Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Stadhuis Schandaal", Romantika Cinta Era Kolonial untuk Milenial

29 Juli 2018   00:26 Diperbarui: 29 Juli 2018   15:20 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stadhuis schandaal. (Sumber gambar IG @stadhuisschandaal)

MENGUSUNG sesuatu yang berbeda dalam kemasan, kisah plus nama-nama yang menjadi punggawa, adalah sebuah upaya membuat film berdaya tarik. Apalagi era konsumen penikmat film terus bergeser, seperti dominasi kaum milenial saat ini yang membawa selera tersendiri. 

Itu dipahami benar oleh para sosok di balik layar produksi film "Stadhuis Schandaal" yang telah tayang serentak Kamis 26 Juli 2018.

"Stadhuis Schandaal" dari katanya saja ketahuan itu bahasa Belanda. Pengucapannya gimana yaa? Hmmm kira-kira lisannya jadi begini " Setadhes skandal." 

Itu yang saya tangkap dari Adisurya Abdi, sang sutradara yang dipercaya oleh Xela Pictures, sesaat sebelum dimulainya Gala Premiere film ini di Metropole XXI Jakarta Pusat, Jumat, 20 Juli 2018.

Stadhuis schandaal. (Sumber gambar IG @stadhuisschandaal)
Stadhuis schandaal. (Sumber gambar IG @stadhuisschandaal)
Film drama berbalut misteri ini, menyajikan dua zaman berbeda. Zaman kolonial dan zaman kekinian milenial. Tema yang diangkat tetaplah tema yang tak lekang dimakan bosan, tentang romantika cinta. Upaya keras dilakukan dalam film ini agar tak monoton meski mengusung tema percintaan. 

Nyatanya tak melulu cinta-cintaan yang terpampang namun berbungkus sejarah Batavia, era kekuasaan JP Koen yang 'melegenda' di kepala saat aku SD dulu. Hehee.

Lokasi Museum Fatahillah Kota Tua, menjadi pilihan. Museum yang kalau kita kunjungi ramai oleh pengunjung dan memupus nuansa suram, disulap bernuansa mistis. Tembok yang nampak tua, hembusan angin mengibarkan helai rambut Fei (diperankan Amanda Rigbi) dan arwah Sara (Tara Adia), membuat kental nuansa zaman itu. 

Ditambah lagi penggarapan lokasi seting Batavia, serius dilakukan di atas tanah seluas 1.500 m2 di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.untuk memperkuat nuansa abad 17.

Tiket Gala Premiere. (Dokpri)
Tiket Gala Premiere. (Dokpri)
SINOPSIS

Fei, seorang mahasiswi Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang sedang mengerjakan tugas kampus mengenai The Old Batavia. Ia bertemu dengan Sara seorang gadis cantik keturunan Belanda - Jepang.

Sara membawa Fei masuk ke lorong waktu menuju abad 17. Ia membutuhkan Fei untuk menyampaikan tentang fakta masa lalunya. Fakta untuk membuktikan cinta murninya yang dituduhkan sebagai perselingkuhan yang telah merenggut nyawa kekasihnya.

Sumber IG @stadhuisschandaal
Sumber IG @stadhuisschandaal
Mempercayakan peran utama kepada pemain baru untuk layar lebar, adalah keberanian tersendiri. Kehadiran wajah-wajah segar namun bukan mentah dalam dunia seni peran, menjadi tantangan dan kesegaran nikmat permukaan bagi mata penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun