Buah dari keuntungan produk-produknya, Andris melebarkan sayap ke bisnis kuliner. Usaha yang mampu menyedot tenaga kerja sebanyak 40 karyawan. Restoran D’Anclom pun didirikannya. Restoran yang membawa ciri khas Garut, seperti menu berkuah yang disajikannya. Baso Aci adalah salah satunya. Konsep unik dan menjadi pembedanya adalah dengan menerapkan konsep Suki. Merebus menu sendiri di meja.
Bahan beragam baso. Ada baso khas Garut, Bakso Aci. Bagi orang Garut menjadi sesuatu yang baru, karena factor penyajiannya yang berbeda. Sementara bagi wisatawan dengan bahan baku khas Garut akan menjadi hal unik.
“Baso sudah dikenal umum di Garut, namun dengan penyajian berbeda membuat masyarakat tertarik,” kata pria yang belum dikarunia anak ini.
Ada 99 menu yang disediakan. Terdiri dari menu tradisional khas dari seluruh Indonesia. Ada menu khas Padang, Manado, Bali, Sunda, oriental, hingga western. Konsep adalah masuk ke berbagai kalangan. Ada lagi yang unik, yakni Pizza. Pizza biasanya menggunakan toping tuna, daging. Di D’Anclom toping pizza menggunakan aneka buah-buahan. Unik. Sementara menu minuman yang tak ada di restoran lain, seperti jodol (jus leci dodol), frozdol (frozen dodol), wedhol (wedhang dodol) dan lain-lain. Penasaran dengan menu-menu D’Anclom? Cek saja di akun Instagramnya: d_anclom.
Misi dari bisnis kuliner Andris tetap adalah mengangkat nilai dan potensi khas daerah. Ia ingin generasi muda menggemari makanan khas Indonesia dibanding makanan luar negeri seperti menu dari Korea, Amerika dan lain-lain.
Merangkak Menuju Prestasi
Perjuangan tanpa henti setelah memproduksi Nasi Liwet Instan 1001 adalah tantangan di pemasarannya. Penolakan-demi penolakan di toko ole-ole sering dialami Andris. Kesangsian terhadap produknya menjadi alasan utama. Dari satu pintu tertutup, Andris datang ke pintu lain. Andris datang ke kantor pemerintahan. Misi mengangkat beras Garut dari produk yang ditawarkannya, menarik kantor-kantor dinas waktu itu. Akhirnya membawanya bergabung di beragam pameran.
Beragam kompetisi dari tingkat daerah sampai nasional diikutinya yang membawa pada penghargaan. Buntutnya bisnis Andris diliput oleh banyak media massa, cetak maupun elektronik. Sontak saja, nama pria yang menikah pada 2012, lambat laun dikenal banyak orang.
Andris berharap besar produk-produknya dapat mengangkat citra beras Garut yang akan berdampak besar pada perekonomian para petaninya. Di samping itu produk-produknya dapat menarik minat generasi muda agar dapat menikmati khas nasi daerah Indonesia. Keprihatinannya terhadap semakin minimnya minat generasi muda menjadi petanilah yang memotivasi untuk lebih luas lagi mengangkat citra beras Garut. Mengangkat bahwa image petani itu menjadi sesuatu yang keren dan berharap bisa memancing generasi muda tertarik ke bidang pertanian.
Apa yang dilakukan Andris adalah upaya dirinya dalam turut membangun negeri. Bukan sekadar untuk diri sendiri, namun yang terpenting adalah berbuat hal bermanfaat bagi orang lain. Dengan upaya-upaya yang dilakukannya, Andris menaruh harapan negeri ini bisa fokus bidang pertanian dan mampu menjadi negara dengan predikat swasembada pangan. Menurutnya tanah negeri ini sangat subur, bahkan membuat Thailand yang mampu mengekspor beras ke tanah air, iri dengan kualitas tanah di Indonesia.
Perjuangan panjang Andris dalam upaya mengangkat citra beras Garut beserta pandangan-pandangannya yang luas terkait pemberdayaan masyarakat, membuat Danamon memilihnya menjadi salah seorang peraih Danamon Sosial Enterpreneur Award 2016. Dukung Andris Wijaya, sebagai peraih favorit Danamon Social Entrepreneur Awards 2016. Klik: www.danamonawards.org