Bertemu dengan Kak Agus, saat #InhouseTraining BRID yang kedua pada Sabtu 12 Agustus 2017 yang lalu di Wisma RIAT Jakarta Selatan. Kak Agus inilah pemateri utama di acara yang digelar oleh BRID bekerjasama dengan Gogobli, sebuah toko online yang bergerak di lingkup kesehatan dan kecantikan.
#InhouseTraining BRID dihadiri oleh Bloger melalui pendaftaran. Kegiatan yang dimaksudkan memberikan wawasan, ilmu dan kemampuan pelengkap kepada para blogger.
Narsumnya adalah Kak Agus yang berprofesi sebagai Dubber, Voice Over Profesional menjadi pembicara yang sangatlah menarik! Hadir pula tuan rumah Wisma RIAT, Ibu Amy Atmanto, Pemimpin Yayasan RIAT yang juga seorang designer dan mantan presenter televisi. Terima kasih kepada Ibu Amy yang sudah memfasilitasi.
Dubber itu... Power, Intonasi, Artikulasi, Olah Rasa...
"Beda Liinaa.... Kamu Perempuan... Aku laki-laki!!
Itu sepenggal kalimat 'jatahku' saat mempraktikan dialog dengan teman satu tim. Praktik mengolah suara seperti yang diajarkan Kak Agus sebelumnya. Kata Kak Agus, menjadi seorang dubber itu wajib latihan suara terus menerus. Jadi butuh proses.
Aku mencatat beberpa poin, yang harus diperhatikan. Power. Yaa Power sangat penting. Bagaimana saat berbicara kita memiliki power. Power bukan berarti berteriak. Dalam kondisi ngomong biasa, suara tetap bisa terdengar lantang. Melatih untuk membangkitkan power ini bisa berguna bahkan untuk dialog sehari-hari.
Hal yang diperlukan lagi adalah melatih intonasi dan artikulasi. Intonasi jelas sangat perlu agar setiap kalimat yang diucapkan menjadi jelas maksudnya. Ditambah dengan artikulas kata yang jelas. Pengucapan vocal jelas. Dibarengi dengan tempo yang sesuai.
Konsentrasi sangat diperlukan. Bagaimana seorang dubber bisa menterjemahkan karakter yang dimaksud, maka dubber menggunakan jurus 4M. 4 M itu adalah melihat, yaitu melihat monitor. Mendengar, yaitu mendengar suara aslinya di headphone. Membaca, yaitu membaca naskah. Merasakan, yaitu merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam film itu.
Nah selanjutnya perlu olah rasa melalui penghayatan terhadap tokoh. Bagaimana menghidupkan tokoh melalui suara yang diperankan. Imajinasi juga dibutuhkan. Ekspresi juga harus dikeluarkan.