/1/
aku lahir di pedih kepulan hawa berkeringat
lamat-lamat luh kasih tangan-tangan cinta perempuan tua menggurat
batang-batang waktu rapuh berubah menjadi arang jelaga
bara menganga mengubah jiwa-jiwa mentah, matang menjelma
sejak gelap lahirkan terang
sejak cahaya tepiskan pekat menghadang
/2/
aku berlari diantara bunga-bunga senyuman
mendekat rengkuh tangan-tangan pendoa maha kebaikan
ajarkan tentang menganyam kembang keindahan
nyanyikan senandung dari nyenyak pangkuan
jelmakan angin-angin bisu dari penjuru kejauhan
lantunkan syair-syair tentang kisah-kisah kedamaian
/3/
beranjak waktu tinggalkan kekuasaan lama
hikayat mengiring hingga detik sekarang menjelang
kaki-kaki jauh melangkah mencari cahaya
tangan menggapai meraih pesona kupu pemilik kembang
engkaulah rusuk itu
disinilah takdir awal bertemu
/4/
kembang bermekaran dibawah langit-langit semesta
punahlah sunyi direntang dentingan bhagawad gita
engkau pengantar buku-buku surga
engkau pemilik janji pelangi selepas hujan
menghapus gelap yang membayang
nyalakan asa yang berterbangan
/5/
apa daya
tak berdaya
terbunuhlah
matilah semua
terjerat
hanya tersisa alasan cinta
/6/
matahari pagi memanggil diantara bujukan terlena
dia yang ikhlaskan madu-madu bercawan tulus
di kening-kening yang tak pernah berhenti tengadahkan doa Â
sejak embun menggigil di pinggiran tanah-tanah berkaktus
hingga bethara surya karam di peraduan barat
kita berselibat
/7/
luh menggenang
hati menunduk dalam
bibir bergetar
telangkup jemari bersadar
aku yang memilih
engkau ataukah penggurat yang dipilih
***
Jakarta – 4 Januari 2016
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H