Fungsi ketiga untuk upacara adat dan keagamaan. Lalu fungsi terakhir sebagai pemangkas semak belukar di tanah yang dijadikan huma/ ladang.
Zaman sekarang, kujang masih difungsikan sebagai pusaka.
Ada banyak jenis kujang. Namun Abah Wahyu hanya membuat 7 jenis kujang pusaka, yakni kujang Ciung, Kuntul, Jago, Naga, Badak, Bangkong dan Wayang. Â
6 jenis kujang yang kusebut di depan tertulis dalam Pantun Bogor.. Sementara Kujang Wayang tidak tertulis, namun hasil kesepakatan para akademisi.
Abah Wahyu hingga saat ini sudah membuat kujang pusaka sebanyak 1356 buah dengan beragam mata kujang. Pemesannya bukan hanya orang Sunda, namun ada orang Batak, Aceh, Bali dan lain-lain.
Bagian kujang yang berlubang kecil-kecil itu namanya mata kujang, Mata inilah yang menentukan derajat pemiliknya. Makin banyak mata, makin tinggi derajatnya.
Sebagai contoh, kujang Ciung mata tiga simbol para Puun, ketua adat, Kania (gadis Pajajaran).
Kujang Kuntul mata empat simbol patih dan menteri. Kujang Jago mata mulai 4, 6, 8 simbol para Balapati atau Panglima perang.
Kujang Naga, mulai mata 2, 4, 6, 8 simbol para Kanduru atau orang kepercayaan raja atau bupati.  Kujang badak mata 2 simbol prajurit. Kujang Bangkong mata 1, 3, 5, 7, 9 simbol para guru. Guru sekar, guru  karawitan, pendidik. Â
Sementara Kujang wayang, sebenarnya tidak ada tertulis simbolnya apa karena tidak tertulis di Pantun Bogor.
Abah Wahyu berpendapat, Kujang Wayang dIbuat para empu di Cirebon. Dugaan Abah Wahyu, itu simbol penyebaran Islam masuk ke tanah Sunda. Mengingat Sunan Kalijaga menyebarkan Islam melalui wayang.