“Mas, kowe janji nikahi aku.”
Kental dengan logat medok Banyumasan, Suryati dengan sesenggukan menagih janji pada Suryono, pacarnya. Itu sekelumit adegan dalam film pendek "Izinkan Saya Menikahinya" karya dari SMA Rembang, Purbalingga yang menyabet juara 1 kategori pelajar pada Festival Film Pendek Indonesia 2016.
Film pendek karya SMA Rembang yang juga tergabung dalam komunitas Gerilya Pak Dirman ini berkisah tentang kasih asmara seorang tentara bernama Suryono, yang akan menikahi seorang bidan, Suryati. Jurang besar menghalangi menyatunya asmara mereka. Kenyataan bahwa kakek Suryati seorang mantan tahanan politik (tapol). Inilah yang membuat atasan Suryono tak mengizinkan mereka menikah.
Kisah dengan sentuhan humanis yang sangat mengena ini cukup memukau. Pantas saja menyingkirkan 4 film pendek karya pelajar dari Palembang, Lampung, NTB dan Surabaya. Aku sendiri sudah menebak bahwa film dengan artis utama Risa Romantika sebagai Suryati ini akan terpilih pemenang pertama. Tema ‘humanisme’ yang diangkat dalam Festival Film Penek Indonesia/ FFPI 2016, kental banget di film itu.
Melihat pemutaran langsung 5 film pendek kategori pelajar dan 5 film pendek karya mahasiswa, di Bentara Budaya Jakarta pada Jumat 20 Januari 2017 lalu, cukup menunjukkan talent dari para sineas muda. Tema ‘Humanisme’ berhasil diangkat dengan apik oleh karya pelajar dan mahasiswa itu. Beragam fakta kemanusiaan dibalut dengan fiksi dan dokumenter yang kaya inspirasi.
“Saya bayangkan para finalis pelajar dan mahasiswa pasti bisa jadi sineas-sineas terkenal yang akan membanggakan Indonesia di kancah internasional,” kata Mbak Oci panggilan akrab Rosiana Siallahi, selaku Dewan Redaksi Kompas TV saat memberi sambutan di acara Screening 10 film pendek FFPI 2016, sekaligus Penganugerahan pemenang FFPI 2016 di Bentara Budaya Jakarta, Jalan Palmerah Selatan No.17, Gelora, Jakarta Pusat.
Selama ini banyak yang mengira bahwa film produksi Jakarta itu lebih baik dibanding produksi luar Jakarta. Ternyata itu salah. Salah seorang juri yakni Makbul Mubarak tokoh Pembuat Film Pendek & kritikus Film, mengisahkan dirinya lebih dari 10 tahun terakhir mengikuti film pendek di Indonesia.
“Anggapan bahwa film Jakarta lebih baik dari film di luar Jakarta itu mitos yang tak benar. Kalau kita keliling Indonesia, kita sadar Jakarta itu kecil dibandingkan dengan karya-karya daerah. Buktinya film-film ini,” tegas Makbul yang hadir di acara.
Apa yang dimaksud oleh Makbul adalah bahwa 10 finalis film pendek itu didominasi karya dari daerah. Khususnya kategori pelajar. 5 film pendek kategori pelajar yang lolos justru dari daerah semua, yakni dari Purbalingga, Surabaya, NTB, Palembang dan Lampung. Film-film itu adalah "Izinkan Saya Menikahinya" karya SMA Rembang, Purbalingga, "Terminal" karya SMK Negeri 2 Kahuripan Nusa Tenggara Barat, "Kihung (Jalan Menikung)" karya SMK Negeri 5 Bandar Lampung, "2 Hari" Karya SMA Negeri 1 Muara Enim Palembang, dan "Mata Hati Djoyokardi" karya SMA Khodijah Surabaya. Dan karya dari ibukota, tersisih di kategori ini. Hebat yaaa.
Sementara untuk kategori mahasiswa, karya dari daerah nyempil satu buah karya "Omah" karya Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta. 4 lainnya karya dari ibukota, yakni "Different" karya Universitas Bina Nusantara, Jakarta, "Merengguk Asa di teluk Jakarta" karya Universitas Negeri jakarta, "I Love Me" karya Institut Kesenian Jakarta, dan "Di Ujung Jari" karya Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Turut mengapresiasi para pelajar dan mahasiswa dari daerah.