Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

“Bersama Demi Air,” Palyja Antara Upaya, Bisnis dan Harapan

27 Maret 2016   04:53 Diperbarui: 27 Maret 2016   07:10 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Harus dimasak dulu, soalnya saluran pipa sudah berumur 62 tahun, jadi potensi ada karat dan lain-lain,” imbuh Pak Khamid.

Untuk diketahui, bangunan jaringan sudah ada sejak 1922. Bangunan di IPA Pejompongan sendiri berdiri 1953. Sudah lama banget yaaa... Namun pihak Palyja sendiri, setiap hari melakukan cek sampling ke tempat saluran air, tujuannya memastikan air layak dikonsumsi. Pembersihan reservoir dilakukan 1 tahun sekali, accelator dilakukan 2 bulan sekali dan filter dilakukan setiap 72 jam. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan kualitas pengolahan air agar tetap terjaga.

Lalu apakah air yang diolah sudah standar?

Meyritha menjelaskan bahwa kualitas air sama yang keluar dari produksi sudah standar air minum. Artinya sudah bisa langsung diminum. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan/ Permenkes untuk air bersih, yakni Permenkes No. 492 tahun 2010. Sedangkan untuk air minum produksi instalasi sesuai Permenkes 582 tahun 1995. Harus diingat bahwa itu standar air bersih siap minum sebelum disalurkan ke pelanggan. Jadi standar air bersih yang dipakai pelanggan yang siap minum, harus dimasak terlebih dahulu, karena kondisi pipa saluran yang sudah lama.

[caption caption="Salah satu bagian proses pengolahan air Palyja. (Foto ganendra)"]

[/caption]Oh iyaa, seperti sudah saya sebutkan di atas, Palyja menggunakan teknologi pengolahan air di IPA Baku Kanal Banjir Barat dengan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). Teknologi ini merupakan teknologi pemanfaatan bakteri alami dalam proses pengolahan air minum. Mampu menghilangkan amonia sebesar 87%. “Meteor” yang menjadi media tempat bakterinya hidup. Sementara hal yang sama dilakukan di IPA Taman Kota dengan sistem Biofiltrasi dalam rehabilitasi IPA Taman Kota. Teknologi ini memanfaatkan bakteri alami yang pertama dilakukan di Indonesia. 

“Tahun ini, teknologi itu rencananya akan di-kopi paste (diterapkan) di Cilandak, karena Kali Krukut sudah mulai jelek,” jelas Meyritha.

Upaya menjaga kualitas dan pelayanan air bersih oleh Palyja dilakukan juga monitoring yang menggunakan sistem modern. Ada ruang Distribution Monitoring & Controlling Centre (DMCC). Di ruang yang berbentuk lingkaran bulat ini ada petugas yang standby selama 24 jam penuh. Petugas bergilir 3 kali dalam sehari. Tanggungjawabnya adalah memonitor seluruh sarana dan prasarana Palyja. Hal ini memungkinkan setiap masalah yang terjadi dapat diketahui dengan cepat dan langsung ditangani.

“Kalau ada masalah, maka ada alarm menyala, keluar merah, operator akan tahu. Misalnya pipa bocor, petugas akan tahu, kenapa arah kesana tak ada air, lalu diinfokan ke tim untuk segera ditangani,” tutur Pak Khamid.

[caption caption="Distribution Monitoring & Controlling Centre (DMCC) (Foto ganendra)"]

[/caption]Palyja “Bersama Demi Air”

Palyja yang mencakup layanan wilayah Barat Jakarta, mengambil/ membeli 60% dari Jatiluhur. Sementara Thames Water mengambil 100%. Memenuhi kekurangan itu  Palyja harus mengambil air dari Tangerang. Ibu Meyritha menjelaskan bahwa Palyja tak bisa sendirian untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Ketersediaan air bersih dan menjaganya adalah urusan tanggungjawab bersama.  

“Kami bekerjasama dengan instansi lainnya seperti Pemkot DKI Jakarta, Kemenpupr, media dan juga Blogger secara tak langsung. Oleh karena itu kami membuat tagline #BersamaDemiAir,” kata Meyritha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun