Animo tinggi terbukti dari membanjirnya peserta yang mengirimkan karyanya. Angka 276 karya bukanlah angka kecil. Angka yang cukup membuat Dewan juri, Deddy Risnanto (Perwakilan Kompas TV), Frans Sartono (General Manager Bentara Budaya ), Ifa Isfansyah (Sineas), dan Makbul Mubarak (Pembuat Film Pendek & kritikus Film), sibuk.
Mengikuti Screening 10 film pendek FFPI 2016, produksi dari pelajar dan mahasis, cukup beragam konten. Mengusung tema yang sama humanis, bercerita dengan momen-momen yang lekat di masyarakat. Dengan sorotan beragam, ekonomi, social,kemanusiaan.
Gerald dari BINUS yang menciptakan karya berjudul ‘Different” benar-benar berbeda. Filmnya animasi! Sarat perumpamaaan. Mobil bertabrakan, warna-warna dan lain-lain. Film simple yang dikerjakan selama 6 bulan ini menggambarkan pengkotak-kotakan status social di masyarakat. Mobil berlalu lalang menggambarkan masalah-masalh yang berada di antara status social masyarakat, dan lain-lain. Terkesan kuat menurutku, Gerald imajinatif dan kreatif banget. Tak heran Juara 2 disabetnya di FFPI 2016 kategori mahasiswa.
Lain lagi dengan “Terminal.” Film pendek juara 3 kategori pelajar ini, memotret kehidupan terminal yang dikenal banyak orang sebagai tempat yang criminal, copet, kekerasan dan lain-lain. Berlatar belakang di Terminal Mandalika, film ini sarat pesan moral bahwa di terminal juga ada sisi kemanusiaan positif. Kerjasama saling berbagi.
Humanis, kemanusiaan. Poin yang menjadi pertimbangan Dewan Juri. Tematis mengenai humanism sendiri adalah sebuah isu dimana orang bisa mengucapkan namun belum tentu bisa mengartikannya secara otentik.
Di ajang inlah, Dewan Juri, bertugas mencari film-maker yang paling bisa menafsirkan kemanusiaan lewat cara-cara yang paling otentik. Melihat finalis film pendek 2016 ini, ada kesamaan, memberi alternatif bagaimana menjadi manusia kembali.
Akhirnya ajang serupa menjadi hal yang krusial, perlu, penting untuk menjadi wadah bagi sineas-sineas muda khususnya dari luar daerah. Mereka mempunyai hak yang sama untuk dapat mengembangkan potensinya. FFPI yang dihelat Kompas TV adalah salah satu panggung yang bisa menjadi sarana berkreasi, namun panggung-panggung lainnya sebagai tempat menampilkan karya-karya sineas-sineas berbakat di seluruh tanah air, mendesak untuk diciptakan.
Dan harapan Mbak Oci, Dewan Redaksi Kompas TV, suatu saat tak mustahil bisa terwujud, dimana potensi sineas muda pelajar dan mahasiswa di Indonesia di masa mendatang bisa membanggakan nama Indonesia di kancah internasional. Semoga