Setelah melepas penat dengan tidur karena baru semalam berkendara dari Jakarta kami bersilahturahmi ke rumah keluarga besar istri. Karena sudah menjelang sore kami kemudian mencari kuliner di daerah Pakem. Kali ini kami ingin menikmati kuliner di Kopi Klotok daerah Pakem.
Awalnya kami berspekulasi saja, kalau dapat tempat parkir dan tidak antre panjang, kami akan makan di tempat tersebut. Maklum beberapa kali saya berkunjung ke sana sulit mendapatkan tempat parkir, karena selalu penuh.
Kali ini keberuntungan berpihak kepada kami. Setelah memarkir kendaraan, kami kemudian masuk ke bangun joglo yang sangat klasik. Jangan lupa mencuci tangan sebelum masuk ke dalam rumah. Ternyata terjadi antrean mengambil makanan yang cukup panjang. Wajar karena ini adalah akhir pekan.
Sambil mengantre, saya melemparkan pandangan ke seluruh ruangan. Terbaca di atas meja makan dan kursi dari kayu yang terkesan sangat sederhana sebuah tulisan bahwa tempat tersebut telah dibooking oleh grup dari luar kota, tepatnya Tangerang.
Ketika masuk ke pawon, tampak di dinding kanan dan kiri tulisan dan pesan dari tokoh baik masyarakat, artis, maupun politisi. Tampak ada tulisan dari Pak Susilo Bambang Yudoyono, Erick Thohir, Emha Ainun Najib, Najwa Sihab, Nikita Mirzani, dan beberapa tokoh terkenal lainnya.
Setelah mendapat giliran mengambil makanan secara prasmanan alias ambil sendiri, saya mengambil piring dari tumpukan piring yang tinggi. Tumpukan piring, tempat nasi dari termos plastik besar, bubur nasi di ketelnya, sendok serta garpu telah terjajar rapi. Demikian pula dengan aneka sayuran dan lauk yang terhidang. Menu sayuran khas ndeso, seperti sayur lodeh, sayur lombok, telur dadar, tempe garit.
Kali ini saya memilih lodeh terong dan telur dadar crispy-nya. Suasana pawon ndeso menjadikan antrean terasa tidak menjemukan. Di sisi kiri tempat mengambil nasi terlihat puluhan sisir pisang kepok kuning siap digoreng. Dan kita bisa melihat sendiri mas- masnya yang sedang menggoreng pisangnya.
Sebelum mencari tempat duduk, saya juga memesan 3 porsi pisang goreng. Setiap porsi berisi 2 buah pisang kepok goreng yang enak. Lalu kami menuju ke kasir, ternyata kami diarahkan ke tempat mengambil minuman. Tinggal pilih kopi atau teh baik manis atau tawar. Baik hangat atau pakai es.
Oh ya, perlu diketahui bahwa di sini membayarnya adalah setelah makan. Jika ada pelanggan yang tidak jujur alias tidak membayar juga bisa terjadi loh. Tetapi bila dilihat sampai saat ini masih eksis, tentu jumlah yang jujur pasti lebih banyak.
Konsep kejujuran di terapkan di sini. Jadi ingat kantin kejujuran yang dikembangkan di sekolah, tetapi kemudian tutup karena banyak yang tidak jujur.
Karena di dalam rumah penuh, maka kami kemudian ke luar menuju ke areal persawahan tepatnya di sebelah utara bangunan joglo. Terbentang areal persawahan yang hijau royo-royo dengan latar belakang Gunung Merapi yang menjulang tinggi.
Ternyata di areal luar pun sudah penuh dengan orang-orang yang duduk lesehan beralaskan tikar. Waduh, salah strategi rupanya. Mestinya kami tadi berbagi tugas, dua orang antre makanan, yang bertiga mencari tempat duduk.
Ketika sedang kebingungan mencari tempat duduk, tiba-tiba saya dipanggil oleh pelanggan yang sudah selesai makan dan hendak keluar. Kami dipersilakan untuk menempati “bekas”nya duduk. Alhamdulillah, akhirnya dapat tempat duduk, setelah berterima kasih, kami pun duduk di meja berempat. Sementara Mas Odi driver kami memilih duduk terpisah. Ya sudahlah tidak mau bergabung.
Tak membutuhkan waktu lama, petugas dari Kopi Klotok membersihkan meja yang akan kami tempati. Dengan sigap mereka membawa baki untuk mengangkat piring, sendok, gelas yang telah kosong. Kemudian meja kami dilap memakai kain serbet yang nampak bersih. Kami pun kemudian asyik menikmati hidangan sesuai pilihan masing-masing. Hmmm… enak sekali lodehnya. Apalagi telur dadarnya, sangat gurih dan pas asinnya.
Dengan suasana khas ndeso menambah nikmatnya menyantap makanan yang dipilih. Selesai menyantap makanan, kami pun ke sawah untuk mengambil foto. Dan perlu diketahui, ternyata pematang sawah (galengan) telah diperlebar sehingga tidak sulit bagi pengunjung untuk melewatinya.
Setelah puas kami pun melangkah pulang, tetapi tak lupa untuk membayar di kasir. Malu rasanya telah menikmati lezatnya makanan dan kenyamanan khas pedesaan , tetapi tidak berterima kasih dengan cara membayar semuanya di kasir. Ternyata harganya pun tidak terlalu mahal. Sangat ramah di kantong.
Jika kalian ke Jogja khususnya daerah Pakem silakan mampir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H