyang-goyang diantara ombak di samping puluhan perahu serupa lainnya. Jam menunjuk waktu Dhuha. Cuaca cukup terik. Berlindung di atas kain perahu hanya mengurangi sedikit panas yang terasa. Maklum cuaca laut sekira 100 meter dari bibir pantai, terlalu cerah.
Cuaca tipikal pantai seperti itu sudah kuperkirakan sejak keberangkatan dari penginapan di Kota Gorontalo. Apalagi bagi "anak darat" yang sangat jarang naik transportasi laut. Itu tak mudah. Kondisi fisik mesti dipersiapkan untuk mengantisipasi kondisi yang berbeda.Â
Cuaca, juga kondisi di perahu. Rasa pusing 'kliyengan', mual, mabok, "jackpot" (muntah-muntah) adalah ancaman yang sangat mungkin menyerang. Biasanya tubuh bereaksi dengan keringat dan tubuh panas dingin, seperti masuk angin.
Jika tak mampu mengantisipasi gejala-gejala itu, maka pupuslah hasrat menyaksikan Hiu Paus itu. Mimpi pun entah kapan bisa berkesempatan mewujudkannya lagi, secara Gorontalo cukuplah jauh dari tempat kediaman di Jakarta.
Anti Mabok Laut, Anti "Jackpot"
Hal yang harus diantispasi adalah cuaca laut dan kondisi menghadapi situasi saat naik perahu bercadik. Perahu yang labil digoyang ombak laut, bisa membuat kepala pusing, perut mual. Akhirnya bisa dapet 'jackpot'. Itu terjadi pada salah seorang kawan yang turut serta, selepas se-jam di area 'palung' tempat Hiu Paus berada.
Sejak awal keberangkatan untuk ikut acara Kementerian Kesehatan RI ke Gorontalo selama 3 malam 4 hari pada pertengahan Juli 2018 lalu, termasuk mengunjungi Obyek Wisata Hiu Paus ini, aku sudah mempersiapkan diri terkait kesehatan dan kebugaran tubuh. Biasa perjalanan jauh hal utama adalah menjaga fisik. Salah satunya adalah menghadapi mudahnya terserang masuk angin.
Minum tolak angin ini sudah menjadi kebiasaanku sejak lama. Aku sudah mengenal produk SidoMuncul ini yang sangat membantu saat perjalanan jauh, kecapekan, atau pun kurang tidur. Rasa dan aroma jahenya kusuka, hangat dan nyaman di badan. Itu efek dari bahan-bahan berkualitas penyusunnya seperti jahe, adas, daun mint, daun cengkeh, madu.
Beneran deh, racikan resep Ibu Rachmat Sulistyo sejak 1930 ini manjur dan bisa diandalkan. Khasiat lebih Tolak Angin, bisa diandalkan mengatasi mabok laut bukan sekadar masuk angin perjalanan. Jaminan keandalannya lengkap dengan dilabelinya Tolak Angin sebagai satu-satunya obat herbal bersertifikat Obat Herbal Terstandar dari BPOM RI. Yakinlah!
Cantiknya Hiu Paus Botubarani
Lokasi Hiu Paus Botubarani, hanya sekira 100an meter dari bibir pantai. Ini lokasi Hiu Paus yang amat dekat dibandingkan lokasi lain di tanah air seperti di Talisayan, Kalimantan Timur ataupun Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua Barat.
Hiu Paus Botubarani muncul di lokasi ini pada 2016, 2 tahun yang lalu. Entah mengapa Hiu Paus itu 'bersedia' mampir di pantai Botubarani. Orang-orang sekitar mengatakan mungkin karena factor makanan. Seperti dikatakan Om Kayang, itu terjadi sejak ada pabrik pengolahan udang di pinggir pantai. Pabrik itu membuang sisa-sisa udang yang tak diolah ke laut melalui pipa di bawah laut.
Selain itu di pantai itu banyak terdapat plankton. Nah Hiu paus (Rhincodon typus) Â adalah hiu pemakan plankton yang merupakan spesies ikan terbesar. Jadi cocok deh lokasi Botubarani disukai Hiu Paus.
Om Kayang mengendalikan perahunya dengan menggunakan dayung. Tak ada perahu yang menggunakan motor. Tujuannya jelas untuk tak mengusik ketenangan Hiu Paus Botubarani.
Sampai di area cekungan palung, perahu berhenti, tak dikayuh lagi. Menunggu. Om Kayang dan beberapa  pengayuh perahu lainnya memukul-mukul dayung ke air, seakan memanggil kawanan Hiu Paus muncul. Sesekali ember bekas cat yang berisi udang, dicelupkan ke air.
Kulitnya hitam terang bertotol. Mulutnya lebar terlihat tanpa gigi. Wah gak nyangka hewan laut liar nan besar itu sungguh 'ramah' dengan manusia. Bisa sedekat itu! Perahu bergoyang-goyang oleh aliran air yang bergolak saat Hiu Paus itu melintas. Lumayan deg-deg-an juga seeh. Untung masih sempat motret pakai ponsel.
5 Jaga Perilaku, Sayangi Hiu Paus Botubarani
Nah kedatangan Hiu Paus di Botubarani tiap Mei - Juli itu tentu wajib dijaga bersama kenyamanannya. Jangan sampai Serly dan teman-temannya terancam keselematannya oleh perilaku pengunjung maupun mereka yang malah memburunya. Untung saja tak ada nelayan yang berupaya memburu Hiu Paus di sana.
Kelestariannya jelas patut dijaga. Apalagi Hiu Paus itu termasuk hewan yang rentan punah dan terancam punah. Oleh karena itu ada beberpa hal yang harus diperhatikan saat mengunjungi Hiu Paus di Botubarani itu.
Menggunakan jasa pemandu itu lebih baik. Soalnya pemandu itu lebih memahami medan dan kondisi lokasi Hiu Paus. Itu berlaku untuk pengunjung yang menggunakan perahu, snorkeling maupun yang menyelam.
Nah di Botubarani ini sudah ada nelayan setempat yang juga sebagai pemandu sekaligus sewa perahu. Tarif gak mahal. Udah getuh pengunjung dijamin keamanannya.
Meski jarak palung lokasi Hiu Paus termasuk dekat, pengelola Obyek Wisata Hiu Paus Botubarani mendorong pengunjung untuk menggunakan perahu, tak disarankan berenang langsung ke lokasi. Soalnya seperti di beritahukan saat aku di sana, ada Hiu Orca di pantai itu. Hiu Orca adalah hiu pembunuh yang menjadikan Hiu Paus sebagai mangsanya. Bisa jadi kita bisa jadi sasaran juga. Bahaya kan?
Memberi Hiu Paus makanan sebenarnya dilema juga yaa. Soalnya Hiu Paus jadi bisa ketergantungan oleh makanan yang diberikan dan bahkan bisa mengancam keselamatannya kalau makanan itu sembarangan.
Tapi pengelola setempat nampaknya mengantisipasi itu dengan  menyediakan makanan terjaga. Itu terlihat saat menyewa perahu, sudah termasuk harga udang untuk 'mengundang' Hiu Pausnya. Jadi jangan bawa-bawa makanan sendiri untuk Hiu Pausnya yaa.
3. "Jangan Sentuh Dia"
Nah sebaiknya jangan menyentuh Hiu Paus, sedekat apapun jaraknya. Takutnya melukai kulitnya yang sensitif, atau bisa jadi Hiu Pausnya terpengaruh emosinya. Meski nampak jinak dan bersahabat. Duhh maafin aku, aku sempat menyentuhnya dikiit. Ufff. Â
Ehh aku baru 'ngeeh' melihat cadik perahu berbahan pralon bukan kayu. Bahan pralon mungkin lebih aman untuk Hiu Paus saat tersentuh daripada kayu.
Juga untuk yang menyelam, sangat dilarang untuk naik ke punggung Hiu Paus. Juga dilarang untuk menarik-narik siripnya. Soalnya Hiu Paus ini rentan.
Tuh seperti diberitakan www.idntimes.com, Selasa (14/8) hari ini, Ibu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bereaksi menanggapi  video viral tentang penyelam yang berfoto sambil menunggangi hiu paus di Teluk Cendrawasih, Papua Barat. Untung saja pelakunya sudah ditangkap polisi.
Mendokumentasikan Hiu Paus dengan memotretnya boleh-boleh saja, namun jangan sampai mengganggu kenyamanan Hiu Pausnya. Lampu kilat bisa mengganggu kenyamanannya. Saat Hiu Paus merasa tak nyaman, bisa jadi akan bereaksi yang membahayakan. Â
5. Persiapkan kebugaran fisik Â
Persiapkan fisik, apalagi bagi pengunjung yang jarang naik perahu atau berenang di laut, seperti aku. Beda loorr kondisinya. Saat kondisi tubuh prima, maka kita bisa menikmati wisata musiman Hiu Paus dengan nyaman. Jadi jangan biarkan mabok laut, pusing, mual memupuskan mimpi bercengkerama dengan Hiu Paus.Â
Ingat! Kantongin Tolak Angin dimana saja, kapan saja karena Tolak Angin berkhasiat lebih dari sekadar mengobati masuk angin. Mual, muntah dan gangguan lainnya pun lewat. Salam Wisata.
@rahabganendra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI