[caption id="attachment_338712" align="aligncenter" width="600" caption="Kompasiana Nangkring bareng Kemenpupera. (Foto Ganendra)"][/caption]
BENCANA gempa bumi yang melanda beberapa wilayah di tanah air, seperti Jogjakarta, Sumatera Barat, Jawa Timur beberapa tahun silam, memacu dan mendorong pemenuhan soal solusi kebutuhan tempat tinggal bagi para korban. Pasti anda tahu atau pernah mendengar Tenda Huntara alias Tenda Hunian Sementara. Yaa, Tenda Huntara sangat berjasa menampung para korban gempa yang rumahnya rusak ataupun ambruk diguncang gempa. Huntara menjadi rumah tinggal sementara para korban gempa.
Lalu pernahkah anda mendengar sebutan RIKa? Rumah Instan Kayu? RIKa model rumah instan yang berbahan dasar kayu kelas rendah yang cepat tumbuh seperti kayu sengon, karet, akasia mangium. Namun kayu itu diproses dan diolah sedemikian rupa sehingga kualitasnya setara dengan kayu kualitas kelas satu. RIKa ini telah teruji dan diterapkan di daerah rawan bencana.
Satu lagi, tahukah anda rumah deret di ibukota yang dibangun untuk mengatasi perkampungan kumuh di Jakarta? Salah satu hasil program yang digalakkan mantan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo pada masa awal menjabat. Rumah yang dibangun di atas lahan terbatas dan menjadi solusi teknologi dengan memfungsikan lahan yang terbatas. Rumah yang berkonsep RISHA atau Rumah Instan Sederhana Sehat, type Maisonet seperti yang dibangun di Kampung Deret Petotogan, Jakarta Selatan. RISHA adalah produk teknologi mengatasi permasalahan tempat tinggal kumuh.
Ketiga contoh diatas adalah sebagian kecil produk Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera). Produk teknologi Litbang 2014 yang menjadi tema saat acara ‘nangkring' Kompasiana bareng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) pada Kamis 27 November 2014 di Pendopo Gedung Cipta Karya, Kemenpupera, Jl. Pattimura No. 20, Jakarta.
Acara yang merupakan rangkaian peringatan Hari Bakti Pekerjaan Umum (Harbak PU) ke-69 yang jatuh pada 3 Desember mendatang itu, khusus dihadiri oleh puluhan Kompasianer dengan menghadirkan dua pembicara pejabat teras Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yakni Prof (R) DR Ir Anita Firmanti, MT selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman - Balitbang - Kemenpupera. Narasumber kedua adalah Iwan Suprijanto, ST, MT selaku Kepala Bidang Program dan Kerjasama - Puslitbang Permukiman. Sementara narasumber Kepala Balitbang - Kementerian Pekerjaan Umum, Ir Waskito Pandu, MSc yang sedianya juga mengisi acara, urung hadir.
[caption id="attachment_338713" align="aligncenter" width="600" caption="(KIRI) Wardah Fajri selaku moderator. (TENGAH) Prof (R) DR Ir Anita Firmanti, MT selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman - Balitbang - Kementerian Pekerjaan Umum. (KANAN) Iwan Suprijanto, ST, MT selaku Kepala Bidang Program dan Kerjasama - Puslitbang Permukiman. (Foto Ganendra)"]
Acara yang dimulai sekitar pukul 13.00 wib itu banyak membahas soal Program dan kegiatan penelitian dan pengembangan sub bidang Permukiman. Hal itu sesuai tema yang diambil, yakni "Dukungan Inovasi Teknologi Bidang Permukiman dalam Akselerasi Program Permukiman 100 - 0 - 100. 100 % Akses Air Minum, 0 % Kawasan Kumuh, 100 % Akses Sanitasi."
Sebagai pembuka narasumber adalah Bu Anita yang menjelaskan tentang produk-produk sebagai hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Balitbang, Kemenpupera. Mulai dari soal pengolahan sumber air bersih, teknologi rumah tinggal bencana, maupun rumah susun di perkotaan untuk membersihkan kawasan kumuh. Menurutnya bidang Litbang dengan riset teknologi mampu menelurkan teknologi terapan yang bermanfaat bagi masyarakat dan negara.
"Tidak ada negara yang bisa maju dan berkembang secara konsisten tanpa didukung oleh litbang yang kuat dan tangguh," katanya.
Beragam kewenangan itu, ditangani serius Kemenpupera melalui 4 sub bidang, yakni Puslitbang Permukiman, Puslitbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan (Sosekling), Puslitbang Sumber Daya Air, dan Puslitbang Jalan dan Jembatan. Dasar dari kinerja Puslitbang Kemenpupera adalah untuk kesejahteraan rakyat. Riset dan pengkajian teknologi untuk mengatasi persoalan kemasyarakatan yang didanai oleh rakyat melalui APBN. Kira-kira jargon dari - oleh - untuk rakyat berlaku dan menjadi basis kinerja Litbang.
"Jadi apa yang kita lakukan adalah untuk kepentingan rakyat, karena didanai oleh rakyat," kata Iwan Suprijanto, saat menyampaikan paparannya.
Keempat sub bidang itu menghiasai ruang acara karena berkaitan dengan acara peluncuran dan pameran produk Litbang 2014. Stan sejumlah 4 buah ditata sedemikian rupa dengan memamerkan beragam teknologi di bidang masing-masing. Ada teknologi rumah bencana di booth Puslitbang Permukiman seperti RIKa, RISHa, RUSPIN dan lain-lain.
Demikian pula booth Puslitbang Sumber Daya Air yang memamerkan teknologi pengolahan air minum. Sementara Puslitbang Jalan dan Jembatan menyajikan pameran teknologi infrastruktur jalan raya dan jembatan. Terakhir Puslitbang Sosekling membidangi persoalan pemetaan sosial, ekonomi dan lingkungan. Bidang yang bersentuhan langsung soal ganti rugi lahan, dampak lingkungan dan lain-lain. Keempat booth dikemas dan didesain sangat informatif dilengkapi dengan buku panduan, brosur serta penjaga yang siap menjelaskan isi dari masing-masing sub bidang Puslitbang.
[caption id="attachment_338714" align="aligncenter" width="600" caption="Booth Pameran Puslitbang Sumber Daya Air. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_338715" align="aligncenter" width="600" caption="Booth Pameran Puslitbang Jalan dan Jembatan. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_338716" align="aligncenter" width="599" caption="Booth Pameran Puslitbang Permukiman. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_338717" align="aligncenter" width="600" caption="Booth Pameran Puslitbang Sosekling. (Foto Dokpri)"]
Sementara itu lebih detil Bu Anita memaparkan dengan menggunakan slide soal isu strategis dan kegiatan Litbang Permukiman 2015 - 2019. Ia mengatakan bahwa Puslitbang Permukiman memerankan fungsi sebagai Prime Mover atau penggerak utama dan Scintific Backbone. Lalu apa saja yang menjadi program dan kegiatan Puslitbang Permukiman?
Puslitbang Permukiman Sebagai Prime Mover
Puslitbang Permukiman Sebagai Prime Mover, menargetkan bahwa Indonesia harus bebas permukiman kumuh pada tahun 2020. Upaya yang dilakukan adalah mengembangkan Peningkatan Kualitas Permukiman di perkotaan, perdesaan maupun tradisional atau terpencil. Disamping itu juga melakukan Pengembangan Rumah murah, sehat, layak huni dan berwawasan lingkungan.
Mencanangkan Millenium Development Goals tahun 2025 dengan program Peningkatan Kinerja Penyediaan Air Minum dan Kinerja Pengelolaan Sanitasi (Air limbah, persampahan, dan drainase). Peningkatan Kehandalan Bangunan (Rumah dan gedung), untuk menciptakan Indonesia ramah (responsif) bencana. Mitigasi dan adaptasi perubahan Iklim dengan program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Permukiman dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Puslitbang Permukiman Sebagai Scientific Backbone
Puslitbang Permukiman diarahkan untuk berperan sebagai the techno structure atau scientific backbone dalam merumuskan kebijakan penyelenggaraan infrastruktur di bidang permukiman. Pustlitbang Permukiman diharapkan mampu menghasilkan teknologi permukiman yang inovatif, aplikatif dan bermanfaat langsung bagi masyarakat melalui program-programnya. Program diarahkan pada litbang terapan sebesar 80%, dan 20% merupakan sains murni. Lebih jelas Bu Anita mengatakan bahwa dalam hal ini, Puslitbang Permukiman melakukan penelitian atau pengkajian dalam rangka penguasaan teknologi serta melakukan advis berkaitan bidang teknik.
Dengan demikian diharapkan dengan dukungan Inovasi Teknologi Bidang Permukiman dapat mempercepat/ akselerasi terwujudnya Program Permukiman 100 - 0 - 100, yakni 100 % Akses Air Minum, 0 % Kawasan Kumuh, 100 % Akses Sanitasi.
100 % AKSES AIR MINUM
Persoalan air minum yang sehat dan bersih sangatlah komplek dan terjadi di wilayah yang beragam. Kemarau, saat bencana dan air perumahan di perkotaan dan lain-lain. Dalam hal ini teknologi bidang permukiman mengembangkan beragam produk untuk mendukung akselerasi bagi penyediaan air bersih dengan akses 100% bagi masyarakat.
Teknologi pengembangan yang dikembangkan Puslitbang Permukiman dalam upaya penyediaan air bersih di perkotaan hingga di daerah Karst. Apa saja teknologi yang telah dikembangkan?
Bu Anita menjelaskan beberapa teknologinya, seperti Teknologi Pengolahan Air Minum dan Sanitasi Terpadu di Hulu DAS perkotaan yang diterapkan di Pucang Sawit Surakarta, Jawa Tengah. Juga tentang Pengolahan Air di Daerah Karst, yang telah diterapkan di Gunung Kidul yang selalu mengalami minim air bersih khususnya saat musim kemarau. Kondisi yang sama di tanah kelahiran saya, kota Wonogiri wilayah selatan. Geografis yang berbatu karst nampaknya cocok juga diterapkan teknologi ini. Nah, selengkapnya saya kutip dari katalog produk Litbang bidang Permukiman, yang lengkap menguraikan secara gambling, soal teknologi bidang permukiman dalam mendukung akselerasi 100 % Akses Air Minum. Beragam teknologi itu adalah:
Standarisasi Sistem Sambungan Rumah. Puslitbang mengembangkan model pembuatan standar sambungan perpipaan untuk mengurangi tingkat kehilangan air dan meningkatkan efesiensi dalam instalasi, operasi dan perawatan.
Dynamix Mixer, yakni model pengembangan system penambahan bahan kimia yang dinamis sehingga pengolahan air menjadi efesien dan efektif. Teknologi ini telah diterapkan di Bagan Siapi-api.
Pengolahan Air dengan tingkat kesadahan tinggi di Daerah Karst, dengan membangun instalasi air untuk mengolah air baku di daerah karst. Teknologi telah diterapkan di Gunung Kidul.
Saringan Rumah Tangga, dengan mengolah air baku yang keruh, berbau dan mengandung besi dan mangan untuk kebutuhan keluarga.
Teknologi pengolahan air gambut individual untuk daerah rawa pasang surut. teknologi telah digunakan di Kalimantan.
Merotek. Merotek adalah reactor kompak yang terdiri dari rangkaian unit pengolahan air dengan system membrane ultrafiltrasi-airlift system dan membrane RO tekanan rendah untuk menghasilkan air siap minum.
[caption id="attachment_338720" align="aligncenter" width="600" caption="Miniatur Reaktor Merotek yang dipamerkan di booth Puslitbang Kemenpupera. (Foto Ganendra)"]
Meralis. Meralis adalah reactor kompak yang terdiri dari rangkaian unit pengolahan air dengan menggunakan system lumpur aktif dan filtrasi membrane ultrafiltrasi-airlift untuk menghasilkan air yang dapat didaur ulang untuk kebutuhan gedung.
Teknologi Pengolahan Air Minum Hexagonal. Teknologi ini merupakan air minum bermolekul hexagonal yang diperoleh melalui proses filtrasi berbutir, UF (ultrafiltrasi), RO (Reverse Osmosis), serta Far Infrared dan bantuan Pemagnetan.
Saringan Pasir Lambat. Model mengolah air permukaan menjadi air bersih.
Teknologi Pengolahan Air Minum dan Sanitasi Terpadu di Hulu DAS perkotaan. Teknologi ini merupakan teknologi pengolahan air terpadu untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi di kawasan permukiman pada hulu DAS perkotaan serta mendukung penciptaan ekosistem daerah tangkapan air yang sehat. Model ini diterapkan di Pucang Sawit Surakarta, Jawa Tengah.
[caption id="attachment_338718" align="aligncenter" width="600" caption="Model pengolahan air baku menjadi air siap pakai yang ada di booth pameran. (Foto Ganendra)"]
O% KAWASAN KUMUH
Kawasan kumuh khususnya terjadi di perkotaan. Di ibukota Jakarta masalah kawasan kumuh menjadi persoalan social yang serius. Puslitbang permukiman mengembangkan teknologi dalam mendukung akselerasi 0 % kawasan kumuh. Namun disamping itu juga mengembangkan teknologi hunian saat bencana. Pasalnya saat bencana seperti gempa bumi, tsunami rumah tinggal akan mengalami kerusakan bahkan rata dengan tanah. Teknologi pengembangan yang dikembangkan Puslitbang Permukiman dalam upaya menuju cita-cita bebas dari kawasan kumuh telah dikembangkan. Teknologi meliputi bangunan rumah, rusun, dan gedung. Lalu apa saja teknologi yang telah dikembangkan?
1. Pengembangan untuk Rumah Tinggal keluarga ada beberapa model.
RISHA atau Rumah Instan Sederhana Sehat, adalah rumah layak huni yang dibangun dengan modul. Menggunakan teknologi konstruksi system pracetak untuk bangunan sederhana menggunakan system knockdown. Terdiri dari komponen modular yang dibuat secara fabrikasi.
[caption id="attachment_338719" align="aligncenter" width="600" caption="Model Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHa) dalam pameran di booth Puslitbang Permukiman. (Foto Ganendra)"]
RIKa atau Rumah Instan Kayu adalah rumah instan berbahan dasar kayu kelas rendah cepat tumbuh yang diolah sehingga kekuatannya setara dengan kayu kualitas nomor satu. Kayu yang dipakai misalnya sengon, akasia, karet dan lain-lain. Rumah model RIKa lebih tahan gempa dan teruji digunakan saat gempa di Jogjakarta, Sumatera Barat dan Jawa Timur.
RUSPIN atau Rumah Unggul Sistem Panel Instan. RUSPIN adalah teknologi struktur rumah pra cetak dengan system panel yang memiliki efesiensi biaya dan material. RUSPIN ini adalah teknologi penyempurnaan dari RISHA.
RSH Ber-SNI adalah konsep membangun rumah layak huni atas dasar jaminan aspek keselamatan dan kesehatan bangunan. Konsep rumah ber-SNI menjamin terciptanya rumah ramah lingkungan dan keluarag sejahtera.
BRIKON, Panel Struktur Pracetak. BRIKON adalah teknologi konstruksi system pracetak untuk bangunan dua lantai menggunakan kombinasi sambungan kering dan basah yang terdiri dari komponen pracetak beton berprofil dan komponen sambungan box baja berongga.
Rumah Tradisional Tepi Air. Teknologi dengan model desain rumah di atas air yang mampu menjaga kelestarian sungai guna menjaga sumber daya laut dari kerusakan.
Homese atau Honay Menuju Sehat. Merupakan model rancangan honai sehat dengan pendekatan budaya lokal. Homese telah diterapkan di rumah tradisonal Honai di Yahukimo dan Walesi papua.
Bambu Laminasi. Memanfaatkan bamboo sebagai bahan bangunan alternative pengganti kayu. Penerapan teknologi laminasi pada bamboo agar dapat diaplikasikan seperti kayu.
[caption id="attachment_338726" align="aligncenter" width="600" caption="Aplikasi Bambu Laminasi pada bangunan tradisional. Difoto dari buku Katalog Kemenpupera. (Foto Ganendra)"]
Rumah Tradisonal Tongkonan di Toraja. Model perbaikan rumah tradisional Tongkonan dengan penggunaan beton pada tiang rumah, dan penggunaan seng/ multi roof sebagai pengganti atap.
Model permukiman berbasis Eco-Settlements untuk Hulu DAS. Teknologi penataan kawasan permukiman di hulu DAS untuk mengurangi bahan pencemaran terhadap badan sungai serta menjaga fungsi konservasi kawasan dengan mengintegrasikan keterkaitan aspek ekonomi, social ekologi dan institusi.
2. Pengembangan untuk Rumah Susun ada beberapa model.
RUSUN sederhana tahan gempa dari kayu lahan. Teknologi ini masih dalam pengkajian untuk penerapan. Konsepnya dalah teknologi membangun rumah susun dengan pemanfaatan teknologi kayu olahan sebagai komponen structural pada konstruksi bangunan kayu olahan rusun kayu 3 lantai di daerah rawan gempa.
Teknologi Pracetak ‘n-panel system'. Konsep teknologinya adalah terdiri dari 4 panel dinding berbentuk ‘n' disambungkan dengan system kombinasi sambungan basah dan kering. Lantainya dari panel semi pracetak.
Teknologi Pracetak ‘T-Cap.' Pengembangan teknologi untuk rumah susun sederhana type 21 sebanyak 10 lantai. Lebih cepat dan efesien. Telah diterapkan di Rumah Sakit Madiun, Rusun Tipar Cakung sebanyak 1000 unit.
Teknologi Pracetak ‘Box.' Teknologi untuk rumah susun dari beton ringan dengan tulangan baja siku sebagai elemen structural terhadap beban tarik. Gaya minimalis berkesan mewah.
100 % AKSES SANITASI
Masalah sanitasi meliputi persoalan limbah baik itu limbah rumah tangga maupun masyarakat, perusahaan menjadi masalah klise. Buruknya sanitasi akan berdampak pada kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Teknologi bidang Permukiman Puslitbang dalam mendukung akselerasi 100% akses sanitasi ada beberapa macam.
Pengolahan Air dengan Bio-Contractor. Adanya Bio-Contractor di dalam kabin maka bidang tempat bakteri tumbuh semakin luas dan tak ada air limbah yang merembes keluar, sehingga jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan septic tank konvensional. pengolahan air model ini meliputi teknologi Biotour, yakni rangkaian teknologi pengolahan limbah rumah tangga untuk menghasilkan kualitas air daur ulang yang dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Biofil, adalah teknologi pengolahan air limbah rumah tangga, sehingga air hasil olahan dapat dibuang langsung ke tanaman maupun kolam ikan. Biority, yakni mengolah air limbah rumah tangga skala komunal maupun individual.
[caption id="attachment_338723" align="aligncenter" width="600" caption="Bio3, Biofil, Biority. Bahan presentasi Prof (R) DR Ir Anita Firmanti, MT. (Foto Ganendra)"]
Biomembrane-hollow Fiber, yakni model daur ulang limbah dengan menggunakan system bio membrane tercelup dengan system air lift.
Biorotasi, yakni rangkaian unit pengolahan limbah rumah tangga yang terdiri dari system biofilter dan taman sanita dengan resirkulasi yang menghasilkan air olahan yang dapat digunakan kembali untuk kebutuhan gedung.
Eco-Drainage. Konsepnya adalah saluran resapan air hujan yang mampu menampung, mengalirkan, meresapkan sebagian air hujan ke dalam tanah.
Tungku Sanira. Model teknologi dalam menangani masalah nir racun baik sampah yang berasal dari industry, pabrik, pertokoan, pasar dan permukiman.
Komposter, yakni sebuah alat untuk membantu kinerja bakteri pengurai material organic berupa sampah dengan memanfaatkan tong bekas.
Model TPA Semi Aerobik. Teknologi dapat dikembangkan sebagai reusable landfill dan mining landfill. Kompos hasil penambangan dapat digunakan sebagai bahan penutup penimbunan sampah sehingga Tempat Pembuangan Akhir sampah bisa berkelanjutan.
Drainase Permukiman Ramah lingkungan dengan Sub Reservoir Air Hujan. Teknologi system ini adalah sebagai penampung air hujan untuk air baku dan resapan air. Hasilnya dapat membantu pasokan air terutama saat kemarau. Juga mampu mereduksi genangan air/ banjir hingga 48%. Disamping itu juga mendukung pelestarian air tanah, manajemen air hujan di lingkungan permukiman.
Kemenpupera juga mengembangkan teknologi mitigasi bencana. Seperti diketahui di tanah air sangat rawan bencana gempa seiring banyaknya gunung berapi. Model teknologi khususny bagi para korban yang tidak mendapat akses air bersih dan tempat tinggal. Misalnya saja Tenda Huntara (Tenda Hunian Sementara) yang praktis dalam pemasangan dan mudah dibawa kemana-mana, cocok untuk para pengungsi bencana. Ada lagi teknologi unit pengolahan untuk mengolah bahan baku menjadi air bersih atau air minum, yakni alat bernama IPA Portable yang menggunakan tenaga surya. Ada lagi jenis prototype lainnya yakni IPA Mobile, yakni system sarana untuk mengolah air baku menjadi air siap minum dengan system mobile. Sangat cocok dan sesuai ditempatkan di daerah rawan air ataupun rawan bencana.
Banyak sekali produk Puslitbang Permukiman yang merupakan teknologi tepat guna dan standar, di bidang permukiman. Beberapa produknya juga merambah ke mancanegara seperti RISHa yang diterapkan di Pakistan. Semestinya produk teknologi terapan Puslitbang Permukiman memiliki pangsa pasar yang luas. Dan seyogyanya dapat mengantarkan pada kesejahteraan rakyat melalui industri konstruksi bidang permukiman. Juga sedapat mungkin hasil teknologi terapan, pemanfaatannya dapat menyentuh dan dirasakan lapisan masyarakat bawah. Sehingga Litbang yang menyedot dana rakyat dapat berkiprah lebih banyak melalui pemanfaatan teknologi hasil pengembangannya. Terlebih dari itu jargon dari - oleh - untuk rakyat benar-benar terrealisir. Salam sejahtera. (*)
@rahabganendra
[caption id="attachment_338721" align="aligncenter" width="600" caption="Plakat kenang-kenangan dari Kompasiana kepada narasumber. (Foto ganendra)"]
[caption id="attachment_338724" align="aligncenter" width="600" caption="Kompasianer yang hadir. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_338727" align="aligncenter" width="599" caption="Tema Kompasiana Nangkring bareng Kemenpupera. (Foto Ganendra)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H