Sampah terbuang ke sungai. Benda-benda yang terdiri dari sampah plastik, botol, bangkai tikus, kardus kemasan, dan sampah organik itu menggunung dan menimbulkan bau tak sedap. Tentu saja jika dibiarkan akan menyebarkan penyakit, bahkan sampah menjadi biang keladi pendangkalan sungai itu.
Perkiraan sampah dari pemukiman penduduk yang masuk ke sungai Kali Angke Pesing, berdasarkan studi penanggulangan sampah laut dan teluk Jakarta, adalah sebesar 66 ton/ hari ! Angka yang tidaklah kecil. Sementara data saat dilakukan pengerukan oleh Yayasan Budha Tzu Chi di Kali Angke Pesing pada 2011 silam, membuktikan bahwa 80 persen adalah sampah, 20 persen sisanya adalah lumpur. Bisa dibayangkan betapa mengerikannya jika hal tersebut dibiarkan terus menerus terjadi. Sungai bisa menjadi dangkal oleh sampah. Bahkan sampah bisa menutupi sungai!
Upaya Saringan Sampah Sungai [caption id="attachment_307034" align="aligncenter" width="620" caption="Saringan sampah otomatis di Kali Angke Pesing nampak dari depan. (Foto: Ganendra)"]
Tak heran pihak pemerintah provinsi DKI Jakarta membangun sarana pembersih sampah di Kali Angke Pesing pada Maret 2011. Saringan sampah otomatis ini berfungsi membersihkan sampah dari sungai selebar kurang lebih 45 meter itu. Gunungan sampah khususnya pada musim penghujan akan disaring oleh sarana saringan sampah hingga sungai terbebas dari sampah.
[caption id="attachment_307037" align="aligncenter" width="620" caption="Ruang kontrol dengan mesin-mesin panel pengendali sistem hidrolis saringan sampah. (Foto: Ganendra)"]
Mekanisme kerjanya sederhana. Melalui sistem hidrolis yang dikendalikan melalui panel dari ruang kontrol, sampah-sampah diangkat naik oleh ‘lengan-lengan' mekanik dengan sistem hidrolis. Lalu sampah diletakkan pada bantalan berjalan dan dikumpulkan di tempat yang sudah disediakan. Setelah sampah terkumpul, dengan menggunakan escavator, sampah dimasukkan ke truk sampah yang siap membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Lalu kapan mesin saringan sampah itu beroperasi?
Menurut Hariyanto, salah seorang petugas di Khusus untuk Kali Angke Pesing yang ditemui penulis, mesin bekerja setiap hari, sekitar pukul 09.00 wib dengan durasi 2-3 jam. Banyaknya sampah yang bisa diangkut bervariasi dan cukup besar, karena beberapa titik lainnya, ‘menitipkan' sampah di pos Kali Angke Pesing ini. Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari.
[caption id="attachment_307035" align="aligncenter" width="620" caption="Saringan sampah hidrolis dengan tumpukan sampahnya. (Foto: Ganendra)"]
Upaya penyaringan sampah tersebut cukup signifikan meski belum menyelesaikan total persoalan meluapnya Kali Angke Pesing yang menyebabkan banjir. Paling tidak penyokong terjadinya banjir melalui sampah dapat banyak dikurangi.
[caption id="attachment_307036" align="aligncenter" width="620" caption="Escavator dengan gunungan sampahnya. (Foto: Ganendra)"]
Berkaitan dengan diatas, kita dapat memahami betapa pentingnya kesadaran kita berperilaku khususnya soal pembuangan sampah. Sungai bukanlah tempat sampah. Sungai menjadi sarana konservasi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan warga. Sungai menjadi sarana penting untuk masa kini dan mendatang.