Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ullyshenataya, Mengabdi Hingga Seberang Lautan

23 Mei 2016   10:09 Diperbarui: 23 Mei 2016   10:17 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuli sedang melakukan penyuluhan. (Dok Yuli)


Dari tanah kelahirannya di Indonesia Timur, menyeberangi lautan negeri, menimba pengalaman dan memanfaatkan usia untuk kebermanfaatan pada masyarakat luas. Tak pernah terbayang di benak selama ini, namun ada tekad dalam keputusannya untuk pertama kali dalam hidupnya, menyeberangi lautan, merantau ke pulau seberang. Dan catatan kesehariannya penuh dengan coretan canda tawa dan duka, saat bekal ilmunya diterapkan melayani akses kesehatan bagi ‘keluarga baru’ dengan segala rupa keterbatasan dan kesulitannya.

*

Yulianti Nataya Rame Kana, sedang berfoto bersama Ririn, seorang kawan Blogger di depan Puskesmas Belakang Padang, saat aku menghampirinya. Tak susah mengajaknya ngobrol selepas berfoto. Gadis asal Kupang ini adalah seorang tenaga kesehatan/ nakes bidang Kesehatan Masyarakat alumni Universitas Nusa Cendana di Kupang tahun 2014.

Desember tahun lalu, Yuli, panggilan akrabnya, diberangkatkan bersama tim Nusantara Sehat II oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla dari lapangan Monumen Nasional, Jakarta. Sejak itulah, kisah barunya bermula. Menapak kehidupan baru melayani kesehatan untuk warga Pulau Penawar Rindu, Belakang Padang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau/ Kepri. Di tengah-tengah masyarakat di seberang tepian negeri Singapura, perbatasan Indonesia bagian barat itu, Yuli menempati kediaman barunya selama 2 tahun.

Takdir pertemuanku dengan Yuli saat bersama Kementerian Kesehatan RI, kawan Blogger, dan Media  melakukan kunjung ke tim Nusantara Sehat II di Pulau Belakang Padang pada 22 April 2016 lalu. Perkenalan berlanjut dengan pertemanan di media sosial facebook, akun Ullyshenataya. Nama yang unik. Ini kisah yang kubangun dari serpihan penuturannya dengan subyek Yuli.

Yuli (tengah) bareng rekan-rekannya di tim NS II, saat akan melakukan pelayanan sehat ke pulau lain. (Dok Yuli)
Yuli (tengah) bareng rekan-rekannya di tim NS II, saat akan melakukan pelayanan sehat ke pulau lain. (Dok Yuli)
AKU lahir di keluarga besar. Aku anak nomor 5 dari 7 saudara. Tinggal di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Nusa Tenggara Timur. Yaaa aku lahir dan besar di Indonesia Timur. Jauh banget yaaa dari sini, Belakang Padang. Dari timur ke barat sih. Desaku adalah desa petani dengan areal daerah persawahan. Lumayan kaya air. Airnya banyak. Ada mata air dan bendungan yang mencukupi untuk kehidupan sehari-hari warga desaku.

Aku tak pernah pergi jauh. Selain berkutat di kota tempatku melanjutkan studi selepas sekolah tingkat atas. Aku menuntut ilmu di Universitas Nusa Cendana Kupang. Aku memilih belajar di jurusan Kesehatan Masyarakat. Soalnya kesehatan itu penting, dan bisa berkontribusi pada masyarakat lebih nyata nantinya. Bersyukur, aku lolos bergabung di program pemerintah untuk memberi layanan akses kesehatan bagi warga di pinggiran, tim Nusantara Sehat (NS) II. Momen inilah yang membuatku pergi meninggalkan kampung halamanku. Jujur, aku belum pernah pergi jauh dan lama selama ini. Dan momen ke Bali saat tes regionalnya tim NS adalah pengalaman pertama, pergi jauhku. Lalu ke lokasi penempatanku di Pulau Belakang Padang, Batam.

Tapi aku senang, senang jalan-jalan juga. Beruntung aku dibekali materi-materi Bela Negara dari Kemenkes RI. Dikasih gambaran daerah penempatan, Pulau Belakang Padang seperti apa. Ada juga bekal yang penting yakni tentang kedisiplinan, mental dan fisik. Semua kita dilatih, dan itu benar-benar bermanfaat banget untukku di sini. Yang jelas niat dan tekadku bulat selama 2 tahun di tim NS aku harus berikan yang terbaik untuk masyarakat di sana sesuai dengan peranku seorang tenaga kesehatan masyarakat. Aku juga jadikan ajang belajar hal-hal baru tentang kehidupan.

Pulau Belakang Padang beda banget dengan desaku di Kupang. Karena memang kepulauan, transportasi banyak dilakukan dengan menggunakan perahu/ boat. Ini pengalaman baru buatku. Waktu awal-awal naik, untuk pelayanan ke pulau, aku sering mabuk laut. Puyeng, tapi lama-lama terbiasa, dan menyenangkan. Satu hal yang membuatku sedih kepada warga di sini. Mereka masih kesulitan mendapatkan air bersih. Air menjadi permasalahan utama warga. Banyak mengandalkan hujan. Meski ada waduk, namun kalau lama tak ada hujan, waduk jadi kering. Akhirnya alternatifnya adalah membeli air. Beli dari pulau lain yang didistribusikan dengan boat. Harganya berkisar 15-20 ribu untuk satu drum, tergantung jarak rumah yang beli air dengan pantai.

Aku mandinya di sini ngirit. Begitu pun dengan mencuci. Semua ngirit air. Padahal di kampungku, aku terbiasa dengan melimpahnya air. Di sini aku banyak belajar untuk lebih menghargai air. Ternyata banyak saudara-saudara kita yang masih krisis air. Aku tak boleh mengeluh.  Semoga saja proyek Pemerintah Kota Batam yang akan membuat penyulingan air laut menjadi air tawar segera terealisasi. Tak tau kapan selesainya.  

Aksi bersih pantai bersama Babinsa. (Dok Yuli)
Aksi bersih pantai bersama Babinsa. (Dok Yuli)
Banyak warga yang menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari. Air ditampung di bak tampungan ataupun drum. Terkadang masih banyak yang tak ditutup. Tanpa sadar, itu menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Aku bareng tim NS, berusaha memsosialisasikan bahayanya nyamuk itu, karena bisa menjadi penyebab kasus kesehatan, misalnya Demam Berdarah Dengau/ DBD. Khan penyebab penularannya lewat nyamuk yang senang hidup di air bersih seperti di drum penampungan air itu. Kami memberi penyuluhan tentang DBD ke warga agar wadah tampungan air itu dituttup, entah pakai plastik atau kain supaya nyamuk tidak bertelur di wadah air itu.

Sebagai seorang tenaga kesmas (promkes), semua kasus kesehatan menarik buatku. Aku yakin setiap kasus pasti punya faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga bisa terjadinya kasus tersebut. Kemampuan analisis juga diperlukan dalam melihat kasus yang ada. Hasil analisis itulah yang disampai kepada masyarakat dengan tujuan agar mereka tahu, mau, dan mampu menjaga kesehatan mereka.

Penyuluhan dengan kelompok ibu hamil. (Dok Yuli)
Penyuluhan dengan kelompok ibu hamil. (Dok Yuli)
Tim NS menjadi instruktur di senam sehat bersama. (Dok Yuli)
Tim NS menjadi instruktur di senam sehat bersama. (Dok Yuli)
Bersama dengan anak-anak SMP Belakang Padang. (Dok Yuli)
Bersama dengan anak-anak SMP Belakang Padang. (Dok Yuli)
Penyuluhan kesehatan selepas senam. (Dok Yuli)
Penyuluhan kesehatan selepas senam. (Dok Yuli)
Bersama kawan-kawan tim NS, kami membuat program-program. Beberapa sudah djalankan berdasarkan survey awal untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan yang ada. Rencana program yang sementara dan yang akan dijalankan seperti penyuluhan-penyuluhan tentang  DBD, malaria, DM, Bahaya Merokok dan lain-lain. Selain itu juga kami ingin membentuk 'kelurahan siaga' dan pelatihan kader kesehatan reproduksi remaja yang salah satu materinya tentang bahaya seks bebas dan HIV-AIDS. HIV-AIDS muncul pertama kali di pulau ini. Ada lokalisasi di pulau ini. Pernah siang hari ke sana. Ada beberapa rumah yang panjang dengan banyak kamar. Aku pikir itu beberapa keluarga yang tinggal di situ, ternyata aku salah. Sepi kalau siang. Tapi nggak tahu juga kalau malam hari. Aku pikir perlu banget untuk penyuluhan tentang seks bebas di sini.

By the way, aku merasa senang juga di sini.  Orang-orangnya baik. Warga welcome, jadi berasa seperti di kampung sendiri. Aku bersyukur bertemu mereka, orang tua nggak khawatir lagi. Aku selalu ingat dan pegang pesan Bapak, untuk jaga diri. Katanya, kalau kita berbuat baik sama orang lain, maka mereka pun akan baik sama kita.

Aku senang dikunjungi Kemenkes kemarin, Bu Diah dan kawan-kawan lainnya. Berasa mendapat suntikan semangat untuk terus berkarya dan mengabdi di sini. Buatku apa yang aku lakukan ini baru sebagian kecil untuk negaraku. Jika disebut cinta, maka apa yang kulakukan saat ini adalah cinta pada negeriku. Cinta pada saudara-saudara setanah air yang ternyata tak seberuntung aku. Dan aku belajar banyak dari setiap kejadian di sini. Itu menjadi pelajaran berharga di untuk kehidupan di masa datang.

Aaah seandainya Ibu tak meninggalkan aku, dua tahun lalu, aku ingin memberitahunya bahwa aku senang dan bahagia bisa mengabdi  dan menjadi bagian warga di sini. Aku ingin bercerita kepadanya, bahwa aku sedang berada di pulau pinggiran barat negeri tempat terbenam matahari yang indah. Indah dengan pantainya yang tak dapat kuliat di kampung halaman di timur negeri. Aku ingin mengajaknya melihat pantai. Pantai Penawar Rindu yang aku datangi setiap aku mengingat Ibu, Bapak, saudara-saudaraku dan kampung halamanku. Semoga Ibu selalu damai di surga.

@rahabganendra

Tim Nusantara Sehat II, Pulau Belakang Padang. (Ki-Ka) Mita, Purnamawati, Yuli, Jemris dan Pijar. (Dok Yuli)
Tim Nusantara Sehat II, Pulau Belakang Padang. (Ki-Ka) Mita, Purnamawati, Yuli, Jemris dan Pijar. (Dok Yuli)
Baca Juga=

Bergayut Nostalgia, Merekam Jejak Nusantara Sehat di Tapal Batas Barat (4)

Bergayut Nostalgia, Merekam Jejak Nusantara Sehat di Tapal Batas Barat (3)

Bergayut Nostalgia, Merekam Jejak Nusantara Sehat di Tapal Batas Barat (2)

Bergayut Nostalgia, Merekam Jejak Nusantara Sehat di Tapal Batas Barat (1)

*Artikel ini ditayangkan juga di blog pribadi Penulis dengan judul: Ullyshenataya Mengabdi Hingga Seberang Lautan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun