Pengalaman inspiratif berbeda dituturkan oleh Dayu Dara Permata selaku Vice President of Go-Jek, bagian layanan jasa non transportasi. Start-up yang fenomenal ini berkembang cukup pesat. Dara menuturkan bagaimana dulunya bisa bergabung dengan Go-jek saat kenal Nadiem makarim, Boss Go-jek. Percakapan via chat selama se-jam dengan Nadiem, berhasil mengubah minset tentang arti sukses.
“Coba belajar bisnis start-up. Apakah gak lebih baik kalau orang-orang yang punya kemampuan memimpin dan belajar banyak, seperti kamu, orang diluar sana menjadi enterpreneur, buka pekerjaan bukan mencari kerjaan,” tutur Dara menirukan ucapan Nadiem padanya dulu. Hal itulah yang akhirnya membuatnyam melepaskan kesibukannya, resign dan join di Go-jek.
[caption caption="Dayu Dara Permata, Vice Presiden of Go-Jek presentasi (FOTO GANENDRA)"]
Lalu apa yang dimaksud start-up, dunia yang digeluti Dara saat ini?
Menurut Dara start-up bisa dikatakan start-up jika perusahaan bersangkutan mempunyai bisnis model yang tak konvensional. Lalu pertumbuhannya tak biasa. Ada limitnya yang tak bisa ditembus bisnis konvensional. Start-up pertumbuhannya eksponensial. Ini bedanya. Misalnya saja start-up facebook sudah memiliki 1,6 milyar user. Sebelumnya, pertumbuhan kurun 2 tahun mencapai 70 juta pengguna. Sementara Instagram saat ini mencapi pengguna 700 juta. Jumlah itu tentu tak mungkin bisa dicapai oleh bisnis konvensional. Go-jek sendiri tumbuh mulai dari 20 pengendara motor hingga mencapai 200 ribu pengendara. Pelanggan pun sudah menembus angka 10 jutaan. Hal yang bisa dicapai oleh start-up, karena pertumbuhannya eksponensial.
Pertumbuhan Go-jek tak berhenti sampai layanan jasa transportasi saja, namun mengembangkan jasa non transportasi. Bagian inilah yang ditangani oleh Dara. Layanan itu meliputi Go Clean, Go Massage, Gop Glam dan terus dikembangkan. Kunci suksesnya, menurut Dara adalah diantaranya unsur Solve real problems, mampu menjembatani adanya kondisi kemacetan lalu lintas. Juga adanya interaksi yang membuat happy customer.
Novistiar Rustandi selaku Ceo of Harukaedu mengembangkan star up program e-learning. Latar belakangnya adalah fakta bahwa di Indonesia ada 111 juta orang yang sudah bekerja namun yang punya gelar sarjana cuma 7%. Sisanya lulusan SMA. Satu sisi mereka yang bekerja dan ingin meneruskan sekolah mencapai gelar sarjana terkendala waktu. Opsinya adalah kuliah e-learning. Lalu apa modal suksesnya?
Pertumbuhan internet luar biasa di tanah air. Setelah memutuskan untuk kembali ke Indonesia dari luar negeri, ia membuat rencana bisnis start-up. Menurutnya bisnis ini dibangun agar sukses ada beberapa unsur, yakni: faktor diri sendiri mesti ada kemauan, niat, keinginan dan siap kerja keras. Lalu cari ada problem apa? Serta mesti memiliki networking yang bagus.
Menebar Inspirasi Pada Generasi Muda
Apa yang menjadi sharing para pelaku start-up itu sangat bermanfaat bagi generasi muda yang potensial. Hal itu perlu ditularkan lebih banyak. Mendorong dan memotivasi generasi muda merintis enterpreneur, wirausaha melalui bisnis start-up. Program Bakti BCA adalah salah satu yang mendukung agar generasi muda berkesempatan untuk berkiprah secara mandiri dan berkontribusi dalam perekonomian nasional salah satunya melalui wirausaha.
“Generasi muda punya potensi besar untuk berkiprah di jalur wirausaha, karena bertumpu pada kreativitas dan inovasi di tengah perkembangan jaman era digital,” ujar Inge Setiawati, Sekertaris Perusahaan BCA di acara.