Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Napak Tilas Peninggalan Hindia Belanda di Pulau Bidadari, Onrust dan Kelor

27 Oktober 2015   23:18 Diperbarui: 28 Oktober 2015   00:37 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bagian dalam museum banyak ditemukan benda-benda bersejarah. Mulau dari miniatur Onrust yang terbungkus kaca, batu-batu beraneka rupa, miniature kapal perang, lukisan, bola meriam dan lain sebagainya. Lengkap di bagian dinding dengan aneka teks penjelasannya. jadi kita bisa memperoleh informasinya dengan membaca sejarahnya di dinding museum itu.

Untuk diketahui, Pulau Onrust sempat hancur diserang Inggris pada 1803 dan 1806. Namun Belanda membangunnya kembali. Pada masa pendudukan Jepang, pulau ini dijadikan penjara kecil bagi penjahat kelas kakap. Pada masa Indonesia merdeka, pulau ini sempat dijadikan tempat karantina penyakit menular dibawah Departemen Kesehatan RI pada tahun 1960an.

Menguak Benteng Terdepan Pulau Kelor

Pulau Kelor menjadi bagian kawasan yang dilindungi bersama Pulau Onrust, Bidadari. Perhatian terhadap pulau ini sejak 1972 dengan adanya SK Gubernur KDKI Jakarta no 112/16/1972 yang menyatakan bahwa Pulau Onrust, Kelor, Bidadari dan lainnya sebagai pulau yang dilindungi dalam Monumenten Ordonantie. Menjejak ke Pulau kelor ini, tak jauh dengan Pulau Onrust. Sejauh mata memandang pulau ini sangat mudah dikenali. Karena selain sudah ada bangunan papan nama yang jelas tertulis Pulau Kelor, juga nampak Benteng Martelo nan gagah dari kejauhan.

Berdiri di pulau Kelor nan kecil disbanding Pulau Bidadari dan Onrust, benteng pertahanan itu berposisi sangat dekat dengan garis pantai. Ada beton-beton yang ditata berjajar di beberapa bagian pantai dekat benteng. Tujuannya jelas untuk menahan dan memecah ombak agar tak mengakibatkan abrasi lebih jauh.

[caption caption="Benteng Martelo di Pulau Kelor dari kejauhan. (foto Ganendra)"]

[/caption]

[caption caption="Benteng Martelo di Pulau Kelor dari kejauhan. (foto Ganendra)"]

[/caption]

Menurut Pak Nasrudin salah seorang staf Museum Kebaharian DKI Jakarta bertugas di pulau ini, bangunan benteng harus dijaga. Pasalnya sudah cukup rapuh karena usia. Bahkan terlihat bambu-bambu menopang jalan masuk ke ruangan benteng.

“Jadi saya mohon untuk tidak naik ke atas, berbahaya bisa runtuh,” katanya.

Menarik dan membuat sedih juga, informasi dari Pak Candrian bahwa diprediksi bangunan Benteng Martelo yang didirikan pada tahun 1850 ini, hanya sanggup berdiri 50 tahun lagi. “Yaaa, pulau ini 50 tahunan lagi mungkin akan lenyap ditelan laut,” kata Pak Candrian. Yaaah, sayang banget yaa.

Puas di Pulau Kelor, karena hari beranjak senja, kami kembali ke Pulau Bidadari. Satu pulau lagi yakni Pulau Cipir tak sempat disinggahi. Dan perahu kayu pun bertolak kembali ke Pulau Bidadari tempat kami menginap malam itu. Perjalanan yang berkesan seharian itu. Bayangan masa lalu, masa penjajahan terlintas. Seperti apa peran pulau-pulau ini menangkis serangan musuh dari Inggris, bahkan juga dari Kerajaan Mataram. Hmmm, pulau yang tak kuketahui sejarahnya di buku Sekolah Dasar dulu. Dan baru kini aku tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun