Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Efektivitas Sandiwara Radio untuk Edukasi Siaga Bencana

17 September 2016   05:36 Diperbarui: 17 September 2016   18:32 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia rawan tsunami dari materi Pak Sutopo BNPB. (FOTO GANENDRA)

Disamping itu BNPB juga menggelar pameran-pameran, membuat Komik, lomba kreativitas, keliling ke sekolah-sekolah lewat “BNPB Mengajar”, brosur, forum komunikasi bahkan juga di lantai 11-12 BNPB ada diaroma kebencaan. Hal itu dilakukan BNPB mengingat pentingnya sosialisasi dilakukan terus menerus.

“Kita kadang sudah banyak melakukan, namun masyarakat yang jadi korban bencana merasa belum mendapat informasi memadai. Peran komunikasi menjadi penting,” jelas Sutopo.

DR. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si., APU (Kapusdatin Humas BNPB) saat acara Kompasiana Nangkring Bareng BNPB pada Kamis (18/8/2016) di Jakarta
DR. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si., APU (Kapusdatin Humas BNPB) saat acara Kompasiana Nangkring Bareng BNPB pada Kamis (18/8/2016) di Jakarta
Radio sebagai Sarana Edukasi Bencana

Bagi Sutopo media menjadi sesuatu yang penting dalam penanganan bencana. Hal itu dikarenakan factor-faktor bahwa media mampu mempengaruhi keputusan politik, media mampu mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, dan media mampu menyelamatkan nyawa manusia. Melalui media BPNB ingin lebih luas mensosialisasikan edukasi siaga bencana kepada masyarakat.

Pemilihan alternatif media radio dengan program sandiwara radio ini, rasanya cukup menjanjikan. Pasalnya terkait area-area yang dilanda bencana adalah area pelosok. Susah dalam transportasi darat yang mesti ditempuh oleh media bentuk lainnya seperti televisi, maupun cetak. Lagi pula masyarakat pelosok dengan kehidupan yang tentu berbeda dengan perkotaan, mereka lebih akrab dengan budaya ‘mendengar’ dibanding ‘membaca’. Yaaa mendengarkan siaran radio.

Coba kita lihat posisi tawar radio sebagai media yang cocok untuk edukasi bencana ini dari seorang praktisi radio Ahmad Zaini, saat menjadi narasumber Kompasiana Nangkring bareng BNPB.  Menurutnya dari radio-radio daerah yang memutar sandiwara radio “Asmara di Tengah Bencana,” mencakup daerah rawan bencana. Misalnya saja daerah gunung Merapi, dan Gunung Kelud. Biasanya paparan medianya sangat kurang. 

"Radiolah yang paling dekat, karena sifatnya personal. Murah. Meski ada kelemahan terhadap ceruk-ceruk wilayah yang tak mudah ditembus. Di situlah peran radio komunitas," tutur Achmad.

Menurut Achmad yang sudah malang melintang di dunia radio nasional itu, efektivitas penggunaan radio dipengaruhi beragam factor.

Pertama adalah Pemilihan jalur cerita. Sandiwara radio “Asmara di Tengah Bencana,” ceritanya menyangkut masalah kebudayaan kerajaan Mataram. Budaya gampang dicerna, diterima masyarakat. Ada unsur fanatisme. Hal ini bagus, apabila budaya lain sesuai pendengarnya juga diterapkan, seperti budaya Pasundan ataupun yang Jawa Timuran.

Kedua, sasaran target pendengar. Kalau model sandiwara radio kolosal, usia dewasa masih suka mendengarkan. Tantangannya adalah, bagaimana dengan generasi usia muda, yang lebih suka music?

Ketiga, pemilihan stasiun radio. Dari 20 radio yang menyiarkan  Sandiwara radio “Asmara di Tengah Bencana,” menjangkau daerah pelosok. Factor kondisi alam, gunung dan lain-lain, membuat peran radio komunitas lebih bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun