Mohon tunggu...
R Agung Prapto S
R Agung Prapto S Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru dan penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Serunya Praktik Membuat Eco Enzyme di SDN Serdang 01 Pagi

15 Maret 2023   20:24 Diperbarui: 16 Maret 2023   15:23 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan pada pagi hari sempat menyurutkan gairah saya dan narasumber dalam acara Pelatihan Membuat Eco Enzym di SDN Serdang 01 Pagi. Betapa tidak, hujan turun sangat deras.  Dan lebih parahnya baju dan celana saya dan istri pun basah, karena lupa membawa mantel. 

Hari ini Rabu, 15 Maret adalah hari yang sangat menyibukkan bagi saya.   Pagi hari, mengisi materi di latihan Pramuka penggalang, lalu workshop Eco enzyme dan siangnya saya mengikuti jadwal wawancara sebagai  Calon Pengajar Praktik angkatan 9. Namun karena terbiasa jadi ya dinikmati saja sambil berharap semoga hari ini lancar dan sukses acara serta hasilnya. 

Beruntung menjelang pukul 09.00 hujan reda.  Sesuai jadwal, maka acara  Pelatihan Pembuatan Eco Enzyme di SDN Serdang 01 Pagi dimulai.  Dengan dipandu oleh Ibu Indri Sukmarini BS  dan Ibu Sri  Sundari acara kali ini berlangsung meriah.  Acara diawali dengan  pembacaan doa oleh Pak Ramli dan dilanjutkan sambutan dari Lurah Serdang.

Bu Rizka Handayani selaku Lurah Serdang dalam sambutannya mengatakan bahwa Pemerintah DKI Jakarta sangat mendukung  adanya gerakan sadar dan peduli lingkungan. Salah satunya adalah kegiatan pelatihan eco enzyme hari ini. Beliau  mengingatkan para hadirin yang terdiri para koordinator kelas dan perwakilan siswa kelas 4 dan 5 serta dewan guru SDN Serdang 01 Pagi untuk memanfaatkan setiap lahan yang ada untuk menanam pohon. 

Mengingatkan juga untuk membawa tumbler ketika ada acara rapat untuk mengurangi sampah plastik. Jika pun terpaksa memakai botol plastik, maka jangan dibuang sembarangan.  Botol atau kemasan minuman air mineral itu ada harganya ketika masuk ke bank sampah. 

Sambutan Lurah Serdang Bu Riska Handayani. Dokpri
Sambutan Lurah Serdang Bu Riska Handayani. Dokpri
Lebih lanjut Bu Rizka Handayani memperkenalkan ketua FORMAPEL ( Forum Masyarakat Peduli Lingkungan) Kecamatan Kemayoran yaitu Pak Joko. Inilah salah satu bentuk totalitas Bu Lurah ketika terjun ke lapangan.  Beliau mengajak Pak Joko dan juga staf untuk memantau kegiatan di sekolah kami. Ketika mengajak Pak Joko ke depan, beliau menyebutkan bahwa di Taman Masjid Akbar berisi aneka kegiatan tentang  lingkungan hidup seperti komposter, budidaya maggot, bank sampah dan juga kolam ikan. 

 " Saya mendukung upaya sadar dan terus menerus untuk menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan hidup  sejak anak-anak, agar kelak mereka mampu mewariskan bumi untuk keturunannya"

Bu Lurah Serdang ini memang sangat enerjik dan tidak canggung ketika turun ke lapangan.  Kami sering dibantu dan diberi motivasi untuk turut berperan dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang sehat, hijau dan ramah anak. Bagi Serdang, Bu Rizka adalah pemimpin yang dirindukan kepemimpinannya.  Salah satu keberhasilan beliau adalah mampu  memindahkan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di depan sekolah kami. Dahulu setiap hari gunungan sampah terjadi tepat di depan sekolah kami. terbayang jelas tentunya bau yang menyengat serta lalat yang beterbangan. 

Dalam sambutannya Ibu Ida Handini selaku Kepala Sekolah SDN Serdang 01 Pagi menyampaikan ucapan terima kasih atas kedatangan seluruh tamu undangan terlebih Bu Riska selaku lurah Serdang.  Beliau juga menghimbau agar orang tua  murid turut berpartisipasi melestarikan lingkungan hidup sekecil apapun itu.  

Pada kesempatan tersebut juga, Kepala Sekolah memaparkan program sekolah yang terkait dengan lingkungan hidup.  Bahwa nanti akan dibangun kantin sehat, taman tanaman TOGA (Tanaman Obat Keluarga), dan bank sampah. Untuk komposter akan dihidupkan kembali setelah terhenti selama PJJ berlangsung.

Setelah acara sambutan, inti acara yaitu pemaparan tentang Eco Enzyme oleh Pak R. Agung Prapto S  guru SDN Serdang 01 Pagi  dan Ibu Sri Sumarsih seorang penggiat eco enzyme di RW 27 Kelurahan Kaliabang Utara Kota Bekasi. Seluruh peserta tampak antusias menyimak pemaparan tentang apa itu eco enzyme, cara membuat dan manfaatnya. Wajah penuh rasa ingin tahu tampak terlihat jelas saat pemaparan materi. 

Pak Joko sedang menyimak Pak Agung
Pak Joko sedang menyimak Pak Agung

Pemaparan kali ini memang tidak diadakan sesi tanya jawab,karena akan dilanjutkan dengan praktik membuat eco enzyme.  Tanya jawab akan dilangsungkan di lapangan. Acara pun ditutup oleh pemandu acara. Terdengar pujian Bu Lurah untuk kedua pembawa acara ini. Selanjutya peserta dan narasumber turun menuju lapangan. Proses praktik ini diikuti oleh kurang lebih 165 peserta terdiri dari 150 siswa kelas 4 dan 5 , sisanya adalah koordinator kelas. 

Sehari sebelumnya, seluruh peserta didik kelas 4 dan 5 diwajibkan membawa minimal 3 galon bekas minuman air mineral yang tidak terpakai.  Ditambah gula merah atau gula jawa dan kulit buah yang jumlahnya minimal 5 macam kulit buah.  Sedang peralatannya adalah talenan, pisau, lakban, selang plastik dan tongkat sebagai pengaduk larutan,   serta timbangan digital.

Dengan dipandu bapak dan ibu guru, seluruh peserta memilih tempatnya sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan oleh wali kelas masing-masing. Setelah semua siap, maka Bu Sri Sumarsih pun kemudian memberikan contoh cara membuat eco enzyme.  

Langkah pertama adalah mengisi galon dengan air bersih. Ada yang menggunakan air AC, air tanah dan juga air isi ulang.  Kemudian Bu Sri Sumarsih meminta peserta untuk memotong kecil-kecil gula jawa yang dibawa peserta. Nah ada kejadian yang lucu.  Anak laki-laki berebutan ingin memotong gula merah tersebut. Mereka sangat antusias melakukan praktik ini. Terbukti mereka semua serius dalam kelompoknya masing-masing.  Sesekali mereka ada yang bertanya kepada narasumber. 

Langkah kedua adalah memotong kulit buah dan sayuran menjadi potongan yang kecil-kecil. Dalam memotong kulit buah atau sayuran juga dilakukan pemeriksaan kualitas bahan organiknya. apakah  busuk, berulat,  atau berjamur. 

Langkah ketiga adalah menimbang gula dan bahan organiknya, apakah sudah sesuai dengan formula yang benar. 

Langkah kelima  yaitu memasukkan semua bahan eco enzyme  ke dalam wadah plastik yang bersih.  kemudian aduk semua agar menjadi larutan yang homogen.

Langkah keenam adalah memasang selang kecil ke dalam tutup galonnya yang kemudian dilakban dengan rapat agar tidak ada udara yang masuk ke dalam larutan yang sedang difermentasi.  Selang kecil ini berfungsi untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi. Jika dulu harus sering membuka tutup agar tidak terjadi ledakan akibat gas yang dihasilkan dari fermentasi, kini tidak perlu lagi.  Kini berkat diberi selang yang terhubung dengan botol plastik di luar galon besar . Gas yang dihasilkan dapat keluar melalui selang tersebut. Namun udara dari luar tidak bisa masuk ke dalam galon karena tertutup air di dalam botol.

Langkah ketujuh adalah mencatat nama kelompoknya, jenis bahan organik yang digunakan, tanggal pertama dimulainya proses fermentasi.

Langkah kedelapan adalah menempatkan hasil karya kita di tempat yang jauh dari WC, tempat sampah dan sumber listrik. Tak kalah penting adalah sirkulasi udaranya bagus serta terlindung dari cahaya matahari langsung.

Para orang tua yang menjadi koordinator kelas sibuk membantu putra-putrinya membuat eco enzyme.  Selain mengarahkan, mereka juga ikut terjun memotong kulit buah dan gula merahnya.  Gelak tawa sesekali terdengar dari peserta menandakan kegiatan ini sangat menyenangkan. 

Para Guru ikut terjun. Dokpri
Para Guru ikut terjun. Dokpri

Pun tak kalah serunya adalah para guru yang ikut mengawasi dan mendampingi peserta yang sedang memotong kulit buah dan gula merah. Mereka mengingatkan agar peserta hati-hati ketika menggunakan pisau ketika memotong-motong. Sesekali mereka berpindah ke kelompok yang lain sekedar memberitahukan cara memotong yang benar. 

Peserta didik pun tampak asyik dengan mainan barunya yaitu kulit buah dan gula jawa yang ada di depan mereka. Kulit buah yang sudah dicuci bersih, mereka potong-potong lagi agar mudah masuk ke dalam galon bekas kemasan air mineral. Kemudian ada yang mengaduk dengan tongkat agar larutannya merata. 

Salah satu peserta dari kelas 4A saya tanya tentang perasaannya ketika mengikuti sesi latihan ini. Dengan polosnya mereka menjawab bahwa kegiatan ini baru pertama kali dilakukan dan ternyata mengasyikkan. Demikian juga dengan jawaban peserta kelas 5C yang menjawab: Wah, seru banget Pak".  

Memang saya perhatikan, anak-anak tampak sibuk dengan pekerjaan yang diberikan kelompoknya. Terjadi kolaborasi yang menarik. Ada yang bertugas memotong gula, memotong kulit buah, sisa sayuran, ada yang menimbang setiap kulit buah yang telah dipotong kecil-kecil. ada pula yang memasukkan irisan gula merah dan kulit buah atau sayuran. Ada juga yang mencatat nama kelompoknya, bahan organik yang dipakainya serta tanggal mulai fermentasinya. Terlihat ekspresi yang sumringah dan tidak ada pertengkaran lazimnya kelompok anak-anak yang saling iri-irian dengan tugas yang diembannya.

Memasuki pukul 11.25 ada peserta yang sudah menyelesaikan tugasnya. Galon yang sudah penuh sesuai formula  yaitu 1 bagian gula merah atau gula jawa, 3 bagian bahan organik yang terdiri kulit buah dan sayuran, serta 10 bagian air bersih ditutup kemudian dilakban kuat-kuat agar kedap udara. 

Tujuan pemberian selang adalah agar gas yang keluar dapat dialirkan melalui selang tersebut ke botol yang berisi air.  Maka ketika gas tersebut keluar akan tampak gelembung-gelembung udara dalam air yang di dalam botol. Sementara ujung selang yang ada di dalam botol berisi air berfungsi menahan udara masuk ke dalam galon. 

Hasil Praktik dan Narasumber
Hasil Praktik dan Narasumber
atu persatu kelompok mengumpulkan hasilnya kemudian diletakkan menjadi satu di halaman belakang sekolah. Terdapat 17 galon hasil praktikum kali ini.  Dengan telah menempelkan identitas kelompok serta bahan yang dipakai, mereka siap menunggu selama 90 hari untuk memanen eco enzym tersebut. Tentu dengan pengontrolan rutin selama proses fermentasi berjalan.  Setiap kelompok sudah menentukan siapa yang bertugas mengontrol pekerjaan mereka dalam tiap minggunya.  

Tampak senyum puas dari para peserta. Kegiatan selanjutnya adalah membersihkan halaman dari sampah yang tercecer saat acara berlangsung.  Tepat pukul 12.30 kegiatan di lapangan sudah selesai.

Para guru dan narasumber berharap agar kegiatan ini mampu menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kelestarian bumi untuk masa depan yang lebih sehat. Salam lestari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun