Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Start-up, Bisnis Masa Depan?

8 Maret 2016   05:54 Diperbarui: 8 Maret 2016   07:32 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dayu Dara Permata, Vice Presiden of Go-Jek presentasi (FOTO GANENDRA)"][/caption]“Suatu bangsa itu dikatakan memiliki potensi untuk maju jika minimal 2% penduduknya menjadi enterpreneur.”

KALIMAT nukilan dari literatur itu, disampaikan oleh Vice President of Go-Jek Dayu Dara Permata yang menjelaskan tentang korelasi antara enterpreneur dengan kemajuan suatu bangsa. Kalimat yang disampaikan dihadapan puluhan pelaku bisnis start-up, saat digelar Bootstrap Traction For Start-up, yang diadakan oleh Code Margonda bekerja sama dengan PT. Bank Central Asia Tbk (BCA), di Menara BCA, Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (1/3/2016).

Jika mengacu nukilan di atas, maka disayangkan bahwa kondisi di dalam negeri, prosentasenya masih jauh. Dara menyebutkan angka 0,5% enterpreneur yang bergelut di tanah air. Masih kalah dengan negeri tetangga, seperti Singapura 7%. Malaysia 5% dan Thailand 4%.  Kondisi berbalikan bahwa di Indonesia menjadi ladang konsumen bagi start-up dari mancanegara yang cukup besar. Sebut saja pengguna facebook, twitter, instagram dan lainnya merambah di pasaran tanah air.  Sementara bisnis start-up di tanah air dalam taraf merangkak, dan perlu gencar didorong untuk lebih meningkat. Apalagi dukungan pengguna internet di dalam negeri melaju pesat, bergerak mendekati angka 100 juta pengguna. Juga jumlah penduduk 250 juta jiwa di Indonesia dapat menjadi raksasa digital dan pasar smartphone yang besar.

Potensi dan Kondisi Menjanjikan

Raksasa mesin pencari Google bulan lalu mengumumkan telah membuka pendaftaran untuk kelas kedua Google Launchpad yang akan berjalan mulai Juni 2016. Bagusnya, start-up dari Indonesia lolos di kelas pertama. Kabarnya Jojonomic dan Haekaedu, start-up yang mewakili Indonesia. Tentu prestasi yang cukup membanggakan. Ide dan gagasan dari kawula muda yang berhasil menembus pasaran dunia. Beruntung kedua start-up itu menjadi salah dua narasumber di acara Bootstrap Traction For Start-up. Mereka sharing pengalaman dan ilmu yang bermanfaat untuk menginspirasi dan mendorong generasi muda untuk turut mengembangkan potensinya.

Start-up bukanlah barang asing. Terbukti di ruangan acara, para pesertanya mayoritas sudah memiliki start-up yang dibangunnya dengan rentang waktu beragam. Sudah pernah mendengar start-up Tulungin.com,Doktor Brankas, Freenesia, Krona?

Nama-nama itu sudah tak asing bagi pelaku bisnis start-up. Meski sedang start-up, merintis usaha, namun konsep dari ide dan gagasan masing-masing start-up itu cukup menjanjikan. Menariknya, bahwa latar belakang membangun start-up itu bukan hanya semata bisnis namun juga untuk membantu orang lain. Kesulitan orang lain yang menjadikan inspirasi start-up yang dibangun.

Sebut saja FREENESIA. Start-up ini mengangkat tema kependudukan. Idenya unik dan inspiratif. Seperti dijelaskan oleh Aditya, berawal  dari ide melihat tetangga yang punya keahlian tukang, tapi menganggur. Terbersitlah ide untuk membantu mempromosikan CARI TUKANG, caritukang.smartnesia.com. Ide dibungkus aplikasi, dengan memudahkan orang yang membutuhkan tukang berkaitan dengan perbaikan rumah. Saat ini start-up yang dibangun Aditya sudah berjalan.   

Ada lagi yang start-up unik, DOKTOR BRANKAS. Rizki dari Doktor Brankas berbagi kisah bahwa start-up yang dibangunnya tercetus idenya sejak 2015. Awalnya adalah usaha konvensional ayahnya. Jasa menyimpan barang berharga yang terbuat dari besi/ baja. Hingga kemudian ide mendigitalisasikan dalam bentuk start-up Doktor Brankas. Latar belakangnya sederhana, akibat melihat pertumbuhan start-up yang pesat, salah satunya Go-jek. Juga peluang, dengan minimnya penyedia dan penyalur jasa brankas.

[caption caption="Indra dan Kenny membangun start-up KRONA Indonesia. (FOTO GANENDRA)"]

[/caption]

Indra dan Kenny membangun start-up KRONA Indonesia, yakni sebuah digital agency. Perusahaan rintisan membantu di dunia marketing internet. Hadir sebagai penyedia jasa, meminimalisir permasalahan di bidang marketing.

Ketiga contoh diatas memberikan sedikit banyak gambaran yang menampilkan bahwa potensi sudah ada dan berkembang di tengah-tengah masyarakatnya. Meski baru dirintis, belum lama namun cukup menggambarkan bahwa virus bisnis start-up telah merasuk ke sendi pikiran kawula muda khususnya.

Tentu saja, contoh start-up yang meraih sukses dan menjadi narasumber acara, sangat bermanfaat dengan sharing merintis ‘jalan kesuksesannya.’ Ada Go-jek, Jojonomic.com dan  Harukaedu. Seperti apa perjalanan mereka?

Hadir ketiga narasumber berkompeten yakni Indrasto Budisantoso selaku CEO Jojonomic.com, Dayu Dara Permata selaku Vice President of Go-Jek, dan Novistiar Rustandi selaku Ceo of Harukaedu.

Berbagi Kunci Sukses Start-up

Indrasto dari CEO JOJONOMIC.COM mengaku start-up-nya masih merupakan company baru. Dibangun pada 2015. Produk launcing pada September 2015. Dalam usia muda, Jojonomic.com telah merambah klien sampai mancanegara. Pertumbuhannya baik. Indrasto memberikan tips besar yang menggerakkan reaksi, yakni Quality Product, Produk Market Fit, Fokus pada Satu Metric, Go Beyond Functionalities dan Love Your Customer.

Quality Product. Produknya sendiri terus diimprov. Start-up mengambil contoh dari negara lain, tak ada salahnya. Namun produk tak hanya lain, tapi pastikan lebih bagus dari yang ada di pasaran.

Produk Market Fit. Produk harus bisa diterima di pasar. Segala macam riset sebelum produk dilauncing itu tak bisa dijadikan patokan produk akan sukses di pasaran. Hal yang menentukan sukses adalah pasarnya sendiri. Jika ada ide, belum diketahui akan sukses atau tidak, sebelum dilakukan.

“Gagal itu baik, lebih baik gagal yang sering dan gagal cepat,” katanya. Karena dengan demikian bisa belajar dari kegagalan itu.

Fokus pada Satu Metric. Tipikal start-up banyak di kepala. Banyak sekali yang bisa dilakukan pada produk. Ke kanan kiri. Ada tipikal jebakan, start-up kebanyakan fitur belum tentu bagus. Jika fokus, bisa memprioritaskan kegiatan mana yang didahulukan. Ukur masing-masing mana yang pengaruh menggerakkan angka metric.

Go Beyond Functionalities. Pada produk tak sekedar funtion. Ada sesuatu yang melibatkan emosi, purpose. Misalnya Google, Aplle, mereka bukan sekedar perusahaan teknologi tapi ada emosi lain yang tersentuh ketika mendengar nama itu. Jojonomic masih awal, pengennya bukan sekedar alat mengatur finansial, ingin ada emosi lebih dari itu.  Orang merasa enak.  

Love Your Customer. Tread customer sebagai apa yang dibutuhkan, apa yang membuat dia nyaman menggunakan produk.

Pengalaman inspiratif berbeda dituturkan oleh Dayu Dara Permata selaku Vice President of Go-Jek, bagian layanan jasa non transportasi. Start-up yang fenomenal ini berkembang cukup pesat. Dara menuturkan bagaimana dulunya bisa bergabung dengan Go-jek saat kenal Nadiem makarim, Boss Go-jek. Percakapan via chat selama se-jam dengan Nadiem, berhasil mengubah minset tentang arti sukses.

“Coba belajar bisnis start-up. Apakah gak lebih baik kalau orang-orang yang punya kemampuan memimpin dan belajar banyak, seperti kamu, orang diluar sana menjadi enterpreneur, buka pekerjaan bukan mencari kerjaan,” tutur Dara menirukan ucapan Nadiem padanya dulu. Hal itulah yang akhirnya membuatnyam melepaskan kesibukannya, resign dan join di Go-jek.  

[caption caption="Dayu Dara Permata, Vice Presiden of Go-Jek presentasi (FOTO GANENDRA)"]

[/caption]

Lalu apa yang dimaksud start-up, dunia yang digeluti Dara saat ini?

Menurut Dara start-up bisa dikatakan start-up jika perusahaan bersangkutan mempunyai bisnis model yang tak konvensional. Lalu pertumbuhannya tak biasa. Ada limitnya yang tak bisa ditembus bisnis konvensional. Start-up pertumbuhannya eksponensial. Ini bedanya. Misalnya saja start-up facebook sudah memiliki 1,6 milyar user. Sebelumnya, pertumbuhan kurun 2 tahun mencapai 70 juta pengguna. Sementara Instagram saat ini mencapi pengguna 700 juta. Jumlah itu tentu tak mungkin bisa dicapai oleh bisnis konvensional. Go-jek sendiri tumbuh mulai dari 20 pengendara motor hingga mencapai 200 ribu pengendara. Pelanggan pun sudah menembus angka 10 jutaan. Hal yang bisa dicapai oleh start-up, karena pertumbuhannya eksponensial.  

Pertumbuhan Go-jek tak berhenti sampai layanan jasa transportasi saja, namun mengembangkan jasa non transportasi. Bagian inilah yang ditangani oleh Dara. Layanan itu meliputi Go Clean, Go Massage, Gop Glam dan terus dikembangkan. Kunci suksesnya, menurut Dara adalah diantaranya unsur Solve real problems, mampu menjembatani adanya kondisi kemacetan lalu lintas. Juga adanya interaksi yang membuat happy customer.

Novistiar Rustandi selaku Ceo of Harukaedu mengembangkan star up program e-learning. Latar belakangnya adalah fakta bahwa di  Indonesia ada 111 juta orang yang sudah bekerja  namun yang punya gelar sarjana cuma 7%. Sisanya lulusan SMA.  Satu sisi mereka yang bekerja dan ingin meneruskan sekolah mencapai gelar sarjana terkendala waktu. Opsinya adalah kuliah e-learning.  Lalu apa modal suksesnya?

Pertumbuhan internet luar biasa di tanah air. Setelah memutuskan untuk kembali ke Indonesia dari luar negeri, ia membuat rencana bisnis start-up. Menurutnya bisnis ini dibangun agar sukses ada beberapa unsur, yakni: faktor diri sendiri mesti ada kemauan, niat, keinginan dan siap kerja keras.  Lalu cari ada problem apa? Serta mesti memiliki networking yang bagus.

Menebar Inspirasi Pada Generasi Muda

Apa yang menjadi sharing para pelaku start-up itu sangat bermanfaat bagi generasi muda yang potensial. Hal itu perlu ditularkan lebih banyak. Mendorong dan memotivasi generasi muda merintis enterpreneur, wirausaha melalui bisnis start-up. Program Bakti BCA adalah salah satu yang mendukung agar generasi muda berkesempatan untuk berkiprah secara mandiri dan berkontribusi dalam perekonomian nasional salah satunya melalui wirausaha.

“Generasi muda punya potensi besar untuk berkiprah di jalur wirausaha, karena bertumpu pada kreativitas dan inovasi di tengah perkembangan jaman era digital,” ujar Inge Setiawati, Sekertaris Perusahaan BCA di acara.

[caption caption="Inge Setiawati selaku Sekertaris BCA sedang kasih kata sambutam. (FOTO GANENDRA)"]

[/caption]

Lebih jauh Inge menjelaskan bahwa dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, Indonesia dapat menjadi raksasa digital dan pasar smartphone yang besar. Sebagai bank yang turut menaruh perhatian pada dunia pendidikan dan perkembangan dunia digital, BCA melalui program Bakti BCA mempertemukan para start-up dengan pakar pelaku wirausaha yang tengah sukses membangun dan mengelola bisnis yang berbasis teknologi. Oleh karenanya dihadirkanlah Jojonomic.com yang memberi peluang kurangnya waktu masyarakat untuk mengelola finasnialnya menjadi sebuah potensi bisnis untuk membuat aplikasi sebagai solusi pengelolaan finasial.  Demikian juga Go-jek yang melihat tingginya mobilitas masyarakat perkotaan sebagai potensi untuk memberikan kemudahan aplikasi penyedia transportasi menggunakan ojek dan Harukaedu yang memberikan solusi bagi pembelajaran online.

Dalam kesempatan itu ucapan terima kasih disampaikan pada CODE Margonda atas kesempatan yang diberikan kepada BCA untuk bekerjasama dalam memberikan sumbangsih ilmu kepada para start-up. Program Bakti BCA sendiri melalui pilar sinergi bisnis unggul mendukung penuh seluruh kegiatan yang mendorong generasi muda lahirnya pebisnis muda.   

Lalu bagaimana tanggapan pemerintah, dengan adanya perkembangan bisnis start-up ini? Pasalnya Go-jek pernah terbentur oleh adanya peraturan pemerintah.

Yansen Kamto, CEO of KIBAR yang juga hadir di acara menjelaskan bahwa Pemerintah sudah berbeda. Menurutnya Indonesia akan dijadikan energi digitalnya Asia. Bahkan bersama Kominfo akan dibangun program 1000 start-up dilakukan di 10 kota. Membangun pondasi dari ekosistemnya.

“Biar bisa kayak Go-jek,” katanya.

Harapannya, gerakan 1000 start-up bisa menginspirasi generasi muda. Semua anak muda bikin start-up. Indonesia menjadi pemain global, bukan lagi hanya menjadi konsumen. Yansen menuturkan bahwa visinya Presiden Joko Widodo sebelum 2020, Indonesia bisa menjadi the energi Asia.

Nah jika Pemerintah sudah mau hadir, memberikan pendampingan, dukungan, maka tak pelak lagi, bisnis start-up akan berpotensi menjadi bisnis masa depan. Ambil peluang itu anak muda Indonesia!

@rahabganendra  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun