Badan Pangan Nasional mencatat, bahwa setiap tahun ada 23-48 juta ton pangan terbuang menjadi sampah/limbah. Jumlah itu setara dengan setiap orang membuang limbah makanan sebesar 0,5 kg per hari. Wah!
COBAÂ bayangkan, makanan yang menjadi sampah sebesar itu, semestinya bisa memenuhi kebutuhan konsumsi berapa banyak orang?
Ironisnya lagi, tak sedikit warga masyarakat kita yang masih mengalami kelaparan akibat ketidakmampuan memperoleh makanan yang layak. Dzalim gak perilaku kita yang buang-buang sampah nasi/makanan dengan entengnya?
Padahal, pangan yang terbuang sebenarnya bisa diminimalisir dan diolah menjadi makanan yang layak.
Andaikan saja jumlah limbah makanan di atas dapat dikonsumsi oleh sekian ratus juta orang di Indonesia yang kesusahan, tentu tidak akan meminimalisir jumlah masyarakat yang kelaparan.
Baik, sebelum saya lanjutkan ulasan ini, FYI kata "nasi" yang saya pakai pada judul merujuk pada bahan makanan apa saja. Tak terbatas pada nasi/beras karena setiap daerah di nusantara ini, mempunyai bahan makanan/pangan pokok yang berbeda-beda.
Kedengarannya hiperbola banget ya, sebutir nasi bisa menyelamatkan bumi. Tapi beneran. Ini serius.Â
Coba ingat-ingat kembali kebiasaan kita saat makan. Apakah template habit makan Anda seperti di bawah ini?Â
Makan sudah kenyang. Makanan "nyisa" gak habis. Sayang kalau dibuang. Masuk kulkas. Di kulkas beberapa hari, makanan berubah (rasa dan penampilan). Makin gak sedap dipandang dan makin gak bikin berselera. Finishnya, dibuang jadi sampah.
Kali lain saat makan jajan di luar (warung, resto, kafe) pesan makan beraneka rupa. Mengikuti nafsu keinginan. Melebihi kesanggupan menghabiskan porsi makan. Ujung-ujungnya, gak habis. Makanan sisa, tinggalin. Atau minta dibungkus bawa pulang. Sampai di rumah, balek ke template pertama di atas. Nasib makanan sama, masuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Hahahaa.