Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merawat Kuliner Tradisional

26 Februari 2018   21:55 Diperbarui: 1 Maret 2018   16:42 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cue ngacir menu kuliner Betawi Warung Mak Dower. (Foto Bozz Madyang)

Jadi menarik yang dilakukan oleh mereka, pebisnis kuliner yang mengusung kuliner tradisioanl di tengah masyarakatnya. Tak sedikit yang sukses dan bahkan menjadikan menu kuliner daerah itu ikon bisnisnya. Seperti pelaku bisnis yang mengusung kuliner Betawi di ibukota. Seperti Warung Makan Mak Dower di Jakarta Timur, Wir Santoso, pelaku bisnis kuliner Soto Susu Betawi di Jakarta Barat, Haji Husein dengan Soto Betawi di Manggarai Jakarta Selatan,  dan masih banyak lagi.

Menarik apa yang dilakukan salah satu warung makan yang mengusung kuliner Betawi, yakni Warung Makan Mak Dower dengan ragam kuliner Betawinya. Warung itu menyelaraskan kuliner yang disediakan dengan sentuhan nama menarik dan unik. Jelas ini menarik perhatian dan membuat penasaran bagi siapa saja untuk mencobanya.

Cue ngacir menu kuliner Betawi Warung Mak Dower. (Foto Bozz Madyang)
Cue ngacir menu kuliner Betawi Warung Mak Dower. (Foto Bozz Madyang)
Menu uniknya itu seperti tulang jambal sewot, cue ngacir, tutut ngibrit, genjer centil, cumi lenong, udang lenjeh, jengkol nampol, sayur asem demplon, es ondel-ondel dan masih banyak lagi. Nama yang membuat tersenyum bagi yang mendengarnya. Namun sajiannya tetaplah olahan resep kuliner Betawi.

Lalu jika ada pertanyaan tentang cita rasa kuliner tradisional itu, apakah otentik seperti masa dahulu. Sebuah pertanyaan sulit. Budaya kuliner yang terus berkembang di era zaman yang berganti, mempertahankan bahkan menggali dokumen-dokumen sejarah.

Terkait sejarah kuliner tradisional nusantara, patut menyebut nama Wira Hardiyansyah, seorang chef yang mengangkat resep tradisional. Chef yang suka menuliskan 'kisah kuliner' di instagramnya @wirahardiyansyah ini begitu mencintai kuliner Indonesia. Wira mengaku sudah memasak di banyak negara, namun menurutnya tak ada yang seperti di Indonesia.

Wira Hardiyansyah, seorang chef yang mengangkat resep tradisional. Chef yang suka menuliskan 'kisah kuliner' di instagramnya @wirahardiyansyah. (Foto Bozz Madyang)
Wira Hardiyansyah, seorang chef yang mengangkat resep tradisional. Chef yang suka menuliskan 'kisah kuliner' di instagramnya @wirahardiyansyah. (Foto Bozz Madyang)
Wira bukan saja memasak aneka resep kuliner tradisional 'yang terlupakan', namun berupaya mencari dokumentasi sejarah kuliner bersangkutan. Dia ingin masyarakat sekarang bisa mencicipi kuliner tradisional mirip dengan aslinya, persis seperti kala kuliner itu berawal ada. Dan tentu itu sangat tak mudah, seiring kreasi yang menyertai olahan kuliner itu dari zaman ke zaman.

Wira mencontohkan menu 'Gegejek' khas Sunda. Menu yang sederhana dari olahan singkong yang ternyata memiliki sejarah tersendiri. Siapa kenal Gegejek? Olahan sederhana ini muncul pada abad 15-16 silam. Menu yang tumbuh di masyarakat dengan mengolah singkong bercampur teri, daun bawang, cabe ini adalah racikan budaya leluhur Sunda.

Gegejek karya Wira Hardiyansyah. (Foto Bozz Madyang)
Gegejek karya Wira Hardiyansyah. (Foto Bozz Madyang)
Senada dilakukan Chef Bli Romi Candra, chef menu kuliner Bali. Begitu agungnya kuliner Bali, yang ternyata sudah mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Untuk mendapatkan menu kuliner Bali yang mirip di masanya tentu bukan hal yang mudah.

Ada sekitar 30 rempah yang diracik untuk bumbu masakan Bali. Inilah yang disebut-sebut membuat makanan Bali itu menjadi otentik. Namun kreasi dan kemasan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang bertujuan membuat lebih menarik, tak sedikit yang membuat salah kaprah.

Chef Romi Candra di ajang JFFF 2017, Kampung Tempoe Doeloe, Mei 2017. (Foto Bozz Madyang)
Chef Romi Candra di ajang JFFF 2017, Kampung Tempoe Doeloe, Mei 2017. (Foto Bozz Madyang)
Jadi merawat kuliner tradisional adalah menjaga budaya turun temurun. Sekarang setiap orang bisa mencicipi kuliner tradisional bahkan bukan saja dari daerahnya namun kuliner dari daerah lainnya. Seyogyanya mencintai kuliner tradisional dengan menjadi penikmatnya adalah dasar dari menjaga eksistensi kuliner tradisional. Jadi tetaplah menikmati dan mencintai kuliner nusantara. Salam Kuliner #Madyanger

@bozzmadyang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun