Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 201 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kepincut Mipan, Kue Langka & Legendaris Khas Tionghoa yang Viral

19 Juli 2024   03:40 Diperbarui: 19 Juli 2024   03:48 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Kue Mipan di Gang Kalimati, Glodok, Jakarta Barat. Dokumen Pribadi

Kudapan kue legendaris, Mipan identik dengan budaya kuliner Tionghoa. Keberadaannya sudah langka. Di kawasan Chinatown, Pasar Glodok, Jakarta Barat, kue ini "nyelip" di antara jajanan lain. Ada dua penjual yang bertahan eksis menjajakan makanan berbahan dasar tepung beras ketan itu.

SEBELUMNYA saya gak tahu tentang kue bernama Mipan. Apalagi mencicipinya. Belum pernah sama sekali. Padahal makanan ini sempat viral, di sosial media melalui postingan seorang perempuan food vlogger.

Hingga tanpa sengaja, saya "dipertemukan" dengan kue tradisional itu, di Glodok. Padahal gak niat nyari. Hehe

Gimana ceritanya?

Begini. Pada hari Rabu, 17 Juli 2024 lalu, saya mampir motret-motret di kawasan pecinan terbesar di tanah air itu.  Tahu kan, kawasan Glodok yang sekarang bernama Kampung Wisata Pecinan Glodok itu, kaya dengan destinasi bersejarah? Ya, bersejarah bangunannya, budayanya, dan kulinernya.

Oh ya, saya sudah menuliskan artikel momen motretnya di Kompasiana dengan judul "Memotret Storynomic 5 Spot Historis Pecinan Glodok". Sudi  mampir hehehe.

Lanjut. Awalnya saat rehat, saya kepikir  menunggu penjual Kembang Tahu. Saya tahu ada penjual Kembang Tahu yang enak jualan keliling di Glodok karena pernah membeli.

Makanan budaya kuliner Tionghoa ini favorit. Saya sering mencarinya kalau ke Glodok atau pun tempat-tempat kuliner lain.

Btw tahu kan Kembang tahu?

Makanan dengan rasa pedas jahe ini banyak sebutannya. Saya menyebutnya "Mbang Tahu". Ada yang bilang Tahok, Tauwa. Kalau di Jogjakarta disebut Wedang Tahu.

Makanan akulturasi dari budaya kuliner Tionghoa ini termasuk langka. Banyak pedagang di Pasar Glodok yang bllang, hanya ada 2 penjual. Jualan keliling, dipikul.  

Sekian lama menanti, penjual Mbang Tahunya gak lewat-lewat. Iseng saya tanya sama penjual minuman yang "ngetem" di jalan masuk Pasar Petak Sembilan.

"Biasanya jam segini udah lewat dia, tapi dari tadi belum liat," katanya menjawab pertanyaan saya.

"Jarang seh, yang jual, cuma 2 orang. Padahal banyak yang nyari. Sama seperti Mipan tuh, banyak yang nyari," terusnya.  

Penasaran dong ama Mipan yang disebut si abang. Katanya, ada dua orang yang jual kue Mipan di Glodok.

Satunya ada di Pasar Petak Sembilan. Satunya lagi ada di gang sebelahnya, yakni Gang Kalimati. Gak jauh, sekitar 50 an meter aja dari Pasar Petak Sembilan.

Ngikutin petunjuk abangnya, saya bergegas masuk ke dalam Pasar Petak Sembilan. Jalan dalam pasar merupakan salah satu akses menuju vihara tertua di Jakarta, yakni Vihara "Cinteyen" Dharma Bakti. Katanya, Mipan dijual area tengah pasar.

Sampai area tengah pasar, saya tanya-tanya ke pedagang sekitar. Ternyata penjualnya sudah beberapa hari ini gak keliatan.

"Coba abang ke gang sebelah (Kalimati). Ada satu penjual Mipan juga," kata seorang pedagang yang kutanya.

Mipan di Gang Kalimati 

Gang Kalimati, tak jauh dari Pasar Petak Sembilan. Jalan kaki sebentar, saja sudah sampai.  Nanya sama Koko penjual kue-kue, saya diarahkan, gak jauh. 

Penjual Mipan "nyelip" di sebelah kiri samping penjual kaki lima perabotan rumah tangga.

Seorang pria duduk jongkok di bangku plastik kecil. Di depannya ada wadah anyaman bambu. Wadah mirip "tenggok" yang dipakai mbok-mbok penjual jamu gendongan kalau di Jawa. Dialah Pak Ole, penjual Mipan, makanan legendaris budaya Tionghoa itu.

Pak Ole  penjual kue Mipan. Dokumen Pribadi
Pak Ole  penjual kue Mipan. Dokumen Pribadi

Pak Ole mengaku jualan Mipan milik boss-nya. Dia hanya bantu jualan sekitar satu tahun belakangan ini.

"Pernah nyoba bikin sendiri, susah. Hasilnya keras. Gak kenyal," tuturnya.

Isi "tenggok" ada botol-botol warna gelap, seperti botol kecap. Bagian depan terselip beberapa wadah kecil bundar warna putih. Itulah kudapan yang bernama kue Mipan.

Mipan berbungkus plastik bening. Teksturnya kenyal-kenyal saat saya sentuh dan pencet. Kenyal karena bahan dasarnya tepung beras.  

Penasaran citarasanya, saya memesan satu porsi. Buat nyoba. Pak Ole, pun  cekatan menyiapkannya.  

Pak Ole  penjual Mipan di Gang Kalimati, Glodok, Jakarta Barat. Dokumen Pribadi
Pak Ole  penjual Mipan di Gang Kalimati, Glodok, Jakarta Barat. Dokumen Pribadi

Air Khi, Kunci Utama Mipan

Pak Ole bilang, Mipan merupakan makanan berbahan dasar tepung beras yang dipadu dengan cairan gula merah dan bawang putih goreng.  Saya lihat sepintas mirip kue Lopis. Beda di bawang putihnya. Dan mungkin bumbunya.

Cara penyajiannya, Mipan di wadah berbahan styrofoam berukuran sekira 20 cm itu, dipotong menjadi 2 bagian sama besar. Satu potongan, ditumpuk di salah satu sisi. Lanjut dipotong menjadi 3 bagian berbentuk segitiga memanjang.

Setelahnya dituangin cairan gula merah dari botol ke sisi lain wadah yang kosong. Lalu cairan gula ditaburi bawang putih goreng. Selesai. Sederhana saja.

Rasanya?

Ada tusukan dari kayu, kecil. Tusukan itu untuk menusuk Mipan lalu dicocol ke gula yang bercampur bawang putih goreng. Ada rasa gurih pada tepung berasnya dan tentu saja rasa manis gula merahnya. Enak dan rasa khas.

Aroma pembeda dengan lopis, adalah aroma dan rasa bawang putihnya yang dominan.

Kue Mipan legendaris. Dokumen Pribadi
Kue Mipan legendaris. Dokumen Pribadi

Harga satu porsi, dijual Rp. 10 ribu. Dalam sehari, Pak Ole membawa 80 bungkus Mipan. Luar biasanya, sering habis terjual. Kaang habis cepat.

Jualan mulai jam 11.00 wib. Jam 14.00 biasanya habis. Jika tidak, biasa sorenya juga habis.

Hampir semua pembelinya adalah Cici-cici (Tionghoa) . Tentu saja karena makanan ini khas makanan Chinnese yang tentu familiar di lidah mereka.

Penasaran lebih dalam tentang Mipan ini, saya coba gogling. Informasi yang saya peroleh dari situs RRI, Mipan merupakan jajanan kue beras tradisional yang awalnya dibawa oleh etnis Tionghoa ke Indonesia.

Biasanya menjadi camilan, namun ada juga yang memfungsikan sebagai hidangan penutup. Sementara kalau, menilik namanya, berasal dari bahasa Hakka artinya 'kue beras'. 

Mipan, terbuat dari tepung beras ketan, dan air khi.  Air Khi?

Air ini dari abu batang padi. Air inilah yang menjadi ciri khas utama Mipan.

Terakhir, bagi yang penasaran merasakan Mipan lebih baik dibawa pulang. Bisa dibungkus kok, menggunakan kantong plastik. Soalnya gak ada tempat makannya. Kalau mau, ya berdiri hehe. Saya saat makan, untung bisa numpang makan di meja penjual bakso depan jualan Pak Ole.

Pak Ole, sedikit banyak sudah turut merawat kelestarian kuliner yang di bawa leluhur dari Tiongkok ini.

BACA JUGA YA Artikel Terkait : "Memotret Storynomic 5 Spot Historis Pecinan Glodok".  

@rachmatpy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun