***
ada kodok rekotok rekotok sukanya berkoar berkokok demen main tonjak tonjok pada lawan politisi bobrok juga pada kawan sepopok demi duit bergepok gepok
sang kodok ngorek reketek reketek ongkang ongkang kerja kepulin asap kretek mafia kasus suka ngumpet lari netek di depan santun di belakang berkotek kotek emang dasarnya politisi cap parpol bengek
sang kodok loncat loncatan sukanya main umbar umpatan tak peduli etika tatakrama kesopanan yang penting menang argumen kusir bualan maklum saja sosok politisi produk karbitan
ada kodok pahlawan kesiangan cari makan dengan jilat menjilat atasan demi gengsi harga diri dan kursi jabatan membabi buta bela siap leher dikorbankan bersumpah atas nama kesetiaan ataukah kerana ambisi pangkat kebesaran?
ada lagi kodok yang bertampang sopan bersumpah siap dijerat di tiang gantungan beralibi ingkari dugaan korupsi kejahatan apa hendak dikata jadi tersangka terancam hukuman di sidang pengadilan yang digelar kapan kapan kerana penyelidikan dihentikan kala sang kodok mengigit mantan atasan membuka lembaran halaman
para kodok bernyanyi nyanyi berwajah manis bermental iblis banci namun kini hilanglah taring taring gigi saling gigit mengigit antar teman sendiri hingga tunggu karma keadilan terbukti sang kodok pun menghitung hari jebloskan ke dalam bui ataukah hukuman mati?
sang kodok mengorek lagi sang kodok berkokok sembunyi sang kodok bernyanyi caci maki berisik tanpa berhenti mungkin menunggu nanti saat malaikat nyawa beraksi
***
Jakarta - 6 Februari 2014 Ganendra
Sumber Gambar Ilustrasi
Baca juga: Se-Tubuh Ilahi Nafas Urban Lilin Surga