Perjalanan Memanjakan Penumpang Â
Saya terbangun oleh getaran smartphone dari dalam jaket. Sebuah nama tertera, Ibu. Suara dari seberang terdengar menanyakan, "Jam berapa sampai?"Â Â
Aku menengok jam tangan, jam 10.25 WIB. Masih sekitar 2 jam lebih sampai tujuan, dari jadual yakni 12.54 WIB di Stasiun Tugu Yogyakarta.Â
Lalu obrolan berlanjut menanyakan "tetek bengek" lainnya. "Ntar mau dimasakin apa? Berapa hari mudiknya?" Dan banyak lagi.
Begitulah ibu. Setiap saya mudik, gak sabaran pengen ketemu. Selalu bersemangat saat mengobrol. Tentu saya senang. Saya merasakan kasih sayangnya melalui suara-suara kerinduan yang diungkapkannya. Maklum saya termasuk "bandel", jarang pulang/ mudik.
Kondisi di dalam gerbong kereta Argo Semeru eksekutif sangat nyaman. Sejuk AC, ketenangan dari gangguan suara deru kereta, disertai dengan ketenanan penumpang lain yang asyik dengan kenyamanannya masing-masing. Tak ada hal-hal yang berpotensi mengganggu obrolan dengan ibu.Â
Obrolan dengan ibu selalu menjadi cerita manis untuk diimgat, kapan pun dan dimana pun.
Sambil rebahan, saya menyelonjorkan kaki. Menaruh tapak kaki pada pijakan bawah yang tersedia. Bangku empuk, sedikit saya rebahin. Benar-benar posisi yang "PeWe" untuk bertelponan.
Bangku "sofa" warna biru muda yang bersih itu membuat kesan suasana ceria. Â Seakan memberi ajakan pada penumpang, "Nikmati hari dengan ceria" hehee.
Ditambah pemandangan adem persawahan menghijau di bawah langit biru, yang hari itu sedang cerah-cerahnya. Semakin membawa perjalanan bak sedang melintas awan.