[caption caption="Eddy Soeparno, Sekjend PAN. (Foto: frischymonoarfa)"][/caption]
Konstelasi politik jelang Pilkada DKI Jakarta tahun depan hiruk pikuk. DKI Jakarta yang menjadi etalase nasional menjadi sorotan tajam dari setiap mata warga, bahkan bukan hanya warga ibukota saja. Jakarta dengan segala kompleksitasnya boleh dibilang akan membawa Pilkada menjadi yang paling menarik. Apalagi Gubernur DKI incumbent yang telah mantap akan maju di Pilkada mendatang, meramaikan bursa Cagub via jalur independen. Meski maju di jalur independen, gerbong dukungan dari partai buat Gubernur yang akrab disapa Ahok ini pun, ada, sebagai salah satu bentuk sikap partai. Nasdem, Hanura dan juga partai baru Partai Solidaritas Indonesia menyatakan dukungan. Bagaimana partai lain?
*
Salah satu partai politik Partai Amanat Nasional/ PAN tentu tak lepas dari menentukan sikap terhadap pesta Pilkada Jakarta. Sikap resmi dari partai bergambar matahari bersinar ini belum didengar. Namun tak salah jika menakar dan meraba-raba melalui bincang-bincang dengan Sekjen PAN, Eddy Soeparno. Seperti apakah pemimpin untuk DKI dari pandangan politisi PAN ini?
Eddy saat ini melihat bahwa proses pilkada di DKI Jakarta lebih mengedepankan sosok yang masing-masing menjadi bakal CAGUB DKI. Sebut saja misalnya yang ramai di media, ada Ahok, Yusril, Sandiaga, Lulung dan Ahmad Dhani. Sosok-sosok yang saling saling menyentil satu sama lain dan menjadi santapan lezat media.
“Bagi saya yang wajib dikedepankan dalam substansi pilkada DKI adalah, pertarungan gagasan, program, konsep. Selama ini saya dengar hanya sosok saja,” kata Eddy Soeparno dalam ajang bincang-bincang bertema “Ekspresi Warga Terhadap Kemepimpinan Ahok” yang digelar Forum Berbagi Ilmu dan PAN di Omah Sendok Jakarta Selatan, Kamis (14/4/2016).
Tak terdengar konsep pembangunan ekonomi Jakarta ke depan, pasar tradisional, konsep DKI sebagai smart city, green city. Padahal tak ada salahnya masyarakat diberi pemahaman tentang gagasan yang mewakili mereka.
“Itu penting. Warga DKI mewakili kaum terdidik, cerdas, dan urban. Konsep yg dijual harus gagasan, program untuk kesejahteraan warga,” tutur Eddy.
Memang sudah terasa ‘pertarungan’ dari sosok-sosok yang berniat maju dalam pilkada DKI semakin memanas, meski masih banyak sosok yang wira-wiri mencari kendaraan politiknya. Apa yang ditampilkan pada masyarakat, dan layak jual dilakukan media yang ditampilkan adalah sosok. Perlu diluruskan bahwa pertarungan pilkada DKI itu pertarungan program. Apa yang akan dilakukan Gubernur DKI menyangkut masalah sampah teratasi, kemacetan berkurang.
“Bagi saya yang penting DKI akan dipimpin oleh seseorang yang mensejahterakan anak-anak kita di masa mendatang,” tutur Eddy. Lalu bagaimana dengan Ahok?
Eddy menyatakan bahwa Ahok masuk dalam evaluasi partai disamping tokoh-tokoh yang lain. PAN sebagai rumah besar anak bangsa, seluruh anak bangsa yang punya potensi wajib diberi kesempatan utk berkompetisi termasuk pilkada DKI Jakarta 2017. Mereka yang memiliki kompetensi akan menjadi pertimbangan diajukan dalam pilkada DKI termasuk Ahok. Masing-masing punya catatan yang akan dievaluasi. Ada indikator yang jelas, dirangking, semua masuk dalam proses evaluasi. Kriterianya?
Fokusnya adalah pemimpin mempunyai kemampuan merangkul masyarakat yang heterogen di DKI, tegas leadership, visi jangka panjang, mampu mengikuti perkembangan jaman, aspek lingkungan, aspek layak huni. Kehidupan di Jakarta sangat mahal, harus ada pemimpin yang mampu memberi tempat huni bagi masyarakat umum.
“Secara umum kepemimpinan Ahok efektif,” tambah Eddy.
Menurutnya Ahok berhasil melakukan reformasi birokrasi. Mampu melanjutkan program e-government dari mantan Gubernur DKI, Joko Widodo. Ahok dinilai tegas dan berani melakukan terobosan. Meski demikian Eddy menilai ada kekurangannya seperti pelakasanaan penggusuran, sikap yang terkadang eksplosif, tak terkontrol ucapan. Baginya pemimpin wajib member keteladanan.
Lebih jauh terkait penggusuran, Eddy secara pribadi terusik, sebagai partai terusik dengan adanya kejadian kekerasan dalam penggusuran, meski realita di lapangan tentu ada dinamika, airmata. Kepada daerah menyerap aspirasi, melakukan pendekatan sosial cultural sehingga proses dinamika bisa diredam secara signifikan. Selain itu juga soal ijin reklamasi yang diberikan saat proses pembahasan raperda masih dibahas.
“Ada dua sisi, ada positif, ada kekurangan,” nilai Eddy terhadap Ahok.
Soo, di antara plus minus Ahok itu apakah PAN akan membidiknya, sementara tujuan pilkada adalah kemenangan. Dan tak dipungkiri Ahok mempunyai elebilitas tinggi saat ini dibanding tokoh-tokoh yang ‘berniat’ maju pilkada DKI?
Eddy realistis bahwa saat ini kunci ada di PDIP. PDIP yang akan memainkan peranan dan bisa membandingkan kondisi politik, ketika PDIP mengusung siapa nantinya yang jadi cagubnya. Ada pun partai lain tinggal menentukan pilihan, merapat dengan PDIP, atau mendapat calon yang bisa menandingi atau mengambil alternatif. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H