***
derap-derap nyanyian membakar jiwa
di atas awan langit berunjuk pesta
bernyanyi tentang lagu-lagu anarkhi
selamatkan tegak bendera negeri
lantang bernyanyi mengerang di terik jerang
melangkah membara di alur yang kian pincang
bertahan di debu-debu arogansi
ataukah melawan lalu dan berlari
atas nama kebenaran diserukan
demi keadilan segala tersumpahkan
sementara pesan-pesan hedonis bertaburan
bak perempuan molek di ranjang kegelapan
lalu
masihkah lagumu senandungkan rintihan beras petani
yang mahal menghidupi tak tertelan perut sendiri
ataukah tentang lorong nafsu partai ambisi
oleh hausnya kantong-kantong kekuasaan tradisi
lalu
masihkah tembangmu tentang nafas terpuruk jelata
yang berkalang tahunan mimpi akan bualan sejahtera
ataukah tentang lalim para dalang mafia
yang menjual segala demi ambisi berkuasa
lalu
masihkah nada-nadamu tentang negeri yang berjaya
yang lama terkoyak dan meratap akan kebangkitan bangsa
ataukah tentang adu perebutan tanah-tanah kuasa
yang mengalirkan darah saudara di negeri tercinta
dan suara-suara parau
terdengar sayup-sayup
di ujung jalanan aspal
berkicau tentang memori jantan
mei tujuh belas tahun silam
***
Jakarta - 19 Mei 2015
@rahabganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H