Kuliner adalah menjadi bagian budaya. Cita rasa dan ragam menu nusantara adalah buah karya peninggalan leluhur yang patut dijaga. Beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang menyajikan berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, selain toko cenderamata yang menjual berbagai kerajinan tangan, baju, kaus, dan lainnya. Di anjungan DI Yogyakarat tentu tersedia gudeg, Anjungan Jawa Timur tersedia kulineran Jawa Timuran. Di Anjungan Jawa Tengah, provinsi tempat kelahiranku Wonogiri, bahkan tersedia pecel Wonogiri. Pasti tau khan, Wonogiri cukup populer dengan menu pecel selain baksonya. Ini dia kupotret salah satu penjualnya. Hehehee.
Ragam kuliner bukan saja tersedia di anjungan daerah, namun di beberapa tempat terkonsentrasi pusat jajan dengan penjual makanan dengan menu beragam dari daerah-daerah. Ada Sego pecel (Nasi pecel), Pondok Minang, Nasi timbel, Soto & Sop dan lain-lain. Didesain berjajar, menyatu seakan mengatakan bahwa," Kami adalah makanan khasanah nusantara yang unik dan berbeda namun dapat dinikmati kita semua."
[caption id="attachment_358387" align="aligncenter" width="600" caption="Ini dia aneka kuliner lokalnya. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_358388" align="aligncenter" width="600" caption="Silakan menikmati menu-menu lokal disini. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_358371" align="aligncenter" width="600" caption="Wah ada menu bakso Wonogiri dari tanah kelahiranku. Yummiii. (Foto Ganendra)"]
‘Nguri-uri' Budaya Nenek Moyang Sebagai Langkah Pelestarian
Hal yang patut diapresiasi adalah kegiatan yang rutin dilakukan di anjungan daerah TMII. Seperti kukutip diatas, beberapa kegiatan budaya seperti tarian maupun music daerah, teater dan lain-lain terkemas dalam agenda kegiatan di TMII. Ruri dan kawan-kawannya di Sanggar Borneo Khatulistiwa yang menggunakan panggung pentas di Anjungan Kalimantan barat adalah aksi positif membangun kecintaan anak-anak melalui seni tari. Demikian pula tarian Gambyong di anjungan Jawa Tengah. Mencintai musik daerah seperti diperagakan anak-anak remaja di Anjungan Nusa Tenggara Barat juga menjadi salah satu langkah ‘Nguri-uri' Kebudayaan/ Melestarikan budaya, yang patut diacungi jempol.
Bukankah budaya nusantara nan adiluhung ini mesti dilestarikan kepada anak cucu kita? Bukankah generasi penerus yang akan mewarisinya?
[caption id="attachment_358370" align="aligncenter" width="600" caption="Anak-anak berlatih musik daerah di Anjungan Nusa Tenggara Barat. Foto diambil pada Minggu 29 Maret 2015. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_358474" align="aligncenter" width="600" caption="Anak-anak yang tergabung dalam Sanggar Borneo Khatulistiwa memanfaatkan mini panggung di Anjungan Kalimantan Barat untuk berlatih tarian Dayak Kalbar. (Foto Ganendra)"]
Jika demikian, sarana, wadah dan semacamnya menjadi penting perannya. TMII menjadi salah satu pemeran utama untuk melestarikan kebudayaan nusantara melalui sarana edukasi kekayaan budaya daerah. Dan itu sejalan dengan konsep penggagasnya Siti Hartinah atau Almarhum Bu Tien yakni TMII diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Tentu melalui kekayaan kebudayaan adat istiadat yang ribuan jumlahnya melalui budaya kesenian, kuliner, arsitektur dan lain sebagainya. Dan semua itu dapat dinikmati, diketahui di wahana museum, anjungan daerah di TMII.