“Orangtua saya memberi motivasi yang luar biasa, meski saat ini mereka juga masih agak khawatir kalau saya terjerumus kembali. Terkadang kalau saya pulang telat, mereka masih was was dan cemas. Tapi saya berniat untuk dapat bertanggungjawab pada diri saya pribadi untuk benar-benar lepas dari jeratan penyakit narkoba itu,” tuturnya.
Ketidaktahuan, keingintahuan, pengalaman, rehabilitasi telah dilalui Gibon. Saat ini dia menjadi bagian dari Yayasan Kapeta. Kesehariannya dipenuhi dengan beragam kegiatan dengan teman-teman yang bernasib sama sepertinya dulu. Terjerumus narkoba dan ingin pulih dari pengaruh penyakit jahat itu. Mulai pagi hingga sore hari dia berkecimpung melayani para klien di yayasannya. Sementara di hari lain rutinitas yang dijalaninya dengan normal, bergaul dengan teman, berbagi cerita, refresing, mendengarkan musik, jalan ke mall dan kegiatan lainnya. Salah satu hal yang ingin diraih dan diwujudkan karena menjadi impiannya adalah menjadi konselor bersertifikasi internasional.
“Ada 9 kurikulum untuk mendapatkannya, saat ini saya baru menyelesaikan kurikulum 3. Dengan sertifikasi ini saya ingin menjadi konselor di tingkat Asia Pacific,” pungkas dengan semangat.
Cita-cita dari niat yang baik, membantu orang lain dari sebuah catatan pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan. Semoga saja dapat terkabulkan. Masa depan masih terpampang luas baginya dan orang-orang yang senasib sepertinya.
Narkoba dari Sisi Medis
Kisah Gibon diatas menjelaskan soal narkoba keterkaitan dengan penyakit. Narkoba adalah penyakit kronis yang membuat otak terganggu. Lalu penyakit semacam apa narkoba itu?
Saat penulis hadir dalam acara diskusi BNN dan PWI Pusat tema “Peran Media dalam Mendukung Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba melalui Program Rehabilitasi,” pada Kamis, 27 Maret 2014 silam di Kantor PWI Pusat Jl. Kebon Sirih Jakarta Pusat, Brigjen Polisi dr. Budyo Prasetyo, Sp.RM selaku Direktur Penguatan Rehabilitasi Komponen Swasta dari Deputi Perlindungan BNN (Badan narkotika Nasional) memberikan penjelasannya soal narkoba adalah penyakit.
Menurutnya secara medis sifat adiksi/ ketergantungan narkoba, menyebabkan gangguan pada otak yang menimbulkan perubahan perilaku, pikiran dan perasaan. Efek ketergantungan ini sangat berbahaya, bisa menjadi senjata biologis pemusnah massal. Narkoba disebut penyakit kemampuan narkoba untuk mempengaruhi sistem kesehatan di dalam tubuh manusia. Dalam hal ini mengonsumsi narkoba dapat menyebabkan adiksi. Adiksi inilah yang menyebabkan gangguan pada otak dan menimbulkan perubahan perilaku, pikiran dan perasaan. Efeknya jelas menyebabkan disorientasi waktu dan ruang, juga mispersepsi serta misinterpretasi (paranoid, ilusi dan halusinasi).
Wajar saja, dilihat dari permukaan ciri pecandu narkoba diantaranya berjalan sempoyongan, bicara pelo, selalu terlihat mengantuk, mengabaikan kebersihan diri, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, malas untuk belajar, tak disiplin, sering bengong / linglung, menyendiri dan lain sebagainya.
Dampak psikologis muncul dalam ekspresi pecandu cenderung mudah emosi yang tidak terkendali, suka berbohong, sangat menurun rasa tanggung jawab, tak peduli dengan nilai / norma yang ada bahkan cenderung melakukan tindak pidana seperti kekerasan, pencurian dan mengganggu ketertiban umum, menarik diri dari pergaulan di sekitarnya sehingga hubungan dengan keluarga, guru, teman serta lingkungan menjadi terganggu dan lain-lain.