Dari tanah kelahirannya di Indonesia Timur, menyeberangi lautan negeri, menimba pengalaman dan memanfaatkan usia untuk kebermanfaatan pada masyarakat luas. Tak pernah terbayang di benak selama ini, namun ada tekad dalam keputusannya untuk pertama kali dalam hidupnya, menyeberangi lautan, merantau ke pulau seberang. Dan catatan kesehariannya penuh dengan coretan canda tawa dan duka, saat bekal ilmunya diterapkan melayani akses kesehatan bagi ‘keluarga baru’ dengan segala rupa keterbatasan dan kesulitannya.
*
Yulianti Nataya Rame Kana, sedang berfoto bersama Ririn, seorang kawan Blogger di depan Puskesmas Belakang Padang, saat aku menghampirinya. Tak susah mengajaknya ngobrol selepas berfoto. Gadis asal Kupang ini adalah seorang tenaga kesehatan/ nakes bidang Kesehatan Masyarakat alumni Universitas Nusa Cendana di Kupang tahun 2014.
Desember tahun lalu, Yuli, panggilan akrabnya, diberangkatkan bersama tim Nusantara Sehat II oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla dari lapangan Monumen Nasional, Jakarta. Sejak itulah, kisah barunya bermula. Menapak kehidupan baru melayani kesehatan untuk warga Pulau Penawar Rindu, Belakang Padang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau/ Kepri. Di tengah-tengah masyarakat di seberang tepian negeri Singapura, perbatasan Indonesia bagian barat itu, Yuli menempati kediaman barunya selama 2 tahun.
Takdir pertemuanku dengan Yuli saat bersama Kementerian Kesehatan RI, kawan Blogger, dan Media  melakukan kunjung ke tim Nusantara Sehat II di Pulau Belakang Padang pada 22 April 2016 lalu. Perkenalan berlanjut dengan pertemanan di media sosial facebook, akun Ullyshenataya. Nama yang unik. Ini kisah yang kubangun dari serpihan penuturannya dengan subyek Yuli.
Aku tak pernah pergi jauh. Selain berkutat di kota tempatku melanjutkan studi selepas sekolah tingkat atas. Aku menuntut ilmu di Universitas Nusa Cendana Kupang. Aku memilih belajar di jurusan Kesehatan Masyarakat. Soalnya kesehatan itu penting, dan bisa berkontribusi pada masyarakat lebih nyata nantinya. Bersyukur, aku lolos bergabung di program pemerintah untuk memberi layanan akses kesehatan bagi warga di pinggiran, tim Nusantara Sehat (NS) II. Momen inilah yang membuatku pergi meninggalkan kampung halamanku. Jujur, aku belum pernah pergi jauh dan lama selama ini. Dan momen ke Bali saat tes regionalnya tim NS adalah pengalaman pertama, pergi jauhku. Lalu ke lokasi penempatanku di Pulau Belakang Padang, Batam.
Tapi aku senang, senang jalan-jalan juga. Beruntung aku dibekali materi-materi Bela Negara dari Kemenkes RI. Dikasih gambaran daerah penempatan, Pulau Belakang Padang seperti apa. Ada juga bekal yang penting yakni tentang kedisiplinan, mental dan fisik. Semua kita dilatih, dan itu benar-benar bermanfaat banget untukku di sini. Yang jelas niat dan tekadku bulat selama 2 tahun di tim NS aku harus berikan yang terbaik untuk masyarakat di sana sesuai dengan peranku seorang tenaga kesehatan masyarakat. Aku juga jadikan ajang belajar hal-hal baru tentang kehidupan.
Pulau Belakang Padang beda banget dengan desaku di Kupang. Karena memang kepulauan, transportasi banyak dilakukan dengan menggunakan perahu/ boat. Ini pengalaman baru buatku. Waktu awal-awal naik, untuk pelayanan ke pulau, aku sering mabuk laut. Puyeng, tapi lama-lama terbiasa, dan menyenangkan. Satu hal yang membuatku sedih kepada warga di sini. Mereka masih kesulitan mendapatkan air bersih. Air menjadi permasalahan utama warga. Banyak mengandalkan hujan. Meski ada waduk, namun kalau lama tak ada hujan, waduk jadi kering. Akhirnya alternatifnya adalah membeli air. Beli dari pulau lain yang didistribusikan dengan boat. Harganya berkisar 15-20 ribu untuk satu drum, tergantung jarak rumah yang beli air dengan pantai.
Aku mandinya di sini ngirit. Begitu pun dengan mencuci. Semua ngirit air. Padahal di kampungku, aku terbiasa dengan melimpahnya air. Di sini aku banyak belajar untuk lebih menghargai air. Ternyata banyak saudara-saudara kita yang masih krisis air. Aku tak boleh mengeluh. Â Semoga saja proyek Pemerintah Kota Batam yang akan membuat penyulingan air laut menjadi air tawar segera terealisasi. Tak tau kapan selesainya. Â