Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bertahan 73 Tahun, Es Krim Kegemaran Presiden Soekarno ini, Kini Berjibaku Melawan Redup

3 Agustus 2024   10:57 Diperbarui: 5 Agustus 2024   06:37 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan:  Es krim Tjan Njan di Cikini, Jakarta Pusat. Dok Kompas.com.

Perjuangan panjang bisnis es krim ini untuk eksis, begitu heroik. Jalan terjal kerasnya persaingan usaha hingga soal diskriminasi nama yang  mendera, tak membuatnya surut. Es krim tradisional yang awal dirintis 6 tahun pasca kemerdekaan Republik Indonesia ini, tetap eksis hingga saat ini. Membawa kisah manis sebagai es krim kegemaran Presiden Soekarno dan Soeharto pada masanya. 

CUACA lumayan terik, di waktu tengah hari, saat aku menyusuri halaman sebuah gedung menjulang kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 27 Juli 2024.

Halaman di samping kanan  gedung itu merupakan akses menuju pintu masuk. Pintu masuk lobby hotel, yakni Hotel Cikinil, salah satu ikon kawasan historis Cikini. 

Di dalam ruangan lobby tak begitu luas. Di sebelah kiri, ada 3 meja dengan masing-masing dilengkapi dua kursi pada 2 meja. Satu meja lainnya, ada sebuah bangku gak terlalu panjang.

Di meja ujung nampak satu kursi kosong. Kursi satunya, diduduki seorang perempuan asing berkulit gelap. Turis. Dia sedang menelpon, berbicara dalam Bahasa Inggris. 

Di seberang meja, ada sebuah boks berpendingin. Ukuran sedang gak jauh dari meja resepsionis hotel. 

Ada dua buah foto. Satu berpigura warna keemasan, tertempel pada dinding, persis di atas boks. Foto hitam putih yang sudah pudar. Agak buram. Mengindikasikan lamanya usia foto.

Gambarnya, sebuah bangunan berasitektur zaman dulu. Tertulis Toko Tjan Njan. Satunya lagi ada tulisan tahunnya, 1951. 

Inilah es krim legendaris yang pernah berkibar di era Presiden Soekarno yang sekarang hampir dilupakan orang. 

Sekarang nafas panjangnya  masih berdetak "numpang" di satu sudut ruang lobby hotel.

Seorang perempuan muda dikerubungi teman-teman yang datang bareng denganku. Teman-teman traveler peserta acara jelajah kuliner Gondangdia & Cikini yang terdiri dari member Koteka, grup Country Choice, dipandu Mutia dari tim Wisata Kreatif Jakarta.

Suasana riuh. Sambil melongok tumpukan mini cup di dalam box, mereka memesan es krim sesuai selera.

"Aku yang rasa kopyor mbak," kataku.

Sengaja aku pesan rasa  kopyor karena kabarnya rasa kopyor dan durian yang paling legendaris disukai gak ada tandingan rasanya.  Maklum dibuat dari bahan kelapa muda dan durian pilihan terbaik.

Es krim Tjan Njan/ Tjanang. (Dokumen pribadi)
Es krim Tjan Njan/ Tjanang. (Dokumen pribadi)

Satu mini cup kopyor kudapat. Berwarna putih kental berpenutup. Polos tanpa tulisan jenama apapun. Sendok plastik  kecil khas sendok es krim terselip di atas tutupnya. Diisolatip bening.  Penampilan kemasan yang sederhana.  

Aku beranjak membawa es krim kopyor ke arah meja ujung. Tempat perempuan turis tadi duduk. Bermaksud menikmati  "si kopyor" di sana.

Es Krim Otentik Bahan Alami Tanpa Pengawet  

Warna putih susu, cair agak kental, nampak saat kubuka tutup tanpa perekat itu.

Tekstur sedikit kasar, terasa saat es krim kusendok. Sepertinya kaya unsur susu. Rasa manis menguar di lidah perasaku. Dingin, creamy  dan lumer leleh di mulut.

Rupanya, ini rasa nuansa klasik dan otentik es krim tradisional yang disebut-sebut jarang ditemukan di tempat lain itu. 

Kekuatan rasa es krim ini ada pada bahan-bahan alami yang digunakan. Tidak menggunakan pengawet. Sepertinya ini kekuatan utama Es Krim Tjanang yang mengikat lidah para penikmat setianya, selama puluhan tahun.

Penikmat yang kepincut lidah perasanya, seperti dua presiden RI, Soekarno dan Soeharto beserta keluarganya. Presiden yang membanggakan  ke para tamu negara yang datang ke tanah air.  

Seperti ingin menyampaikan pesan, "Indonesia punya es krim khas rasa otentik nasionalisme lho."

Ya, es krim ini pernah menjadi kudapan suguhan bagi para tamu negara di ajang Games of  the New Emerging Forces (Ganefo), sebuah olimpiade tandingan yang dicanangkan oleh Presiden Sukarno pada 1963. Sang prokamatorlah yang memintanya.

Es Krim Legendaris 1951  

Rasa otentik yang bertahan sekian lama, sejak dirintis tahun 1951 oleh Lie Sim Fie

Lim Sim Fie inilah yang menjadi sosok penting keberadaan es krim Tjanang. Jenama yang awalnya bernama Tjan Njan pada awal keberadaannya.

Penasaran dengan historycal Tjan Njan, aku searching di internet. Beberapa media arus utama mengulas cukup mendalam. Aku menyitirnya beberapa di antaranya.

Lim adalah seorang pendatang dari daratan Tiongkok ke Jakarta pada awal tahun 1940-an. Tak puas bekerja di toko klontong milik kakaknya, Lim mulai bergulat dengan dunia kuliner. Dunia yang diminatinya.

Mulailah Lim meracik es krim. Racikannya menggunakan bahan-bahan  mulai dari buah-buahan terbaik. Lim rajin melakukan percobaan-percobaan untuk mendapatkan formula es krim yang diinginkan dan sesuai dengan lidah orang Jakarta masa itu.

Keterangan:  Es krim Tjan Njan di Cikini, Jakarta Pusat. Dok Kompas.com.
Keterangan:  Es krim Tjan Njan di Cikini, Jakarta Pusat. Dok Kompas.com.

Hingga Lim menemukan cita rasa es krim yang diinginkanya. Gayung bersambut, es krim bikinannya direspon baik. Kedainya pun ramai setiap hari.

Sejak itu es krim Tjan Njan berkibar kemana-mana. Kenikmatan dan rasa khas otentiknya membuat lidah banyak orang penasaran ingin mencicipinya.

Bahkan cita rasa itu menembus tembok tebal istana kepresidenan. Bung Karno beserta keluarganya, salah satunya Megawati Soekarnoputri. Menyukai es krim Tjan Njan. Berlanjut hingga Presiden Soeharto era orde baru. 

Jatuh Bangun Tjan Njan

Dalam perkembangannya, jalan terjal harus ditempuh es krim Tjan Njan. Sempat berganti nama jenama, karena sensitifnya nama Tjan Njan yang berbau Tionghoa.

Akhirnya atas anjuran pemerintah kala itu, Tjan Njan berubah menjadi nama Tjanang hingga saat ini.

Lalu ada kondisi dan situasi Dimana es krim Tjanang terlantar, gak keurus. Titik dimana keluarga Lim terbuai saat pelegalan judi era Gubernur Jakarta, Ali Sadikin.

Memang toko Sim Fie makin ramai. Namun bukan ramai karena antre es krim tapi memasang taruhan di mesin judi yang ada di toko.

Bisnis baru Lim Sim Fie yang awalnya merupakan "bisnis" sampingan malah berdampak buruk terhadap eksistensi eskrim Tjanang. Bisnis es krim terlantar karena kesibukan  Lim mengurus bisnis judi itu.

Momentum titik balik tiba saat  judi dilarang. Mesin judi disingkirkan dari toko Tjan Njan. Lie Sim Fie mencoba menghidupkan kembali es krim Tjan Njan.

Di Tengah-tengah maraknya  gempuran es krim buatan pabrik besar, es krim Tjan Njan terseok-seok. Gak muVah mengembalikan kejayaan Tjanang. Makin sepi pembeli.  Kalah modal, kalah bersaing harg,.

Tahun 1991, toko Sim Fie ditutup. Lalu diseewakan. Produk es krim dititipkan di warung-warung dan restoran.

Hingga kini, lahan bersejarah tempat pertama kali es krim Tjan Njan buka, telah disulap menjadi Hotel Cikini.

Putri Lim Sie Fie, yakni Yenie berusaha mempertahankan usaha Lim. Membawa kenangan manis es krim Yjan Njan, ke era baru es krim Tjanang.

Rasa Tjan Njan mungkin susah ilupakan orang yang pernah mencicipinya. Rasa itu akan selalu lengket di lidah para pecintanya.

Benera Tjan Njan akan terus melegenda bersama "es krim tua" tempoe doeloe lainnya    Ragusa, Baltic, dan Sweet Sue.   SEMOGA.

Salam Lejen.

@rachmaypy 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun