Di bagian dalam museum banyak ditemukan benda-benda bersejarah. Mulau dari miniatur Onrust yang terbungkus kaca, batu-batu beraneka rupa, miniature kapal perang, lukisan, bola meriam dan lain sebagainya. Lengkap di bagian dinding dengan aneka teks penjelasannya. jadi kita bisa memperoleh informasinya dengan membaca sejarahnya di dinding museum itu.
Untuk diketahui, Pulau Onrust sempat hancur diserang Inggris pada 1803 dan 1806. Namun Belanda membangunnya kembali. Pada masa pendudukan Jepang, pulau ini dijadikan penjara kecil bagi penjahat kelas kakap. Pada masa Indonesia merdeka, pulau ini sempat dijadikan tempat karantina penyakit menular dibawah Departemen Kesehatan RI pada tahun 1960an.
Menguak Benteng Terdepan Pulau Kelor
Pulau Kelor menjadi bagian kawasan yang dilindungi bersama Pulau Onrust, Bidadari. Perhatian terhadap pulau ini sejak 1972 dengan adanya SK Gubernur KDKI Jakarta no 112/16/1972 yang menyatakan bahwa Pulau Onrust, Kelor, Bidadari dan lainnya sebagai pulau yang dilindungi dalam Monumenten Ordonantie. Menjejak ke Pulau kelor ini, tak jauh dengan Pulau Onrust. Sejauh mata memandang pulau ini sangat mudah dikenali. Karena selain sudah ada bangunan papan nama yang jelas tertulis Pulau Kelor, juga nampak Benteng Martelo nan gagah dari kejauhan.
Berdiri di pulau Kelor nan kecil disbanding Pulau Bidadari dan Onrust, benteng pertahanan itu berposisi sangat dekat dengan garis pantai. Ada beton-beton yang ditata berjajar di beberapa bagian pantai dekat benteng. Tujuannya jelas untuk menahan dan memecah ombak agar tak mengakibatkan abrasi lebih jauh.
[caption caption="Benteng Martelo di Pulau Kelor dari kejauhan. (foto Ganendra)"]
[caption caption="Benteng Martelo di Pulau Kelor dari kejauhan. (foto Ganendra)"]
Menurut Pak Nasrudin salah seorang staf Museum Kebaharian DKI Jakarta bertugas di pulau ini, bangunan benteng harus dijaga. Pasalnya sudah cukup rapuh karena usia. Bahkan terlihat bambu-bambu menopang jalan masuk ke ruangan benteng.
“Jadi saya mohon untuk tidak naik ke atas, berbahaya bisa runtuh,” katanya.
Menarik dan membuat sedih juga, informasi dari Pak Candrian bahwa diprediksi bangunan Benteng Martelo yang didirikan pada tahun 1850 ini, hanya sanggup berdiri 50 tahun lagi. “Yaaa, pulau ini 50 tahunan lagi mungkin akan lenyap ditelan laut,” kata Pak Candrian. Yaaah, sayang banget yaa.
Puas di Pulau Kelor, karena hari beranjak senja, kami kembali ke Pulau Bidadari. Satu pulau lagi yakni Pulau Cipir tak sempat disinggahi. Dan perahu kayu pun bertolak kembali ke Pulau Bidadari tempat kami menginap malam itu. Perjalanan yang berkesan seharian itu. Bayangan masa lalu, masa penjajahan terlintas. Seperti apa peran pulau-pulau ini menangkis serangan musuh dari Inggris, bahkan juga dari Kerajaan Mataram. Hmmm, pulau yang tak kuketahui sejarahnya di buku Sekolah Dasar dulu. Dan baru kini aku tahu.