Sejak usia SMP, Enday yang lahir tahun 1974 itu, mulai mengulik kayu pule sebagai bahan pembuat Wayang Golek. Ketekunan dan kemauan kerasnya, membawa Enday semakin menikmai bergelut dalam pembuatan Wayang Golek.
Akhirnya saat SMA, ia sudah mampu membuat karakter Wayang Golek. Â
Kian hari beragam karakter Wayang Golek dari kisah epos Ramayana dan Mahabarata dikuasainya. Kemampuan yang berkembang terus menerus, dan tetap terpelihara dalam diri. Meski di saat kuliah sekalipun.
Tahun 1987 Enday mulai fokus memproduksi Wayang Golek. Tahun 2002, rumah tinggalnya dijadikan galeri bernama Media Art and Handicraft Bogor setelah usahanya mulai direspon pasar. Selanjutnya soal perkembangan usaha, nanti akan saya ceritakan pada sub tema di bawah.
Nampaknya keuletan Enday menurun dari ayahnya. Entang Sutisna, awal  belajar membuat Wayang Golek secara otodidak. Belajar sendiri. Caranya?
Entang sering melihat pagelaran Wayang Golek. Bermodal kertas dan pensil, ia menggambar setiap karakter Wayang Golek yang diliatnya. Lalu ia coba-coba mengaplikasikan.
Awalnya Entang membuat menggunakan bahan singkong bukan kayu. Tekstur singkong yang empuk memudahkan untuk diukir sesuai keinginan.
Setelah mahir, baru berani diterapkan pada media kayu. Kayu pule atau lame dipilih karena tidak terlalu keras, tidak mudah pecah, dan tahan lama.
Bayangkan, seberapa keras niat dan tekad Entang, menguasai pembuatan Wayang Golek.
Saat ini, Entang masih membuat Wayang Golek di rumah yang terpisah kawasan Ciapus, Bogor.