"Masih ada ya, bisnis kerajinan tradisional Wayang Golek yang bertahan saat ini?"
Pikiran yang sama, sempat terbayang di benak saya, saat mengunjungi rumah "markas" Media Art & Handicraft milik Enday pada 24 April 2024 lalu.
Markas yang telah merawat tradisi budaya Sunda Wayang Golek, bertahun-tahun.
Rumah difungsikan sebagai kediaman, galeri, sekaligus rumah produksi Wayang Golek.
Ruang tamu digunakan sebagai galeri yang terpajang bereret aneka Wayang Golek. Teras depan dan ruang garasi digunakan sebagai bengkel produksi.
Mengawali cerita di markas yang berlokasi di Desa Sirnagalih, Gunung Batu Loji, Bogor Barat itu, perlu kiranya mengenal asal muasal Enday menjadi pengrajin Wayang Golek.
"Passion" dan Cinta
Tumbuh di lingkungan keluarga pengrajin, sangat mempengaruhi lubuk rasa seni Enday. Pengaruh ayahnya, Entang Sutisna yang berprofesi sebagai pengrajin Wayang Golek sejak tahun 1965, sangat signifikan.
Wayang golek yang bergeletakan di rumahnya, adalah pemandangan keseharian Enday kecil. Berawal dari melihat kesibukan ayahnya, mengukir kayu pule, membentuk, mewarnai hingga memberi kostum, menyuburkan benih-benih rasa cinta Enday pada Wayang golek.
Ibarat asmara antar lawan jenis, Enday remaja, mulai jatuh cinta. Rasa cinta yang menggerakkan hatinya untuk belajar membuat Wayang Golek.