Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Nyata: Suara Hati Mantan Pecandu Narkoba

10 Mei 2014   20:05 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 68475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak pelak kebiasaan pecandu narkobanya terkuak di pihak terdekatnya, keluarga. Orangtuanya mengetahui kebiasaan Gibon saat dirinya telah ketergantungan dengan narkoba.

“Awalnya yang tahu keluarga dekat. Lama-lama lingkungan pada tahu. Banyak teman yang ketemu menanyakan kondisi. Terkadang saya masih gak percaya diri. Saya merasa dia merendahkan saya. Padahal mungkin dia mau mau memotivasi saya. Sifat ketergantungan itu nampaknya membuat distorsi antara mana benar mana tidak. Otak udah terganggu oleh zat-zat itu,” katanya.

Beruntung meski dikecewakan anaknya, orangtuanya segera mengambil langkah membawa Gibon ke rehabilitasi. Tak mudah tentu saja.Gibon menolaknya. Berkali-kali pula ia keluar masuk rehabilitasi. Kambuh dan kumat-kumat lagi.

“Awalnya gak mau direhab. Tidak ada kesadaran untuk rehab namun orangtua memaksa, akhirnya pertama dibawa untuk rehabilitasi, ada penyangkalan dalam diri saya bahwa saya tuh gak bermasalah,’ namun seiring waktu saya merasa itu benar. Saya sakit,” katanya.

Menjalani rehabilitasi sangat tak mudah baginya. Gibon ‘jatuh bangun’. Keluar masuk rehab. Beberapa kali menjalani ‘treatment’. Perawatan kurang baik akhirnya kambuh lagi. Begitu terus terjadi berulang-ulang. Saat kondisinya mulai membaik, kambuh lagi.  Peristiwa jatuh bangun itu menyadarkannya bahwa dia belum siap. Dari konseling dia mengetahui  bahwa narkoba adalah penyakit kronis yang perlu disembuhkan. Penyakit otak. Gibon menjadi terpikir tidak adanya kesadaran untuk rehab menjadi masalahnya. Dan jika tidak bergaya hidup sehat, tidak memelihara emosi,  maka kecenderungan pemakaian akan kembali ada. Hal-hal yang diberikan saat rehabilitasi tidak dia jalankan sepenuhnya.

“Ini penyakit sehingga niat saja tidak cukup. Sudah tau ini tidak bagus, saya sudah tahap adiksi, karena ini penyakit kronis sewaktu waktu bisa mendorong, kalau saya tidak bisa mengatasi dorongan-dorongan itu, maka akan kambuh,” tuturnya.

Sekian lama Gibon menjalani rehabilitasi. Niat kesembuhan kian hari kian membesar, setelah jatuh bangun saat treatmen. Dia berkemauan untuk pulih. Pemahaman dan kesadaran bahwa narkoba adalah penyakit yang tak layak dikonsumsi menguatkannya untuk pulih. Bertahap ia harus lalui dengan keras melawan keinginan yang ditolaknya akibat sifat adiksi/ kjetergantungan pada narkoba yang sudah diidapnya.

“Saya tidak mau pakai, tapi di tingkat adiksi itu ada tahap-tahapnya. Satu kali pakai saja akan mendorong penyakit itu kambuh. Seperti penyakit diabetes oleh dokter tidak boleh makan gula, jika makan gula berlebihan yaa kambuh,” katanya.

Hingga perawatan direhabilitasi dijalani dengan sungguh-sungguh. Dia berpikir, mungkin dirinya bukan termasuk orang yang langsung bisa melangkah dengan mulus, tapi mesti banyak belajar. Lebih baik dirinya mendalami adiksi narkoba dengan benar, yakni dengan belajar menjadi konselor, membantu orang lain, membantu diri sendiri, mengingatkan pada dirinya sendiri. Dia menyadari jangka waktu pemakai narkoba cukup lama. Dia ingin mengubah itu semua. Menjadi konselor menjadi jalan keputusannya untuk bangkit.

“Itu keputusan yang komprehensif bagi saya pribadi. Satu sisi saya membantu diri saya sendiri, juga membantu orang lain, saya membantu diri saya dengan training-training supaya mempunyai  dasar yang jelas dan benar soal seluk beluk narkoba, bukan hanya dari pengalaman saja,” katanya.

Dia bersyukur akhirnya kepulihan itu mulai dirasakannya. Dia menyadari peran keluarga terutama dari orangtuanya sangat besar. Dukungan dan motivasi yang diberikan mereka menjadi salah satu ‘spirit’ yang membangkitkannya untuk bergaya hidup sehat. Dukungan keluarga yang sangat dibutuhkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun