tiba-tiba tengadah harap datang
pada cahaya menembus kabut-kabut nafas
di sela jejak gambut yang meng-arang
di kaki-kaki telanjang pengikhlas
keringat luruh bersanding bulir-bulir kaca
dewi-dewi turun tinggalkan tahta
membawa segenggam rencana
pada kesadaran benak para
engkau yang merindu nyanyian
kepakan sayap elang perkasa di senja yang berpulang
bersenandung gemerisik dawai daun-daun pencumbu
yang kemarin bergemeretak membakar risau
lalu sunyi, nanar dan mengabu
menyeka asap
di paras-paras merintih
ber-asa lelap
mengubur bara pedih
di sela kabut yang laun menghilang
memeluk tangis untuk hujan berbilang
“janganlah lagi terulang”
***
Jakarta 2 November 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H