“Kalau kami menyebut ini jenis sepeda, lhaa saat melaju di jalanan, polisi juga gak bisa nilang, karena bukan masuk kategori sepeda motor. Tapi kalau saya sih sebut ini jenis sepeda motor,” jelas Kharis, pengajar di MA Banat di bimbingan otomotif ini.
Konseptor, Kharis Wasista. (Ganendra)
BET ini dikerjakan langsung oleh siswa-siswa bimbingan Kharis. Kharis sendiri yang mendesain BET, berpengalaman meneliti dan merancang roket, robotika penyelamat gempa, sensor gempa. Para siswa digabung dalam satu tim dan dibagi-bagi tugas dalam setiap bagian. Akhirnya jadilah BET ini. Memang terlihat masih sederhana penampilannya, namun cukup unik dilihat. Dengan tenaga 4 accu kering mampu menelan jarak tempuh 40 km sekali nge-charge. Satu kali charge butuh waktu 4 jam. Kecepatan maksimal yang mampu dipacu 70 kpj!! keren bukan? Lalu bagaimana BET memiliki performa seperti itu?
Kharis yang menggeluti bidang peneliti robotika ini menyebutkan salah satu kuncinya adalah bahan materi BET sendiri yang dipilih yakni bahan body pesawat!! Bahan aslinya dari honeycomb berlapis fiberglass menjadi komposit. 80% materi penyusun BET adalah komposit material pesawat terbang. Kemampuan menampung bobot sebesar 150 kg. Wah aman deh saat aku naikin, secara bobotku ga nyampe 100 kg heheee. Sistem operasi BET yang belum lama dilaunching ini, tepatnya pada 13 Juni 2015 lalu mesin cukup sederhana. Dengan penyimpan energy accu untuk menggerakkan motor yang ditanam di Boss roda belakang.
Dilengkapi starter lalu tinggal nge-gas di stang yang diposisikan di bawah badan. Stang sih persis stang sepeda motor. Penasaran, aku mencoba mengemudinya. Mudah banget, karena berenergi listrik, BET melaju hampir tanpa suara mesin. Cuman masih agak ribet saat mesti berbelok. Dua roda depan dengan posisi miring dimaksudkan agar tidak mudah terguling. Sooo, maklum saja belum sempurna, namun tentu bisa dikembangkan lebih lanjut. BET yang dirancang dan diproduksi selama sebulan ini menghabiskan dana sekitar Rp. 10 juta.
Lalu apa rencana ke depannya?
Kharis berharap bahwa untuk jangka pendek tak muluk-muluk bercita-cita. Dia berharap bahwa BET bisa digunakan di setiap pondok pesantren yang ada di Jawa Timur. Mendukung segala aktivitas pondok pesantren dan tentu akan mengembangkan lebih lanjut.